Buruh Nyerep Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi kasus pada buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun)

(1)

INTERVIEW GUADE

BURUH NYEREP DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

(Studi Kasus pada Buruh Nyerep di Afdelin V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Kabupaten Simalungun)

Buruh nyerep:

1. Nama:

Jenis kelamin: Usia:

Pendidikan terakhir: Status pernikahan: Asal:

Pekerjaan: Lama bekerja:

2. Mengapa anda bekerja sebagai buruh nyerep?

3. Berapa jam anda bekerja? Dari jam berapa ke jam berapa?

4. Apakah perkerjaan menjadi buruh nyerep membantu perekonomian keluarga?

5. Apakah upah sebagai buruh nyerep mencukupi atau kurang mencukupi kebutuhan keluarga?

6. Jika kurang mencukupi, bagaimana cara anda untuk menanggulanginya? 7. Apakah ada syarat-syarat untuk bekerja sebagai buruh nyerep?

8. bagaimana sistem kerja buruh nyerep?


(2)

10.Apakah hubungan kerja ini memiliki perjanjian tertulis? 11.Adakah hubungan lain selain hubungan kerja?

12.Apakah hubungan kerja ini saling menguntungkan? Atau ada salah satu pihak yang merasa dirugikan atau kurang adil?

13.Bagaimana perjanjian antara anda dengan karyawan?

14.Bagaimana jika terjadi kecelakaan kerja pada anda, siapa yang akan bertanggung jawab?

15.Jika anda sakit, siapa yang menggantikan anda bekerja? 16.Bagaimana perlakuaan mandor terhadap anda?

17.Sudah sejak kapan berlangsungnya buruh nyerep ini? 18.Mengapa karyawan memakai jasa buruh nyerep? 19.Selain upah, apakah pernah diberikan sesuatu lainnya?

20.Jika anda mengalami kesulitan keuangan, apakah anda akan meminjam uang kepada karyawan?

21.Apakah ada pekerjaan lain selain bekerja sebagai buruh nyerep?

karyawan:

1. Nama:

Jenis kelamin: Usia:

Status pernikahan: Pendidikan terakhir: Asal:

Pekerjaan: Lama bekerja: Jumlah tanggungan:


(3)

2. Sudah berapa lama anda memakai jasa buruh nyerep? 3. Bagaimana awal mulanya anda memakai jasa buruh nyerep?

4. Mengapa anda memakai jasa buruh nyerep? apa yang menjadi alasannya. 5. Apakah tidak ada larangan dari atasan?

6. Adakah pekerjaan sampingan anda?

7. Apakah ada peraturan tertulis yang membolehkan pekerjaan karyawan bisa digantikan oleh buruh?

8. bagaimana hubungan kerja antara anda dengan buruh nyerep? 9. Apakah hubungan kerja ini memiliki perjanjian tertulis? 10.Adakah hubungan lain selain hubungan kerja?

11.Apakah hubungan kerja ini saling menguntungkan? Atau ada salah satu pihak yang merasa dirugikan atau kurang adil?

12.Bagaimana perjanjian antara anda dengan buruh nyerep? 13.Bagaimana sistem pengganjian upah buruh nyerep?

14.Apakah anda akan memakai jasa buruh nyerep dengan waktu yang lama atau hanya beberapa bulan?

15.Jika buruh nyerep mengalami kesulitan keuangan, apakah anda akan membantunya? Dalam bentuk pemberian atau utang?

Mandor lapangan pemeliharaan:

1. Nama:

Jenis kelamin: Usia:


(4)

Asal: Pekerjaan: Lama bekerja:

2. Bagaimana awal mula karyawan mempekerjakan buruh nyerep? 3. Apakah anda tidak melarangnya?

4. Bagaimana jika atasan tau tentang hal ini? Siapa yang akan bertanggung jawab? 5. Mengapa anda mengizinkan karyawan memakai jasa buruh nyerep?

6. Apa alasan karyawan untuk memakai jasa buruh nyerep? 7. Apasaja pekerjaan yang dikerjakan buruh nyerep? 8. apakah buruh nyerep bekerja dengan baik?

9. bagaimana perlakuan anda terhadap buruh nyerep?

10.apakah pekerja buruh nyerep akan berlansung selamanya?

Aisten Afadeling 5

1. Nama:

Jenis kelamin: Usia:

Status pernikahan: Pendidikan terakhir: Asal:

Pekerjaan: Lama bekerja:

2. Apakah bapak sudah mengetahui adanya buruh nyeerep?

3. Sudah berapa lama bapak mengetahui keberadaan buruh nyerep ini? 4. Bagaimana bapak menaggapi keberadaan buruh nyerep ini?


(5)

5. Apakah tidak ada sanksi tegas bagi karyawan yang memakai jasa buruh nyerep? 6. Apakah bapak setuju dengan keberadaan buruh nyerep ini?

7. Mengapa bapak membiarkan karyawan bapak memakai jasa buruh nyerep? apa alasan mereka pada pihak kantor afdeling?

8. Bagaimana tindakan bapak dalam mengatasi masalah buruh nyerep ini? 9. Jenis pekerjaan apasajakah yang dapat yang ada buruh nyerepnya? 10.Apakah kinerja buruh nyerep tidak mengganggu kualitas kerja?


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Astarhadi. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Frank G. Goble the Third Force: the Psyhology of Abraham Maslow. 1995. terj. A.

Supartiknya, Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta: Kanisius.

Ginanjar, Kartasasmita. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat: MemadukanPertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta: Cides.

Hartono, Judiantoro. 1992. Segi Hukum Penyelesaian Perselisihahan Perburuhan. Jakarta: Rajawali Pers.

Indraswari, Thamrin. 1999. Potret kerja Buruh Perempuan: Tinjauan pada Agroindustri TembakauEkspor di Jember, dalam Tanah, Buruh, dan Usaha kecil. Bandung: Akatiga.

Marcoes, Lies (Ed). 1995. TenagaPendampingLapangan (TPL) PerempuanPeranStrategisnamunMarginal. Jakarta: PusatPengembanganSumberdayaWanita (PPSW).

Mazdalifah.2007. KehidupanBuruhPerempuan Perkebunan di DesaSukaluwe,

KecamatanBangunPurba, Kabupaten Deli Serdang.JurnalHarmoniSosial.Volume II No. 1.FISIP USU.


(7)

Noerhadi, Toety Herawaty dan Vitayala, Aida. 1990. Dinamika Perempuan Indonesia.

Jakarta: Pusat pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW).

Soleman, Munandar. 1986. Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung: PT. Refka Aditama.

Sumardi, Mulyanto, dkk. 1985. KemiskinandanKebutuhanPokok. Jakarta: CV. Rajawali.

Suparlan, Parsudi. 1984. Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Suyanto, Bagongdkk. 2005. MetodePenelitianSosial: BerbagaiAlternatifPendekatan. Edisi I. Jakarta: Pranada Media.

Sumber lain:

Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tentangKetenagakerjaan.

SumberInternet:

http://ditjenbun.pertanian.go.id/berita-362-pertumbuhan-areal-kelapa-sawit-meningkat

http://wppj.wordpress.com/2010/03/09/perempuan-dalam-perkebunan-kelapa-sawit

http://storage/emulated/0/download/bab-viiistratifikasi-sos-masy-perke.ppt


(8)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan nilai-nilai. Metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2006:4).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Kabupaten Simalungun. Unit Usaha Padang Matinggi terdapat beberapa Afdeling diantaranya Afdeling I, Afdeling II, Afdeling III, Afdeling IV dan Afdeling V. Alasan peneliti memilih lokasi ini dikarenakan dari ke 5 (lima) Afdeling ini terdapat buruh nyerep

perempuan tetapi yang paling banyak buruh nyerepperempuannya hanya terdapat di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Kabupaten

Simalungun. Sesuai dengan judul penelitian, maka lokasi ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian karena terdapatnya buruh nyerep perempuan di Afdeling V Perkebunan Kelapa Sawit Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun.


(9)

3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan yang diperhitungkan sebagai subyek penelitian. Salah satu ciri dan karakteristik dari penelitian sosial adalah menggunakan apa yang disebut dengan “unit of analisys”. Ada dua unit analisis yang lazim digunakan pada penelitian sosial yaitu individu, kelompok dan sosial.Adapun yang menjadi unit analisis dan objek kajian dalam penelitian ini adalah buruh perempuan nyerepdi Perkebunan Kelapa Sawit Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Kabupaten Simalungun.

3.3.2 Informan

Informan adalah orang-orang yang masuk dalam karakteristik unit analisis yang dipilih menjadi sumber data dan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti (Arikunto, 2006).Pemilihan informan peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling

untuk menentukan subjek penelitian.Teknik Purposive Sampling digunakan jika dalam pemilihan informan peneliti menggunakan pertimbangan-pertimbangan tertentu.Sehingga peneliti menggunakan beberapa kriteria informan (Idrus, 2009). Adapun yang menjadi informan sebagai sumber informasi untuk memperoleh data dari penelitian ini adalah:

1. Asisten Afdeling V bejumlah 1 orang.

2. Mandor lapangan pemeliharaan berjumlah 2 orang.

3. Karyawan yang mempekerjakan buruh nyerep perempuan berjumlah 4 orang.

4. Buruh nyerep perempuan yang sudah lama bekerja minimal 1 tahun berjumlah 4 orang.


(10)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian di lapangan, maka diperlukan adanya alat pengumpulan data.Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk

mendapatkan informasi yang dapat dijelaskan dan menjawab permasalahan-permasalahan yang bersangkutan. Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data agar mendapatkan kesesuaian dengan kebutuhan peneliti dalam mengolah data dan informasi yang telah diperoleh di lapangan. Dalam penelitian ini, adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, yang dapat digolongkan sebagai berikut:

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian melalui observasi dan wawancara, baik secara partisipatif maupun wawancara mendalam. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya, selain itu panca indera yang dapat digunakan juga adalah telinga, penciuman, mulut dan kulit. Oleh karena itu, obserasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatan melalui hasil kerja panca indera serta dibantu dengan panca indera lainnya.Adapun yang menjadi bahan observasi dalam penelitian ini adalah pengamatan langsung kepada buruh nyerep perempuan di perkebunan kelapa sawit Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Kabupaten Simalungun.


(11)

2. Wawancara Mendalam (Indept Interview)

Wawancara yaitu proses tanyak jawab secara mendalam dan langsung ditujukan kepada informan di lokasi penelitian dengan menggunakan pedoman wawancara serta menggunakan alat bantu rekam/tape recorder jika memang dibutuhkan untuk memudahkan peneliti menangkap keseluruhan informasi yang diberikan informan. Wawancara kepada informan ditujukan untuk memperoleh data dan informasi secara lengkap tentang BuruhNyerep Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Kabupaten Simalungun.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek

penelitian.Data ini sebagai salah satu aspek pendukung keabsahan penelitian. Pengumpulan data sekunder ini diperoleh dari studi kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku refrerensi, artikel, jurnal, skripsi, majalah dan bahan-bahan dari situs internet dan hasil penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan permasalahan penelitian.

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data atau penafsiran data merupakan suatu kegiatan menggabungkan antara hasil analisis dengan permasalahan penelitian untuk menemukan makna yang ada dalam permasalahan. Interpretasi data dimulai dengan menelaah data yang tersedia yang didapat melalui observasi, wawancara dan juga dokumentasi. Setelah itu kemudian data yang akan dipelajari dan ditelaah kembali menggunakan teori yang digunakan dan di

interpretasikan secara kualitatif untuk menganalisis permasalahan tersebut.

Semua data tersebut pada umumnya masih dalam bentuk catatan lapangan, oleh karena itu perlu diseleksi dan dibuat kategori-kategori.Data yang telah diperoleh dari studi


(12)

kepustakaan juga terlebih dahulu dievaluasi untuk memastikan keterkaitannya dengan permasalahan penelitian.Selanjutnya akan dipelajari dan ditelaah secara seksama agar diperoleh hasil atau kesimpulan yang baik dan sampai pada akhirnya menjadikan laporan penelitian.

3.6 Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra proposal √

2 ACC judul √

3 Penyusunan proposal penelitian √ √ √

4 Seminar proposal penelitian √

5 Penelitian lapangan √

6 Pengumpulan dan analisis data √ √ √

7 Bimbingan skripsi √ √ √

8 Penulisan laporan akhir √ √ √


(13)

BAB IV

TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA LAPANGAN

4.1Deskripsi Wilayah Penelitian

4.1.1 Letak Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi

Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi Merupakan salah satu pecahan dari Unit Usaha Tinjowan II yang dilaksanakan pada tahun 2007 yang disebabkan karena luasnya wilayah sehingga bisa mengoptimalkan produksi. Afdeling V mengalami perubahan nama yang sebelumnya adalah Afdeling VI Unit Usaha Padang Matinggi. Afdeling V terletak di kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun dengan luas ± 2.000 Ha.Untuk Mencapai daerah ini dapat menggunakan berbagai kendaraan baik kendaraan roda dua ataupun kendaraan roda empat.

4.1.2 Keadaan Geografis Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi

Wilayah Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi terletak di Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Secara geografis terletak pada ketinggian sekitar 1.000-1.200 meter di atas permukaan air laut dengan suhu sekitar rata-rata 29°C sampai dengan 30°C, adapun Unit Usaha Padang Matinggi mempunyai letak geografis wilayah yaitu:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Adil Makmur.

b. Sebelah Timur Laut berbatasan dengan PTPN III Kebun Dusun. c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kebun Tinjowan.

d. Sebelah Tenggara berbatasan dengan Kebun Aek Nauli. e. Sebelah Selatan berbatasan dengan Afdeling IV.

f. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pengkolan. g. Sebelah Barat Laut berbatasan dengan Desa Tio-tio.


(14)

Gambar 1.

Peta Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV

Sumber: Kantor Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi

4.1.3. Stuktur Organisasi

Gambar 2.

Stuktur Organisasi Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi


(15)

Keterangan bagan diatas adalah:

a. Asisten dijabat Oleh Bapak Amir Hamzah Damanik Sp. yang merupakan pemegang tanggung jawab tertinggi di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi. Asisten bertugas mengkoordinir anggotanya dan memberikan bimbingan untuk meningkatkan produksi sehingga mencapai target yang telah ditetapkan, karena hal ini berpengaruh terhadap kesejahteraan para karyawan.

b. Mandor I dijabat oleh Bapak Kosat Hutabarat yang merupakan penanggung jawab kedua setelah Asisten di Afdeling V Padang Matinggi. Mandor I bertugas untuk mengawasi target kerja bawahannya dan memberikan arahan kepada bawahannya. c. Mandor lapangan yang terdiri dari mandor pemeliharaan dan mandor panen yang

memiliki tanggung jawab di lapangan. Mandor lapangan memiliki beberapa anggota karyawan untuk bekerja untuk memenuhi target produksi perharinya. Mandor lapangan juga bertanggung jawab untuk melaporkan hasil kerja anggotanya ke kantor Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi.

d. Krani adalah pembantu mandor I dalam melaksanakan tugas terutama dalam bidang birokrasi.

e. karyawan adalah pekerja yang memiliki tanggung jawab atas pekerjaannya di perkebunan.

4.2 Gambaran Penduduk Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi 4.2.1 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah kepala keluarga di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi Kecamatan Bosar Maligas adalah 93 KK.Jumlah penduduk secara keseluruhannya adalah 303 jiwa, terdiri dari laki-laki berjumlah 151 orang dan perempuan berjumlah 152 orang.Di Afdeling V yang menjadi kepala dusun adalah Bapak Sariyal Spd.


(16)

Seluruh penduduk di desa ini adalah warga Negara Indonesia atau penduduk pribumi.Untuk mengetahui secara terperinci jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No.

Jumlah KK

Jumlah Laki-laki

Jumlah Perempuan

Total

F % F % F %

1. 93 151 49,83 152 50

, 16

303 100

Sumber: Data dari kepala dusun tahun 2015

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa perbedaan antara jumlah penduduk perempuan dan jumlah penduduk laki-laki hanya berbeda 1 angka.

4.2.2Penduduk Berdasarkan Suku

Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi merupakan perumahan karyawan yang penduduknya berasal dari berbagai daerah dan dari berbagai suku yang berbeda, namun masyarakat Afdeling V selalu hidup berdampingan dengan berbagai suku yang berbeda.Untuk melihat komposisi penduduk menurut suku di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi dapat dilihat dari tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku

No. Suku Frekuensi Presentase (%)


(17)

2. Batak 55 18,15

Total 303 100

Sumber: Data dari kepala dusun tahun 2015

Dari tabel2 diatas menjelaskan bahwa suku jawa yang paling banyak di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi.Di Afdeling V banyak pendatang yang bekerja sebagai buruh perkebunan dan pada umunya adalah suku jawa.Selain itu ada anak karyawan yang hanya lulusan SMP dan SMA menikah dan bertempat tinggal disitu dan bekerja sebagai buruh.

4.2.3 Penduduk Berdasarkan Agama

Menurut kriteria agama di daerah ini menganut 2 macam agama di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi yang dapat dilihat dari tabel 3 berikut:

Tabel 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No. Agama Frekuensi Presentasi (%)

1. Islam 238 78,54

2. Kristen 65 21,45

Total 303 100

Sumber: Data dari kepala dusun tahun 2015

Menurut kriteria agama yang dianut, pada umumnya penduduk Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi mayoritas beragama islam yaitu sebanyak 78,54%, dan yang lainnya beragama Kristen yaitu sebanyak 21,45 %.

4.4.4 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu sarana untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dalam berpikir, baik itu secara formal maupun informal.Dengan bekal pendidikan yang dimiliki, seseorang diharapkan dapat berdiri sendiri dalam menunjang kehidupannya di kemudian hari.Untuk melihat komposisi penduduk


(18)

menurut tingkat pendidikan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi dapat dilihat dari table 4 berikut ini:

Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah

(Jiwa)

Presentase (%)

1. Belum Sekolah 41 13,53

2. Taman Kanak-kanak 4 1,32

3. SD 77 25,41

4. SMP 52 17,16

5. SMA 110 36,30

6. Sarjana 19 6,27

Total 303 100

Sumber: Data dari kepala dusun tahun 2015

Perkembangan pendidikan di daerah ini masih sangat rendah, dapat dilihat pada tabel diatas bahwa tingkat pendidikan SMA yang paling banyak mencapai 36,30% yang disebabkan masyarakat kurang mementingkan pendidikan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Pola pikir masyarakat perkebunan lebih mementingkan untuk bekerja dan mencari uang sehingga tingkat pendidikan di masyarakat sini masih tergolong rendah.

4.5.5 Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Penduduk di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi memiliki berbagai sumber mata pencaharian yang berbeda-beda seperti berprofesi sebagai karyawan, BHL (Buruh Harian Lepas), buruh nyerep, dan pedagang.Tetapi yang paling banyak penduduk di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi bekerja sebagai karyawan


(19)

perkebunan.Komposisi penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi dapat dilihat pada table 5 berikut:

Tabel 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No. Jenis Pekerjaan Jumlah

(Jiwa)

Presentase (%)

1. Karyawan Perkebunan 75 24,75

2. Pensiun Karyawan 8 2,64

3. BHL (Buruh Harian Lepas) 18 5,94

4. Buruh Nyerep 8 2,64

5. Ibu Rumah Tangga 59 19,47

6. Mahasiswa 10 3,30

7. Guru 1 0,33

8. Pedagang 2 0,66

9. Karyawan Pabrik PKS 2 0,66

10. Merantau 5 1,65

11. Belum Bekerja 115 37,95

Total 303 100

Sumber: Data dari kepala dusun tahun 2015

Berdasarkan jenis pekerjaan penduduk Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi yang Telah bekerja tercatat 168 jiwa dan pensiun karyawan perkebunan sebanyak 8 jiwa. Jadi dapat dilihat bahwa mayoritas pekerjaan penduduk yang belum bekerja sebanyak 115 jiwa.Hal ini disebabkan karena banyaknya keluarga muda sehingga anaknya masih dalam pendidikan.


(20)

4.3 Sarana dan Prasarana

4.3.1 Sarana Tempat Ibadah

Dalam kehidupan beragama, sarana tempat ibadah sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan rohaniah serta memudahkan masyarakat dalam melaksanakan ibadah, Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi memiliki sarana rumah ibadah. Untuk mengetahui sarana tempat ibadah di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi dapat dilihat pada table 6 berikut:

Tabel 6. Sarana Tempat Ibadah No. Sarana Tempat Ibadah Total

1. Mesjid 1

2. Gereja 1

Jumlah 2

Sumber: Data dari kepala dusun tahun 2015

4.3.2 Sarana Pendidikan

Dalam kehidupan dunia pendidikan sangatlah penting karena pendidikan sebagai upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga dalam setiap Afdeling atau desa sangat dibutuhkan adanya sarana pendidikan berupa yayasan atau lembaga-lembaga pendidikan.Adapun sarana-sarana pendidikan yang ada di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi adalah Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar. Untuk mengetahui sarana Pendidikan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi dapat dilihat pada tabel 7 berikut:


(21)

Tabel 7. Sarana Pendidikan

No. Sarana Pendidikan Total

1. TK 1

2. MIS (Madrasah Ibtidayah Swasta) 1

Jumlah 2

Sumber: Data dari kepala dusun tahun 2015

4.3.3 Sarana Kesehatan

Di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi hanya tersedia posyandu untuk balita. Sedangkan jika karyawan ada yang sakit, karyawan akan berobat ke klinik perkebunan di Emplasmen dengan meminta surat izin berobat di kantor Afdeling V. sedangkan jika ada buruh yang sakit, biasanya mereka meminum obat yang dibeli diwarung atau berobat ke bidan di desa Adil Makmur yang besebelahan dengan Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi.

4.3.4 Sarana Lapangan Olahraga

Untuk mengetahui sarana Olahraga di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi dapat dilihat pada tabel 8 berikut:

Tabel 8. Sarana Oalahraga

No. Sarana Olahraga Total

1. Lapangan Bola Kaki 1

2. Lapangan Bola Volly 1

3. Lapangan Bulu tangkis 1

Jumlah 3


(22)

Berdasarkan data pada tabel 8 diatas, lapangan biasanya digunakan oleh pemuda-pemuda untuk bermain bola kaki, bermain bola volley dan bulu tangkis, kegiatan olahraga ini ramai dilakukan saat menjelang sore hari. Selain itu, lapangan bola ini pun juga dimanfaatkan untuk upacara karyawan pada tanggal 17 Agustus.

4.3.5 Sarana Tempat Pertemuan

Masyarakat saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dan untuk menjaga

hubungan yang baik agar terciptanya kehidupan yang tentram serta damai di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi.Untuk itu perlu adanya tempat untuk mengadakan acara-acara tertentu atau tempat pertemuan.Di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi memilki 1 unit tempat pertemuan yang dinamakan balai pertemuan karyawan atau sering disebut oleh masyarakat Afdeling V sebagai pajak.

4.4Profil Informan

1.Informan Pertama (Asisten Afdeling V)

Nama : Amir Hasan Damanik Sp. Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 39 tahun

Agama : Islam

Asal : Sidamanik

Pendidikan terakhir : S1 Pertanian

Bapak Amir Hasan Damanik Sp. adalah asisten Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PTPN IV dan telah menjabat sebagai asisten Afdeling V selama 8 bulan, sebelumnya pak Amir beker ja di Unit Usaha Ajamu sebagai Asisten Afdeling selama 3 tahun. Bapak Amir bertempat tinggal di Emplasmen Tinjowan. Bapak Amir bekerja dengan menggunakan sepeda motor untuk menuju Afdeling V, jaraknya kira-kira 9 km, sehingga beliau harus berangkat sangat pagi dari rumahnya. Bapak Amir


(23)

berasal dari Sidamanik dan melanjutkan kuliahnya di pulau jawa. Pendidikan terakhir Bapak Amir yaitu sarjana pertanian dari Universitas Brawijaya. Bapak Amir sudah menikah dan memiliki 2 orang anak, anak yang pertama masih menempuh pendidikan di SMP Yapendak Emplasmen Tinjowan kelas 1 dan anak yang kedua masih menempuh pendidikan di SD Emplasmen Tinjowan kelas 4.

2. Informan Kedua (Mandor Lapangan)

Nama : Karnasih

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 52 tahun

Agama : Islam

Asal : Desa 50 Sidorukun Kecamatan Ujung Padang Pendidikan terakhir : SMA

Ibu Karnasih bekerja sebagai mandor lapangan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi. Beliau sudah lama menjadi karyawan selama 27 tahun.Sebelumnya beliau adalah karyawan kebun kakao lalu dimutasi ke kebun kelapa sawit pada tahun 2006.Beliau bertempat tinggal di sebuah perumahan karyawan pekebunan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi. Ibu Karnasih sudah menikah, suami ibu Karnasih juga bekerja sebagai karyawan di Afdeng V Unit Usaha Padang Matinggi dan sudah lama bekerja selama 25 tahun, dari pernikahannya, beliau memiliki 3 orang anak, anak yang pertama adalah laki-laki dan sudah bekerja dan bertempat tinggal di Siantar, anak yang kedua adalah perempuan dan masih kuliah di USU dan anak ketiga adalah perempuan masih kuliah di USI Pematang Siantar.


(24)

3.Informan Ketiga (Mandor Lapangan)

Nama : Zakaria

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 52 tahun

Agama : Islam

Asal : tanjung marihat

Pendidikan terakhir : SMA

Bapak Zakaria sebagai mandor lapangan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi.Beliau sudah lama bekerja sebagai karyawan perkebunan selama 27 tahun.Sebelumnya beliau adalah karyawan kebun kakao lalu dimutasi ke kebun kelapa sawit pada tahun 2006. Beliau bertempat tinggal di desa Talun Tanjung, jarak yang ditempuh dari rumah ke Afdeling pun cukup jauh dan memakan waktu sekitar ½ jam.

Beliau sudah menikah, istri beliau hanya sebagai ibu rumah tangga.Dari pernikahnnya beliau memiliki 3 orang anak, anaknya yang pertama adalah laki-laki dan sudah bekerja, anak yang kedua adalah laki-laki dan sudah bekerja dan anak yang ketiga adalah laki-laki dan masih sekolah di MTS Nurul Hikmah Afdeling III Tinjowan.

4. Informan Keempat (Karyawan)

Nama : Lasmawati Sihombing Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 52 tahun

Agama : Kristen

Asal : Emplasmen Tinjowan


(25)

Ibu Lasma bekerja sebagai karyawan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi, beliau sudah lama bekerja sebagai karyawan perkebunan selama 27 tahun.Sebelumnya beliau adalah karyawan kebun kakao lalu dimutasi ke kebun kelapa sawit pada tahun 2006.bertempat tinggal di sebuah perumahan karyawan pekebunan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi. Ibu Lasma sudah menikah, suami ibu bekerja sebagai peadagang dan membuka warung dirumahnya, dari pernikahannya, beliau memiliki 3 orang anak.Anak yang pertama adalah perempuan dan sudah bekerja sebagai perawat, anak yang kedua adalah laki-laki masih menempuh pendidikan di SMK Perdagangan dan anak yang ketiga adalah perempuan masih menempuh pendidikan di SMP Yapendak Emplasmen Tinjowan.

5.Informan Kelima (Karyawan)

Nama : Susi

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 36 tahun

Agama : Islam

Asal : kenopan

Pendidikan terakhir : SMP

Ibu Susi bekerja sebagai karyawan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi, beliau sudah lama bekerja selama 20 tahun.Beliau dulunya adalah karyawan kakao (coklat) dan tinggal di Afdeling V coklat, lalu dimutasi ke kebun kelapa sawit dan pernah sempat tinggal di Afdeling V lalu pindah ke Emplasmen karena anak-anaknya agar mudah menuju sekolah. Ibu Susi sudah menikah, nama suami Ibu Susi adalah Bapak Joko yang juga bekerja sebagai karyawan. Ibu Susi memiliki 5 orang anak, anak yang pertama laki-laki dan sudah menikah, anak perempuan masih menempuh pendidikan di sekolah SMK (Pelayaran) Batubara, anak


(26)

yang ketiga perempuan masih menempuh pendidikan di sekolah SMK (Pelayaran) Batubara, anak yang keempat perempuan masih menempuh pendidikan di MTS Nurul Hikmah Emplasmen Tinjowandan anak yang kelima masih menempuh pendidikan di SD Emplasmen Tinjowan.

6.Informan Keenam (Karyawan)

Nama : Rosliana Hutabarat Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 60 tahun

Agama : Islam

Asal : Sibolga

Pendidikan terakhir : SD

Ibu Rosliana bekerja sebagai karyawan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi, umur beliau sudah 53 tahun yang tercatat di pekebunan tetapi umur sebenarnya adalah 60 tahun, sebelumnya beliau memanipulasi data saat melamar pekerjaan sebagai karyawan, alasannya yaitu karena agar beliau diterima bekerja sebagai karyawan. Dulunya beliau adalah karyawan di perkebunan kakao (coklat) lalu dimutasi ke kebun kelapa sawit.Beliau sudah lama bekerja selama 28 tahun, beliau sudah menikah dan suami beliau sudah meninggal sejak 3 tahun yang lalu.Ibu Rosliana memilki 6 orang anak, anak yang pertama sudah menikah dan bekerja sebagai karyawan di Afdeling II Tinjowan, anak yang kedua laki-laki bekerja sebagai supir angkot di Medan, anak yang ketiga laki-laki bekerja sebagai supir angkot di Medan, anak yang keempat laki-laki bekerja sebagai karyawan PT perkebunan Nusantara IV di Madina.


(27)

7.Informan Ketujuh (Karyawan)

Nama : Anna Silitonga Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 54

Agama : Kristen

Asal : Pematang Siantar

Pendidikan terakhir : SMA

Ibu Anna Silitonga bekerja sebagai karyawan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi.Beliau sudah lama bekerja selama 27 tahun.Beliau bertempat tinggal di Emplasmen.Jarak antar rumah dan tempat bekerja beliau sangat jauh sehingga beliau melaju dengan menggunakan sepeda motornya tetapi saat ini beliau menyuruh buruh nyerep untuk bekerja menggantikannya.Ibu Anna Silitonga sudah menikah dan memiliki 2 orang anak, anak yang pertama sudah menikah dan anak yang kedua sudah bekerja dan belum menikah.

8. Informan Kedelapan (Buruh Nyerep)

Nama : Salma

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 40 tahun

Agama : Islam

Asal : Desa Adil Makmur

Pendidikan terakhir : SMP

Ibu salma bekerja sebagai buruh nyerep selama 3 tahun.Ibu Salma bertempat tinggal di Afdeling V Unit Usaha Padang matinggi, beliau tinggal bersama ibu dan anak perempuannya yang sulung.Beliau sudah menikah tetati sudah bercerai dan sekarang statusnya adalah single perent yang bekerja sebagai tulang punggung


(28)

keluarga. Ibu Salma memiliki 3 orang anak, anak yang pertama adalah laki-laki dan sudah menikah, anak yang kedua adalah laki-laki dan serang sedang merantau dan jarang pulang, anak yang ketiga adalah perempuan yang masih berumur 5 tahun dan bersekolah di TK Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi.

9. Informan Kesembilan (Buruh Nyerep)

Nama : Saroh Tampubolon Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 36 tahun

Agama : Islam

Asal : Afdeling V

Pendidikan terakhir : SMP

Ibu saroh adalah ibu rumah tangga yang sambil bekerja sebagai buruh nyerep untuk membantu suaminya mencari nafkah.ibu saroh adalah seorang mualaf setelah menikah dengan suaminya. Suami ibu Saroh bekerja sebagai BHL (Buruh Harian Lepas) di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi. Beliau memiliki 2 orang anak, anak yang pertama adalah laki-laki yang masih duduk dibangku SMP Yapendak Emplasmen Tinjowan dan anak yang kedua masih duduk dibangku MIS (Madrasah Ibtidayah Swasta) di Afdeng V Unit Usaha Padang Matinggi.

10.Informan Kesepuluh (Buruh Nyerep)

Nama : Sisrik

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 30 tahun

Agama : Islam

Asal : Ujung Padang


(29)

Ibu Sisrik adalah ibu rumah tangga yang bekerja diluar rumah sebagai buruh nyerep, beliau sudah lama bekerja selama 2 tahun. Ibu Sisrik sudah menikah, suami bu Sisrik bekerja sebagai karyawan tetap di PKS (Pabrik Kelapa Sawit) di desa Pengkolan Kecamatan Bosar Maligas. Ibu Sisrik memiliki 2 orang anak, anak yang pertama masih sekolah SD dan anak yang kedua masih TK. Ibu sisrik bertempat tinggal di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi selama 10 tahun. Ibu Sisrik bertempat tinggal di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi. Beliau sudah lama tinggal di Afdeling V.

11.Informan Kesebelas (Buruh Nyerep)

Nama : Ernita Simanguncong Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 36 tahun

Agama : Kristen

Asal : Ujung Padang

Pendidikan terakhir : SMP

Ibu Ernita adalah ibu rumah tangga yang sambil bekerja sebagai buruh nyerep untuk membantu suami memenuhi kebutuhan sekolah anak-anaknya. Ibu Ernita sudah awalnya sudah menikah tetapi suami pertamanya sudah meninggal dan beliau memiliki 2 orang anak, anak yang pertama adalah perempuan yang masih duduk dibangku SMA kelas 2 dan anak yang kedua adalah perempuan yang masih duduk dibangku SMA kelas 1. Setelah itu beliau menikah dengan Bapak Gaol, pernikahan mereka pun baru berumur 2 tahun. Bapak Gaol memiliki 4 orang anak dari istri pertamanya dulu yang sudah meninggal, anak yang pertama adalah perempuan dan sudah menikah, anak yang kedua adalah pereempuan, anak yang ketiga adalah perempuan dan anak yang ketiga adalah laki yang bekerja sebagai BHL (Buruh Harian Lepas), sedangkan beliau menikah dengan Bapak Gaol tidak memiliki anak. Beliau bertempat tinggal di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi.


(30)

4.5 Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Nyerep Perempuan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

4.5.1 Kondisi Pendapatan

Upah yang diterima buruh nyerep tergolong sangat rendah apalagi mereka mempunyai anak yang masih sekolah bahkan untuk memenuhi kebutuhan masih sangat kurang.Buruh nyerep bekerja di perkebunan kelapa sawit menggantikan pekerjaan karyawan yang tidak bekerja. Buruh nyerep rata-rata berusia 30-40 tahun dan bekerja ±8 jam dengan memakai alat transfortasi sendiri untuk menuju lahan perkebunan setiap harinya yang berbeda-beda, terkadang jauh dan terkadang dekat. Bila tidak mempunyai alat tranfortasi sendiri biasanya buruh menumpang ke teman lainnya yang satu kelompok dengannya.Upah yang dihitung tiap harinya yaitu Rp 30.000, upah tersebut diterima buruh nyerep setelah gajian besar yaitu pada awal bulan atau lebih tepatnya tanggal 4.Jika dihitung 1 bulan, maka gaji yang diterima buruh nyerep hanya sebesar Rp 720.000.Pada umumnya makan siang tidak ditanggung oleh karyawan yang memakai jasa buruh nyerep sehingga buruh nyerep harus membawa bekal sendiri untuk makan siangnya.

Pada umumnya perempuan bekerja hanya untuk membantu perekonomian keluarga karena sang suami tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari, hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh ibu saroh dalam wawancara yaitu:

“…suami saya hanya bekerja sebagai BHL (Buruh Harian Lepas) dan saya awalnya hanya sebagai ibu rumah tangga karena susahnya mencari pekerjaan disini, tetapi ada salah satu karyawan yang menawari saya untuk bekerja menggantikan pekerjaannya diperkebunan, tanpa basa basi saya langsung mau saja, kan lumayan untuk nambah-nambah uang untuk anak sekolah…”(Hasil wawancara, tanggal 3 Januari 2016 )


(31)

Jadi walupun upah yang diterima buruh nyerep tidak terlalu besar, tatapi cukup membantu untuk keperluan sekolah anak-anaknya. Sedangkan kebutuhan untuk makan sehari-hari mamakai gaji dari sang suami yang bekerja sebagai BHL (Buruh Harian Lepas). Berbeda dengan Ibu Salma yang statusnya sebagai orang tua tunggal, Ibu Salma yang mempunyai tanggungan yaitu anak perempuannya yang masih berumur 5 tahun yang harus dibiayai kebutuhannya sehari-hari, sedangkan anak laki-laki yang pertama sudah menikah dan anak laki-laki yang kedua merantau dan jarang pulang. Ibu salma yang hanya bekerja sebagai buruh nyerep dengan upah yang pas-pasan pun harus memenuhi kebutuhan sehari-harinya, dan kadangkala upahnya yang hanya sebesar Rp 720.000 perbulannya tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga seringkali ibu salma mengutang di warung untuk membeli sayur atau beras karena karyawan (Ibu Susi) jarang memberikan beras setiap bulannya. Seperti yang diungkapkan ibu salma berikut ini:

“…saya bekerja menjadi buruh nyerep karna tidak ada lagi pekerjaan lain, kerja sebagai buruh nyerep pun lumayan karena karyawan menyuruh saya bekerja sampai jangka waktu panjang, saya gak tau alasan dia (karyawan, ibu Susi) menyuruh saya bekerja sampai waktu lama dan tidak ditentukan sampai kapan. Upah yang saya terima kadang pas-pasan tapi kadang tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup yang serba mahal sekarang ini sehingga saya kadangkala mengutang ke warung dan Alhamdulillah dibolehin ngutang dan saya bayarnya nyicil-nyicil dan kadang juga dapat kiriman dari anak saya yang merantau…” (wawancara, 3 Desember 2016)

Ibu Salma mengatakan bahwa upah yang diterimanya untuk kebutuhan hidup sangat pas-pasan dan terkadang kurang. Beliau tidak pernah menuntut apa-apa kepada karyawan, meminta naikan upah atau meminta beras, beliau hanya mengaku, jika diberikan beras kepada karyawan pasti akan diterimanya dengan senang tetapi beliau tidak mau meminta-minta selain haknya yaitu upah dari kerjanya sebagai buruh nyerep. Berbeda lagi dengan hasil wawancara dengan ibu Sisrik yaitu sebagai berikut:


(32)

“…upah buruh nyerep memang Cuma Rp. 30.000 tapi lumayan lah untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Selain upah, saya juga diberikan beras serta tunjangan Hari Raya dan bonusan sebesar Rp.

1.000.000…”

Ibu Sisrik mengatakan bahwa pendapatan sebagai buruh hanya sebesar Rp. 30.000 dalam sehari tetapi bukan hanya upah saja yang didapatkannya melaikan juga beras catu dan Tunjangan Hari Raya (THR) dan bonusan sebesar Rp. 1.000.000.hal itu tanpa diminta ibu Sisrik, karyawan yang memberikannya secara suka rela.

4.5.2 Kondisi Pangan

Seperti halnya kebiasaan masyarakat Indonesia pada umumnya dalam hal pola makan, masyarakat Indonesia biasanya makan sebanyak 3 kali dalam sehari.Makanan pokok yang dimakan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya adalah beras.Nasi merupakan sumber karbohidrat yang sangat besar untuk menghasilkan tenaga yang kuat. Seperti hasil wawancara dengan ibu Ernita sebagai berikut:

“…saya makan 3 kali dalam sehari dan harus makan nasi pagi, siang dan sore karena pekerjaan saya nih kan berat karna kerjanya dikebon sawit jadi butuh tenaga yang banyak biar gak lemas. Selain itu kebutuhan gizi ya kurang

terpenuhilah sih sebenarnya, makan sayur tiap hari tapi jarang makan ikan laut dan ikan sungai karna harganya yang mahal, paling ya ikan asin lah yang murah meriah itupun kadang suka ngutang diwarung…”

Ibu Ernita makan 3 kali dalam sehari untuk memenuhi kebutuhan

tubuhnya.Kebutuhan gizi yang telah diungkapkan oleh ibu Ernita yaitu kurang terpenuhi, Ibu Ernita dan keluarga hanya mengonsumsi sayur setiap hari, telur, dan sangat jarang mengonsumsi daging dan ikan.Ikan yang dimaksud disini adalah ikan laut, ikan mas, ikan lele, ikan mujair dan lain-lain.Tetapi ikan yang sering dikonsumsi disini adalah ikan asin.Ibu Ernita juga jarang mengonsumsi ikan padahal ikan dan sangat penting bagi tubuh karena mengandung protein yang tinggi.Mahalnya harga ikan dan pendapatan para


(33)

buruh yang sangat terbatas dan biaya anak-anak sekolah sangat mahal sehingga mereka kurang memperhatikan pola konsumsi sehari-hari.

Para buruh juga sangat jarang sekali mengonsumsi daging.Padahal banyak orang yang sangat menginginkan mengonsusi daging, tetapi dikarenakan harganya yang mahal menyebabkan mereka sangat jarang sekali mengonsumsi daging.Kalaupun mereka mengonsumsi daging itu hanya pada hari-hari tertentu saja seperti kalau ada pesta-pesta atau pada saat Tahun Baru, Natal, Hari Raya Idul Fitri. Seperti hasil wawancara dengan ibu Sisrik berikut ini:

“…saya jarang makan ikan laut paling 2 minggu sekali lah dan jarang kali makan daging, paling kalo hari raya beli daging sekilo itu pun harganya mahal banget…”

Ibu Sisrik jarang mengonsumsi ikan laut dan daging.Hal ini dikarenakan pendapatan yang kurang mencukupi untuk membeli ikan laut dan daging. Sebagai gantinya, beliau hanya mengonsumsi ikan asin, tempe dan tahu untuk dapat memenuhi kebutuhan gizinya. Mereka juga jarang meminum susu, malah lebih sering minum teh manis pada saat pagi saat hendak bekerja dan pada saat malam hari ketika bersantai dirumah. Lain halnya dengan hasil wawancara dengan ibu Saroh Tampubolon sebagai berikut:

“…saya makan sih tetap 3 kali sehari untuk

memenuhi kebutuhan tubuh. Makan nasi dengan lauk pauk seperti sayur, telur, dan kadang-kadang motong ayam peliaharaan sendiri, kalo buah-buahan jarang juga, paling jambu lah minta sama tetangga…”

Ibu Saroh mengatakan bahwa kebutuhan pangannya terpenuhi dengan lumayan baik walaupun jarang mengonsumsi ikan, susu dan daging. Walupun begitu ibu Saroh dan keluarga tetap sehat dan jarang sakit. Lain halnya yang diungkapkan oleh ibu salma dari hasil wawancara sebagai berikut:


(34)

“…kalo makan sih tetap ya 3 kali sehari, makan nasi yang pastinya karna kalo gak makan nasi namanya belum makan, hehe..kalo lauk pauknya ya sayur-sayuran lah sama tempe atau telur, jarang makan ikan atau daging ayam karna harganya yang mahal, kalo buah-buahan ya kadang-kadang makan sih cuma ya gak pernah beli, paling makan rambutan didepan rumah kalo lagi buah. Kalo kebutuhan gizi ya sebenarnya kurang lah ya…”

Ibu Salma mengatakan bahwa kebutuhan gizinya kurang terpenuhi karena beliau hanya mengonsumsi nasi dengan lauk pauk yang seadanya saja seperti sayur-sayuran dan juga tempe. Sedangkan untuk makan ikan dan daging ayam sangat jarang sekali.Hal ini dikarenakan upah yang diterimanya sangat pas-pasan untuk kebutuhan pangannya.

4.5.3 Kondisi Perumahan

Kondisi perumahan yang dimaksud disini adalah kondisi rumah yang layak untuk ditempati oleh orang untuk tempat ia berteduh dan hidup dengan layak didalamnya. Selain itu kondisi rumah juga harus baik keadaannya, tidak bocor saat kehujanan dan nyaman untuk dihuni. Kondisi rumah yang baik akan membuat penghuni di dalam rumah menjadi sehat dan tidak mudah terserang penyakit. Oleh karena itu, kondisi rumah sangat penting untuk diperhatikan setiap orang.

Afdeling V merupakan perumahan karyawan yang difasilitasi untuk karyawan PT Perkebunan Nusantara IV (Persero).Di Afdeling V atau yang sering disebut Pondok Afdeling V banyak rumah yang dibangun per 2 rumah dan sebagian rumah-rumah kosong sebab ada sebagian karyawan yang lebih memilih tinggal di desanya yang masih sekitar perkebunan.Hal ini membuat perumahan yang ada di Afdeling V masih banyak yang kosong sehingga banyak orang berdatangan dari asal yang berbeda-beda dan bekerja sebagai buruh di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi.

Buruh nyerep bertempat tinggal disalah satu perumahan karyawan yang masih kosong di Afdeling V. Sebelum menempati rumah itu, buruh harus meminta izin dulu kepada mandor I lalu di sampaikan kepada Asisten Afdeling V, setelah disetujui barulah


(35)

mereka bisa menempati rumah kosong itu dengan syarat, mereka harus mengikuti peraturan yang dibuat oleh pihak perkebunan seperti harus merawat rumah dengan baik, menanam banyak bunga, bersih dan dipagar bambu. Semua itu harus dapat ditaati oleh orang yang tinggal di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi.Hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara dengan salma (36), yaitu sebagai berikut:

“…saya sudah tinggal disini sekitar 10 tahun dan rumah yang saya tempati ini dulunya kosong, maka dari itu saya lapor ke mandor I untuk bisa menempati rumah ini, kan lumayan gak bayar, air juga gratis, paling cuma listrik aja lah yang bayar…”

Perumahan yang ditempati oleh buruh yaitu rumah yang dibangun 2 rumah yang saling berdampingan dengan rumah yang lain per 2 rumah. Rumah tersebut memiliki ruang tamu, 2 kamar tidur, dapur, kamar mandi dan WC. Listrik juga telah disediakan sehingga buruh hanya membayar uang listrik tiap bulannya, air bersih setiap harinya selalu keluar deras dari pipa masing-masing rumah dari jam 14.00 sampai 16.00 dan diterima secara gratis oleh buruh dan penduduk lainnya yang tinggal di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi.

4.5.4 Kondisi Kesehatan

Pola konsumsi mereka belum memenuhi kebutuhan gizi yang memadai tetapi tidak menyebabkan keluarga mereka sangat jarang sakit.Walupun mereka menderita sakit paling mereka hanya menderita sakit batuk, flu dan sakit kepala itu pun pada saat karena perubahan cuaca dan ada saat musim hujan.Biasanya mereka mengatasinya hanya dengan mengkonsumsi obat yang dibeli di warung dan beristirahat dirumah. Seperti hasil wawancara dengan ibu Saroh Tampubolon berikut ini:

“…saya jarang sakit, paling kalo sakit ya demam, pusing atau pegal-pegal karna capek bekerja itupun saya hanya minum obat aja yang saya beli di warung…”


(36)

Ibu Saroh tampubolon dan keluarganya jarang menderita sakit dan jika menderita sakit itu hanya sakit ringan seperti flu, demam dan batuk dan jika menderita sakit parah, ibu Saroh akan datang ke bidan di desa Adil Makmur yang tidak jauh dari rumahnya. Hal yang sama seperti hasil wawancara dengan ibu Sisrik berikut ini:

“…Saya kalo sakitnya masih ringan ya biasanya beli obat aja diwarung dan istirahat dirumah tapi saya sih jarang sakit dan keluarga saya juga jarang sakit karena kebutuhan gizi ya cukup memenuhi…”

Jika Ibu Sisrik dan keluarganya sakit ringan, Ibu Sisrik hanya akan membeli obat di warung dan beristirahat di rumah tetapi seperti yang telah diungkapkannya diatas bahwa beliau dan keluarganya jarang menderita sakit karena kebutuhan pangannya cukup terpenuhi dan kebersihan rumah juga baik sehingga beliau dan keluarganya selalu sehat karena sangat memperhatikan kebersihan rumah serta tubuhnya.

4.5.5 Kondisi Pendidikan Anak

Pendidikan bagi anak-anak merupakan hal yang terpenting bagi masa depannya kelak. Selain itu pendidikan menjadi bekalnya untuk hidup dimasa yang akan datang. Semua orang tua menginginkan anaknya dapat bersekolah yang lebih tinggi darinya agar masa depannya cerah dan tidak lagi seperti keadaan orang tuanya saat ini. Orang tua akan melakukan apa saja agar anaknya bias bersekolah sampai tinggi bahkan orang tua juga rela bekerja banting tulang dan sampai mengutang sana sini demi untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anaknya.

Anak-anak para buruh nyerep masih pada bersekolah, ada yang masih TK, SD, SMP dan SMA.Anak buruh rata-rata memilih sekolah negeri untuk mengurangi biaya, karena untuk bersekolah di swasta membutuhkan biaya yang lebih terutama untuk uang sekolah dan uang buku.Selain itu, jarak sekolah dari rumah cukup jauh dan


(37)

menyediakan kendaraan bermotor untuk anaknya pergi ke sekolah. Seperti hasil wawancara dengan ibu Ernita simanguncong berikut ini:

“…anak saya perempuan 2 dan masih sekolah SMA di Ujung Padang, setiap harinya mereka pergi kesekolah dengan naik kreta (sepeda motor) karena jarak sekolah dengan rumah sangat jauh…”

Ibu Ernita mempunyai 2 anak perempuan yang masih bersekolah tingkat SMA dan Ibu Ernita simanguncong harus memenuhi keperluan sekolah anak-anaknya seperti memberi uang jajan, uang minyak dan menyediakan seperda motor. Terkadang beliau mengutang untuk dapat memenuhi kebutuhan sekolah anak-anaknya, karena beliau ingin anak-anaknya lebih baik dari kedua orang tuanya. Lain halnya dengan hasil wawancara bersama ibu Sisrik berikut ini:

“…Anak saya Cuma 2 dan yang paling besar masih sekolah MIS (Madrasah Ibtidayah Swasta) di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi dan jarak ruamh ke sekolah pun sangat dekat dan bisa ditempuh dengan jalan kaki sedangkan anak saya yang kedua masih umur 4 tahun dan masih sekolah TK di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi…”

Anak Ibu Sisrik cuma 2 dan masih tingkat Sekolah Dasar dan Tk. Jarak tempuh dari rumah ke sekolah tidak terlalu jauh sehingga dapat hanya berjalan kaki saja dan tidak membutuhkan kendaraan.Hal ini dapat sangat menghemat pengeluaran ibu Sisrik dalam kebutuhan sekolah anak-anaknya.

4.5.6 Kepemilikan Barang-Barang Berharga

Memiliki barang-barang berharga merupakan hal yang lumrah dimiliki semua orang. Tetapi tidak semua orang memiliki barang-barang berharga seperti emas, televisi, sepeda motor, DVD, dan hewan ternak (ayam, bebek, kambing, sapi dan lainnya). Seperti hasil wawancara dengan ibu Saroh Tampubolon berikut ini:

“…dirumah saya punya televisi, dvd, punya sepeda motor 2, yang satu untuk sekolah anak, yang satu lagi untuk


(38)

teman kelompok dan punya juga hewan ternak seperti ayam dan sapi 3 ekor…”

Ibu Saroh memiliki barang-barang berharga seperti emas (cincin), memiliki 2 sepeda motor, televisi, DVD, dan juga hewan ternak seperti ayam dan sapi 3 ekor. Mungkin semua orang pasti mempunyai televisi tapi tidak semua orang memiliki emas dan hewan ternak (sapi). Seperti hasil wawancara dengan ibu Salma berikut ini:

“…saya cuma punya televisi dirumah sama cincin kawin, kalo kreta (sepeda motor) saya gak punya jadi kalo mau kemana-mana ya saya minjam sama tetangga…”

Ibu Salma tidak memiliki barang-barang berharga, beliau hanya memiliki televisi dan juga cincin kawinnya dulu.Ibu Salma juga tidak memiliki hewan ternak seperti Ibu Saroh.Sehingga Ibu Salma hidupnya hanya mengandalkan dari gajinya sebagai buruh nyerep.

4.5.7 Kegiatan Keagamaan

Di Afdeling V sering kali mengadakan acara-acara keagamaan seperti perwiritan ibu-ibu setiap minggu pada hari kamis sore jam 15.00 sampai 17.00 dan perwiritan bapak-bapak setiap minggunya hari kamis malam jam 20.00 sampai 22.00. kegiatan perwiritan diadakan secara rutin setiap minggunya secara bergiliran di rumah warga yang mengikuti perwiritan. Tujuan dari perwiritan ini dimaksudkan untuk

menyambung tali siraturami antara warga yang tinggal di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi sehingga masyarakat yang tinggal di Afdeling V dapat saling berinteraksi dengan baik.

Selain acara perwiritan yang rutin dilaksanakan setiap minggu, ada juga acara pengajian, tetapi tidak semua warga mengikuti acara pengajian tersebut, hanya beberapa orang saja yang mengikutinya.Salah satu informan yang mengikuti pengajian adalah Ibu Saroh Tampubolon. Pengajian secara rutin diadakan setiap hari minggu jam 12 siang.


(39)

Pengajian tersebut dilakukan untuk menambah pengetahuan agama islam dan

menyambung silaturami setelah setiap harinya sibuk beraktifitas seperti bekerja. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Saroh sebagai berikut:

“…saya selalu aktif disetiap kegiatan agama seperti wirit dan pengajian, kegiatan itu kan banyak sekali

manfaatnya. Selain bertemu dengan orang-orang pondok tapi juga medapatkan ilmu agama. Saya kan mualaf, jadi belum terlalu banyak ilmu tentang agama saya saat ini makanya saya ikut perwiritan dan pengajian yang dilakukan seminggu sekali…”

Ibu Saroh adalah seorang mualaf yang aktif mengikuti kegiatan keagamaan dan masih meluangkan sedikit waktunya.Kebutuhan rohani sangat dibutuhkan bagi manusia agar hidupnya selalu teratur dan damai dihati.kebutuhan rohani dapat didapat dari kegiatan-kegiatan keagamaan seperti perwiritan dan penganjian. Selain itu juga manfaatnya dapat menyambung tali silaturami dan bertemu dengan tetangga karena sibuknya bekerja dari pagi sampai menjelang sore.

4.5.8 Pengeluaran Rata-Rata Buruh Nyerep

Setiap keluarga memiliki pendapatan dan pengeluaran untuk kebutuhan hidupnya. Tidak dapat dipastikan pengeluaran rata-rata buruh nyerep sebab setiap buruh nyerep jika belanja, mereka pada mengutang di warung dan akan membayarnya setelah gajian besar. Kadang juga pendapatan yang mereka terima tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup keluarganya sehingga mereka pada mengutang dan tidak dapat bisa dipastikan pengeluaran rata-ratanya dalam sebulan. Seperti hasil wawancara dengan ibu Ernita berikut ini:

“…saya gak bisa mastiin berapa pengeluaran rata-rata setiap bulannya karena gak saya hitung-hitung itu yang penting gimana caranya uang yang ada sama saya itu cukup untuk semua kebutuhan hidup selama sebulan, baik itu


(40)

kebutuhan makan, sekolah anak-anak serta kebutuhan lainnya…”

Ibu Ernita Simanguncong tidak bisa memastikan kira-kira berapa pengeluaran rata-rata keluarganya setiap bulannya.Ibu Ernita hanya berusaha agar uang yang ada padanya dapat memenuhi semua keperluan hidup keluarganya seperti kebutuhan makan, kebutuhan sekolah anak-anaknya dan kebutuhan lainnya.Ibu Ernita mengatakan bahwa terkadang pendapatan keluarganya sangat sedikit dan pengeluaran sangat besar.Ibu Ernita hanya bisa mengarang penegluaran rata-ratanya kira-kira sebesar Rp.2.500.000 karena biaya anak-anak sekolah beliau sangat mahal terlebih lagi uang minyaknya. Lain halnya dengan hasil wawancara dengan ibu Sisrik berikut ini:

“…saya gak bisa memperkirakan ya berapa rata-rata pengeluaran keluarga setiap bulannya, mungkin sekitar Rp. 2.000.000 gitu…”

Ibu Sisrik mengatakan bahwa pengeluran rata-ratanya diperkirakan sebesar Rp. 2.000.000.walaupun anak-anak beliau masih pada kecil-kecil yang tidak terlalu membutuhkan biaya besar tetapi tetap saja pengeluaran beliau besar untuk keperluan makannya agar terpenuhi gizi keluarganya.

4.5.9 Tempat Meminjam Uang Jika Mengalami Kesulitan

Kebutuhan pokok yang mahal serta pendapatan yang rendah membuat para buruh nyerep terkadang kesulitan perekonomian sehingga mereka mengutang untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari atau ketika ada keperluan mendadak. Seperti hasil wawancara dengan ibu Salma berikut ini:

“…saya kan cuma kerja sendiri, suami juga gak punya dan kerja saya juga hanya sebagai buruh nyerep yang gajinya juga gak seberapa sehingga kadangkala saya mengutang dengan tetangga untuk kebutuhan hidup saya dan keluarga, tunggu dapat kiriman dari anak saya lah baru saya


(41)

Ibu Salma mengatakan bahwa terkadang sering mengutang ke tetangga dekat rumahnya jika lagi mengalami kesulitan ekonomi dan baru akan membayarnya setelah mendapatkan gaji dan kiriman uang dari anaknya yang merantau. Uang yang dikirim pun jumlahnya tidak terlalu besar tetapi masih lumayan untuk memenuhi kebutuhan hidup dam membayar hutang. Selain itu jika ibu Salma tidak punya uang untuk belanja, Ibu Salma akan mengutang di warung dan akan membayarnya setelah beliau gajian. Sama halnya dengan ibu Ernita Simanguncong berikut ini:

“…kalo saya lagi kesulitan ekonomi biasanya saya minjam ke keluarga, kalo mau belanja dan lagi gak ada uang ya ngutang diwarung karena kalo gak ngutang gak akan cukup uang kita karna semuanya sekarang serba mahal…”

Ibu Ernita Simanguncong mengatakan bahwa beliau lebih memilih mengutang ke keluarganya dari pada ke tetangganya, karena sama halnya dengan dirinya yang

pendapatannya pun pas-pasan untuk kebutuhan hidup. Selain itu jika belanja, Ibu Ernita lebih memilih mengutang di warung dan membayarnya setelah gajian disebabkan karena pendapatan mereka tidak akan cukup jika membayar kontan.

4.6 Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Karyawan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

4.6.1 Kondisi Pendapatan

Karyawan yang pekerjaannya dikerjakan oleh buruh nyerep tetap

mendapatkan gaji sesuai dengan golongannya dan gaji mereka tetap penuh tanpa ada pengurangan karena telah memakai jasa buruh nyerep.Karyawan menerima jadi 2 kali dalam 1 bulan yaitu pada saat gajian besar tanggal 4 dan pada saat gajian kecil tanggal 19. Selain itu karyawan juga mendapatka beras setiap bulannya pada tanggal 25, mendapatkan bonusan sekitar pada bulan 6 dan mendapatkan THR (Tunjangan Hari


(42)

Raya) pada saat akan mendekati Idul Fitri. Seperti hasil wawancara dengan Ibu Lasma berikut ini:

“…saya menyuruh buruh nyerep untuk menggantikan pekerjaan saya dan saya tetap menerimah gaji penuh tanpa ada potongan, selain itu saya tetap mendapatkan beras catu, bonusan dan tunjangan. Sumber pendapatan saya tidak hanya itu, dirumah saya membuka usaha warung yang lumayan cukup besar di pondok dan keuntungannya juga cukup besar sehingga saya bias menyekolakan anak saya ke akper sampai selesai…”

Ibu Lasma mengatakan bahwa pendapatan beliau tidak hanya mengandalkan dari gajinya sebagai karyawan, tetapi Ibu Lasma juga mempunyai usaha warung yang

menjual berbagai jenis barang dan hasil keuntungan dari warung cukup besar

dibandingkan dengan gajinya sebagai karyawan. Hal ini membuat ibu Lasma merasa nyaman, Ibu Lasma hanya menyuruh buruh bekerja menggantikan pekerjaannya, sedangkan Ibu Lasma dapat bersatai di rumah sambil menjaga warungnya. Lain halnya seperti hasil wawancara dengan ibu Susi berikut ini:

“…gaji saya sebagai karyawan tetap utuh tanpa ada potongan, sehingga saya gak perlu capek bekerja dan hanya menyuruh buruh nyerep saja. Selain itu saya dirumah menjadi tukang pijat sehingga pendapatan saya tidak hanya dari gaji karyawan saja tetapi sebagai tukang pijat…”

Ibu Susi mengatakan bahwa beliau memiliki pendapatan lainnya dari hasil

bekerja sebagai tukang pijat.Sehingga pendapatan beliau tidak hanya dari gajinya sebagai karyawan tetapi juga mendapatkan pendapatan sebagai tukang pijat.Ibu Susi mengatakan jika ada orang yang datang untuk dipijat, beliau dapat mengantongi sebesar Rp. 35.000 sampai Rp. 40.000 per orang.Sehingga jika dalam sehari ada 3 orang yang datang maka Ibu Susi mendapatkan uang sebesar Rp. 120.000.tetapi tidak setiap hari ada orang yang datang untuk dipijat. Berbeda dengan hasil wawancara dengan ibu Anna Silitonga berikut ini:


(43)

“…pendapatan saya hanya dari gaji sebagai karyawan, saya gak punya pekerjaan sampingan karena saya sudah tua sehingga saya hanya beristirahat saja dirumah. Paling ya mendapat kiriman dari anak saya yang belum menikah setiap bulannya…”

Ibu Anna Silitonga mengatakan bahwa pendapatannya hanya dari gaji karyawan saja dan terkadang mendapatkan uang kiriman dari anaknya yang sudah bekerja dan belum menikah.Beliau sudah tua dan sering sakit-sakitan sehingga Ibu Anna hanya di rumah saja.

4.6.2 Kondisi Pangan

Masyarakat Indonesia pada umumnya makanan pokoknya adalah nasi.Nasi merupakan makanan yang hampir setiap hari dikonsumsi masyarakat

Indonesia.Masyarakat Indonesia makan 3 kali dalam sehari dan harus memakanan nasi, karena nasi sudah menjadi makanan pokok yang tidak bisa terlepas begitu saja dari hidup masyarakat Indonesia.Selain itu masyarakat Indonesia juga biasa makan dengan berbagai lauk pauk seperti ikan, sayur, daging, lalapan, rebusan, sambal dan lainnya.

Para karyawan yang tinggal di daerah perkebunan makan 3 kali dalam sehari dan tidak pernah terlepas dari makan nasi. Selain itu mereka juga makan dengan berbagai lauk pauk seperti sayur, tempe sebagai pengganti ayam atau daging, ikan asin dan sambal. Seperti hasil wawancara dengan ibu Lasma berikut ini:

“…saya makan tetap 3 kali dalam sehari, dengan lauk pauk seperti ikan laut, ikan teri/asin, sayur dan lainnya dan karena saya kan warung jadi tinggal pilih aja mau masak apa…”

Ibu Lasma mengatakan bahwa beliau tetap makan 3 kali dalam sehari dengan lauk pauk yang bermacam-macam.Kebutuhan gizi beliau dan keluarga juga terpenuhi karena beliau mempunyai keuangan yang lumayan baik. Lain halnya dengan hasil wawancara bersama ibu Rosliana Hutabarat berikut ini:


(44)

“…saya makan ya seadanya saja, sayakan tinggal bersama cucu jadi saya juga harus ngasih makan mereka juga

sedangkan gaji saya separuhnya untuk membayar buruh nyerep jadi ya saya makan seadanya, tetap makan nasi Cuma lauk pauknya ya biasa-biasa aja kayak sayur, tempe, ikan asin, telur dan saya juga jarang makan ayam dan daging…”

Ibu Rosliana mengatakan bahwa ia tetap mengonsumsi nasi sebagai makanan pokoknya tetapi hanya saya lauk pauknya yang berbeda, lauk pauk beliau hanya seadanya saja seperti sayur, ikan asin, telur dan tempe. Ibu Rolisana mengatakan kebutuhan gizinya lumayan terpenuhi walaupun Ibu Rosliana jarang mengonsumsi daging, ayam dan susu tetapi beliau jarang sakit. Padahal daging merupakan sumber protein yang tinggi untuk kebutuhan tubuh manusia tetapi karena mahalnya harga daging sehingga jarang sekali mereka mengonsumsi daging.

4.6.3 Kondisi Perumahan

Afdeling V merupakan perumahan karyawan yang difasilitasi untuk karyawan yang telah disediakan oleh PT Perkebunan Nusantara IV (Persero).Afdeling V atau yang sering disebut Pondok Afdeling V memiliki beberapa rumah yang sebagiannya ditempati oleh karyawan dan BHL (Buruh Harian Lepas).Perumahan karyawan lapangan dipisah dengan perumahan mandor I dan mandor lapangan. Rumah mandor I adalah rumah tanpa dempetan, memiliki ruang tamu, ruang keluarga, 3 kamar tidur, 1 kamar mandi, WC dan dapur yang lebih luas dibandingkan dengan rumah karyawan biasa, rumah mandor lapangan sama halnya dengan rumah mandor I, sedangkan rumah karyawan biasa kondisi rumahnya berdampingan per 2 rumah dan memiliki ukuran yang lebih kecil

dibandingkan dengan rumah mandor, seperti ruang tamu, memilki kamar 2 yang sangat kecil dan pas-pasan, kamar madi, WC dan dapur.


(45)

Kesehatan merupakan hal yang paling penting yang harus diperhatikan oleh semua orang. Orang yang sehat akan mampu beraktifitas dengan lancar serta dapat bekerja dengan baik. Karyawan perkebunan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi harus memiliki fisik yang sehat untuk bekerja di lapangan perkebunan karena pekerjaan lapangan sangat dibutuhkan tenaga yang ekstra sehingga karyawan harus dapat menjaga kesehatannya.

Jika karyawan menderita sakit, karyawan bisa meminta izin untuk berobat dengan cara meminta surat izin berobat ke kantor Afdeling V lalu datang ke klinik Tinjowan yang beralamat di Emplasmen. Sebelum berobat surat izin berobat harus diberikan kepada bagian SDM untuk disetujui dan karyawan bisa langsung berobat dan bertemu dengan dokter dan meminta obat. Jarak yang ditempu untuk ke klinik pun cukup jauh sekitar ±5 kilometer.Biasanya kendaraan yang dipakai yaitu sepeda motor. Karyawan sering menderita sakit-sakit terutama karyawan perempuan yang sudah tua, tubuh mereka rentan akan penyakit yang datang seperti sakit pinggang, demam, batuk, flu, diare, gatal-gatal dan lainnya. Hal ini pun seperti yang diungkapkan oleh ibu Roslina sebagai berikut:

“…saya kan sudah tua sering sakit-sakitan seperti diare, flu, batuk tapi biasanya saya beli obat aja diwarung karena malas jauh-jauh berobat ke klinik Tinjowan. paling kalo sakitnya agak serius barulah berobat kesana…”

Ibu Rosliana sudah tua dan rentan terkena penyakit.Tetapi Ibu Rosliana lebih memilih beli obat di warung dari pada berobat keklinik jika sakitnya masih ringan. Lain lagi seperti yang diungkapkan oleh ibu Anna silitonga sebagai berikut:

“…saya kalau sakit ya berobat keklinik tinjowan, daripada harus beli obat diwarung. Toh, jarak klinik dengan rumah saya tidak terlalu jauh…”


(46)

Ibu Anna silitonga bahwa jika ia sakit maka Ibu Anna akan segera berobat ke klinik karena fasilitas kesehatan untuk karyawan telah disediakan secara gratis. Sehingga Ibu Anna tidak perlu lgi mengeluarkan biaya untuk pergi ke bidn atau membeli obat ke apotek.

4.6.5 Kondisi Pendidikan Anak

Pendidikan bagi anak-anak merupakan hal yang terpenting bagi masa depannya kelak. Selain itu pendidikan menjadi bekalnya untuk hidup dimasa yang akan datang. Semua orang tua menginginkan anaknya dapat sekolah yang lebih tinggi darinya agar masa depannya cerah dan tidak lagi seperti keadaan orang tuanya saat ini. Orang tua akan melakukan apa saja agar anaknya bisa bersekolah dengan baik. Anak-anak karyawan rata-rata masih mengenyam pendidikan dan ada yang sudah selesai sampai sarjana dan sudah bekerja. Seperti hasil wawancara bersama ibu Lasma Sihombing berikut ini:

“…anak-anak saya semuanya pada sekolah, anak pertama saya adalah perempuan sudah sarjana akper dan sekarang bekerja disalah satu rumah sakit dimedan, anak saya yang kedua adalah laki-laki dan masih kelas 3 STM di Kota Perdagangan dan anak saya yang ketiga adalah perempuan dan masih kelas 1 SMA Negeri Kecamatan Ujung Padang…”

Ibu Lasma Sihombing mengatakan bahwa anak-anaknya mengenyam pendidikan yang layak dan bersekolah dengan baik. Ibu Lasma juga memberikan fasilitas seperti sepeda motor kepada anak laki-lakinya yang bersekolah di STM Kota Perdagangan dan memberikan anak perempuannya sepeda motor juga untuk dapat menuju ke sekolahnya. Selain itu Ibu Lasma juga mengajarkan pada anak-anaknya bahwa pendidikan itu penting bagi masa depannya kelak sehingga anak-anaknya akan terus bersemangat dan tidak


(47)

main-main dalam menuntut ilmu. Hal ini sama dengan yang dirasakan oleh ibu Susi berikut ini:

“…saya pindah dari Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi ke Emplasmen Tinjowan agar anak-anak saya dekat dengan sekolahnya sehingga anak-anak saya tidak terlalu jauh untuk pergi kesekolah. Anak saya 2 perempuan sedang mengenyam pendidikan di SMK Perlayaran di Batubara, sedangkan anak saya yang nomor 4 bersekolah di MTS Nurul Hikmah Emplasmen Tinjowan dan yang paling kecil

bersekolah SD di Emplasmen Tinjowan…”

Ibu Susi mengatakan bahwa beliau rela pindah rumah demi anak-anaknya agar dekat untuk menuju kesekolahnya. Ibu Susi juga mengatakan bahwa pendidikan itu sangat penting buat anak-anaknya sehingga Ibu Susi rela melakukan apa saja saja agar anaknya dapat bersekolah dengan baik dan nyaman. Harapan Ibu Susi kepada anak-anaknya, masa depan anaknya harus lebih baik dibandingkan dengan kondisinya saat ini. Ibu Susi juga harus menyediakan alat transfortasi seperti sepeda motor untuk kedua anak perempuannya yang bersekolah di Batubara. Sedangkan anak yang keempat dan anak yang kelima dapat berjalan kaki menuju sekolahnya karena jarak tempuhnya sangat dekat dari rumah mereka.

4.6.6 Kepemilikan Barang-barang Berharga

Memiliki barang-barang berharga merupakan hal yang wajar dimiliki semua orang. Barang-barang berharga memiliki harga jual yang mahal dan merupakan asset untuk masa depan seperti televisi, DVD, sepeda motor, emas, hewan ternak (ayam, bebek, kambing dan sapi). Tetapi tidak semua orang memilikinya dan mempunyai simpanan barang-barang berharga.Hal itu dikarenakan seseorang tidak pandai mengelola keuangannya untuk dapat membeli barang-barang atau asset-asset tersebut. Seperti hasil wawancara dengan ibu Susi berikut ini:

“…saya punya televise, sepeda motor untuk kerja dan untuk anak sekolah. Kalo hewan ternak (ayam dan bebek) saya ada


(48)

dibelakang rumah kandangnya, tapi saya tidak memiliki sapi atau kambing karena tidak ada yang mengembalanya. Emas juga saya tidak punya karna gak pernah ada uang buat beli, uang habis buat keperluan makan dan biaya anak-anak sekolah…”

Ibu Susi memiliki barang-barang berharga seperti televisi, sepeda motor dan hewan ternak (ayam dan bebek) tetapi beliau tidak memiliki hewan ternak seperti kambing atau sapi. Lain halnya seperti hasil wawancara dengan ibu Lasma Sihombing berikut ini:

“…saya punya televise, emas, sepeda motor ada 3, saya juga membuka warung disamping rumah saya dan saya juga mempunyai hewan ternak seperti ayam yang saya pelihara dibelakang rumah dan hewan ternak seperti sapi, saya menyuruh orang untuk mengembalakan sapi-sapi saya dan saya bayar setiap gajian, saya mempunyai sapi sebanyak 10 ekor. Sapi tersebut akan saya jual ketika ada keperluan mendadak seperti biaya anak sekolah yang membutuhkan banyak uang. Semua saya persiapkan untuk masa depan keluarga saya dan pada hari tua saya…”

Seperti yang telah diungkapkan oleh Ibu Lasma diatas bahwa memiliki jenis barang-barang berharga seperti televisi, DVD, emas, 3 sepeda motor dan hewan ternak (ayam dan 10 ekor sapi). Semua itu Ibu Lasma peroleh dari hasil ia membuka usaha warung di samping rumahnya yang keuntungannya cukup besar. Ibu Lasma

memanfaatkan uang tersebut untuk membeli emas dan hewan ternak sapi yang akan beranak setiap tahunnya, sehingga bisa menjadi asset buat masa tuanya dan masa depan keluarganya kelak. Ibu Lasma memanfaatkan hartanya dengan baik sehingga kehidupan keluarganya saat ini cukup baik.

4.6.7 Pengeluaran Rata-rata Karyawan

Pengeluaran rata-rata setiap keluarga berbeda-beda tergantung kepada


(49)

sekolahnya serta kebutuhan lainnya. Seperti yang diungkapkan ibu Rosliana dari hasil wawancara berikut ini:

“…pendapatan saya ya cuma dari sisa gaji itu dan saya tinggal bersama dengan cucu-cucu saya sehingga saya juga membiayai kehidupannya seperti makannya dan

jajannya, kalo uang sekolahnya orang tuanya yang mengirim uang setiap bulannya…”

Ibu Rosliana Hutabarat hanya tinggal bersama cucunya dan pengeluaran rata-ratanya perbulan tidak banyak karena beliau hanya menanggung makan serta jajan cucu-cucunya, sedangkan untuk biaya dari sekolah cucu-cucunya, anaknya akan mengirimkan uang setiap bulannya. Ibu Rosliana mengaku bahwa pengeluarannya tiap bulan rata-rata sebesar Rp. 1.500.000.lain halnya dengan Ibu Lasma Sihombing berikut ini:

“…pengeluaran setiap bulannya banyak, dari mulai untuk makan, biaya sekolah anak-anak saya yang sekolah di Kota Perdagangan, kayak uang kostnya, uang jajannya, uang sekolahnya dan uang minyaknya. Kalo diperhitungkan mungkin sekitar Rp. 4.000.000…”

Ibu Lasma mengatakan bahwa pengeluaran keluarga beliau cukup besar, dari pengeluaran untuk biaya makan dan untuk sekolah anak-anaknya.Tetapi beliau berusaha mengelolah keuangannya dengan baik sehingga kebutuhan keluarganya dapat terpenuhi.

4.6.8 Tempat Meminjam Uang Jika Mengalami Kesulitan

Biaya hidup dan kebutuhan pokok yang semakin mahal membuat setiap orang mengalami kesulitan keuangan.Apalagi dengan pendapatan yang rendah dan tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga banyak orang yang terpaksa mengutang untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Seperti hasil wawancara dengan ibu Susi berikut ini:

“…sebenarnya pendapatan saya dan suami saya tidak mencukupi untuk kebutuhan keluarga ditambah lagi dengan biaya-biaya anak sekolah yang mahal sehingga kadang saya sering mengutang ketetangga dan akan saya bayar setelah gajian…”


(50)

Ibu Susi diatas mengatakan bahwa pendapatan Ibu Susi dan suami kurang mencukupi kebutuhan keluarga dan biaya-biaya anak sekolah sehingga beliau dirumah sambil menjadi tukang pijat untuk mencukupi kebutuhan keluarga tetapi kadang jika ada

keperluan mendadak dan lagi tidak punya uang beliau akan meminjam ke tetangga dekat rumahnya dan dibayar setelah gajian. lain halnya dengan ibu Lasma berikut ini:

“…saya dulunya minjam uang kebank atas nama suami saya untuk membuka usaha warung dan warung saya berjalan dengan sukses dan keuntungnnya lumayan besar sehingga saya dapat melunasi hutang dibank dan dapat menyimpan uang dari hasil keuntungan warung sehingga kadang banyak orang sini yang meminjam uang ke saya…”

Ibu Lasma dulunya meminjam uang di bank untuk membuka usaha warung disamping rumahnya.Setelah warung berjalan cukup baik, beliau dapat melunasi hutangnya pada bank dan dapat menyimpan uangnya dari hasil keuntungan warungnya tersebut.Dan terkadang banyak orang atau tetangganya yang mengalami kesulitan ekonomi meminjam uang ke Ibu Lasma. Keuangan Ibu Lasma cukup baik, dilihat dari beliau dapat memberika pinjaman kepada orang lain.

4.6.8 Perilaku Menyimpang yang Terjadi di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi

Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatuhan dan melanggar aturan yang ada di masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi olah aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya mencuri, mabuk-mabukan dan berjudi.


(51)

Pemuda-pemuda yang tinggal di Pondok tersebut sering meminum tuak serta mabuk-mabukan dan melakukan perjudian.Hal tersebut sudah mendapatkan teguran dari Bapak Kosat Hutabarat selaku Mandor I di Afdeling V tetapi masih saja mereka secara diam-diam melakukan perjudian.Dari pengakuan mereka bahwa hal tersebut mereka lakukan hanya untuk senang-senang saja.Anak-anak yang masih sekolah terpengaruh oleh pergaulan yang tidak baik karena terkadang orang tua kurang perhatian kepada anaknya.

4.7 Hubungan Kerja antara Buruh Nyerep Perempuan dengan Karyawan Perkebunan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

4.7.1 Status dan Posisi Buruh nyerep di Perkebunan

Buruh nyerep adalah orang yang bekerja sebagai buruh yang dipekerjakan oleh karyawan.Buruh nyerep rata-rata berusia 30 sampai 40 tahun yang masih berusia produktif dan masih memiliki tenaga yang kuat untuk bekerja.Para buruh nyerep adalah ibu rumah tangga dan ada yang merupakan orang tua tunggal.Salah satu informan orang tua tunggal adalah Ibu Salma yang bekerja sebagai buruh nyerep.seperti hasil wawancara berikut ini:

“…saya adalah orang tua tunggal yang bekerja sendirian mencari nafkah untuk mengidupi saya dan anak-anak saya. Saya bekerja sebagai buruh nyerep sudah 3 tahun…”

Ibu Salma merupakan tulang punggung keluarga yang mencari nafkah dan bekerja sebagai buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi. Berbeda dengan Ibu Saroh yang merupakan ibu rumah tangga, seperti hasil wawancara berikut ini:

“…saya adalah ibu rumah tangga yang sambil

bekerja sebagai buruh nyerep untuk membatu suami mencari nafkah daripada di rumah aja bosan gak ada kerjaan dan juga gaji suami saya kurang mencukupi kebutuhan karna suami


(52)

saya kan hanya bekerja sebagai BHL (Buruh Harian Lepas)…” (Ibu Saroh, 36)

Ibu Saroh bekerja sebagai buruh nyerep hanya untuk membantu suami mencari nafkah sebab gaji suami kurang mencukupi kebutuhan sehari-hari.Dengan bekerja sebagai buruh, Ibu Saroh dapat membantu mencukupi kebutuhan keluarganya. Buruh nyerep bekerja dalam bidang pemeliharaan, yaitu menyemprot, memupuk dan membersihkan rumput.

Buruh nyerep tidak memiliki kontrak kerja dan tidak memiliki hubungan kerja dengan pihak perkebukan. Oleh karena itu, buruh nyerep adalah pekerja illegal karena dilakukan secara tidak resmi dengan cara sembunyi-sembunyi dan melanggar Undang-Undang tentang Ketenagakerjaan. Disebut tenaga kerja illegal karena keberadaan buruh nyerep tidak diakui dan tidak resmi sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.Pekerja illegal ini dilarang karena hanya menguntungkan satu pihak saja, contohnya seperti karyawan sangat diuntungkan karena masih mendapatkan sisa gajinya serta mendapatkan jaminan kesehatan dan lainnya, sedangkan buruh nyerep hanya mendapatkan upah saja, tidak bisa menuntut hak apapun selain upah.

Posisi buruh nyerep di perkebunan adalah sebagai pekerja pengganti.Buruh nyerep bekerja atas perintah dari karyawan bukan dari pihak perkebunan.Karyawan memasukan buruh nyerep ke perkebunan untuk menggantikan dirinya dan mendapatkan persetujuan dari mandor. Seperti hasil wawancara berikut ini:

“…awalnya karyawan datang dan meminta tolong pada saya untuk bekerja menggantikan dirinya dan sebelumnya dia (karyawan) uda dapat pertujuan dari mandor…”

Dari ungkapan Ibu Ernita bahwa awalnya karyawan datang meminta tolong untuk bekerja menggantikan dirinya (karyawan) dan sebelumnya karyawan harus meminta ijin


(53)

kepada mandor agar mandor dapat mengetahui bahwa pekerjaan karyawan telah digantikan oleh buruh nyerep. Seperti hasil wawancara dengan mandor berikut ini:

“…karyawan yang mau mempekerjakan buruh nyerep, harus melapor pada saya dulu dan harus memberikan alasan yang jelas sehingga ketika saya ditanyak oleh mandor I saya bisa menjelaskannya…” (Ibu Karnasih, 53)

Ibu Karnasih sebagai salah satu mandor yang anggota karyawannya menggunakan jasa buruh nyerep merasa harus bertanggung jawab atas pekerjaannya. Pekerjaan di perkebunan setiap hari harus memenuhi target perusahaan sehingga Ibu Karnasih memngijinkan karyawan untuk menggunakan jasa buruh nyerep agar dapat mencapai target setiap harinya. Seperti hasil wawancara berikut ini:

“…setiap hari perkebunan memberikan target yang harus dicapai dan setelah itu semua pekerjaan harus

dilaporkan ke kantor, jika saya tidak mengijinkan karyawan menggunakan jasa buruh nyerep maka takutnya akan berdampak pada target tidak tercapai sementara saya bertanggung jawab atas semua itu…” (Ibu Karnasih, 53)

Nama karyawan tetap tertulis sebagai bekerja walaupun yang bekerja itu adalah buruh nyerep.Buruh nyerep juga tidak mendapatkan hak-haknya sebagai pekerja pada umumnya yaitu mendapatkan jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan, tunjangan dan lainnya.Hal ini sangat bertentangan dengan Undang-Undang nomor 13 tentang Ketenagakerjaan yang menjelaskan tentang hak dan kewajiban pekerja dalam

melaksanakan pekerjaan. Hak pekerja seperti dalam pasal 86 ayat (1) yaitu setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan dan keselamatan dan kesehatan kerja, serta dalam pasal 88 yaitu setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang

memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dalam UU diatas bahwa

karyawan berhak memperoleh perlindungan, keselamatan dan kesehatan serta upah yang layak. Perkebunan pun telah memenuhi hak pekerja tetapi karyawan memalalaikan kewajibannya sebagai pekerja dengan menyuruh orang lain untuk bekerja menggantikan


(54)

pekerjaannya, sedangkan karyawan tidak bekerja dan dirumah saja serta ada yang membuka usaha seperti warung. Dalam Undang-Undang tentang ketenagakerjaan, pekerja juga memiliki kewajiban sebagai pekerja, hal itu tercantum pada pasal 102 ayat (2) yaitu dalam melaksanakan hubungan industrial, pekerja dan serikat pekerja

mempunyai fungsi menjalankan perkerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi keberlangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokrasi, mengembangkan keterampilan dan keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya. Dalam UU yang telah dijelaskan diatas tentang kewajiban pekerja yaitu setiap pekerja mempunyai kewajiban dan tanggung jawab atas pekerjaannya.

Karyawan merupakan pekerja tetap di perkebunan dan mendapatkan

perlindungan serta fasilitas dari perkebunan.Karyawan perkebunan kelapa sawit tidak hanya pekerja laki-laki tetapi ada juga karyawan perempuan.Karyawan perempuan melakukan pekerjaan pemeliharaan tanaman seperti penyemprotan rumput, chemis piringan, chemis galangan, garuk piringan (khusus rendahan), pemupukan, dongkel kayu-kayuan dan pangkas (tunas). Pekerjaan karyawan diawasi oleh mandor dan setiap mandor memiliki beberapa anggota karyawan untuk dapat mencapai target perkebunan setiap harinya.

Karyawan perempuan di perkebunan kelapa sawit adalah karyawan yang dimutasi dari kebun kakao dan kebun teh, para karyawan perempun rata-rata sudah mulai tua. Dengan bertambahnya usia, maka karyawan perempuan malas, lelah atau tidak mampu lagi untuk bekerja sehingga karyawan perempuan mempekerjakan buruh nyerep bekerja untuk menggantikan pekerjaannya. Seperti hasil wawancara berikut ini:

“…sebenarnya saya masih sehat dan masih sanggup untuk bekerja tetapi karena bisa mempekerjakan buruh nyerep, lalu saya meminta tolong sama Ibu Saroh agar


(55)

menjadi buruh pengganti saya dan saya dirumah jagain warung…” (Ibu Lasma, 5)

Ibu Lasma masih mampu untuk bekerja tetapi banyak alasan yang membuat Ibu Lasma mempekerjakan buruh nyerep, alasannya yaitu Ibu Lasma merasa lelah dan butuh istirahat dan Ibu Lasma memiliki warung disamping rumahnya sehingga Ibu Lasma menjaga warung sedangkan suaminya yang akan belanja jika stok barang sudah habis. Warung yang dimiliki Ibu Lasma cukup besar dibandingkan dengan warung lainnya. Dimana hampir semua warga Afdeing V berbelanja di warung Ibu Lasma, selain lengkap, di warung Ibu Lasma juga diperbolehkan mengutang dan bisa dibayar pada saat gajian tiba tetapi tentu saja harga mengutang berbeda dengan harga kontan. Ibu Saroh yang menjadi buruh pengganti dari Ibu Lasma juga berbelanja dan mengutang di warung Ibu Lasma sehingga mereka sering bertemu di warung.Selain hubungan pedagang dan pembeli, hubungan mereka adalah hubungan tetangga dimana jarak rumah mereka sangat dekat dan hubungan antara majikan dengan pekerja dimana Ibu Lasma sebagai Majikan yang mempekerjakan Ibu Saroh sebagai buruh nyerepnya (buruh prngganti).

Berbeda dengan yang diungkapkan Ibu Roslina Hutabarat berikut ini:

“…saya sudah tua dan gak kuat lagi untuk kerja. Dulunya saya memanipulasi umur saya ketika melamar menjadi karyawan sehingga saat saya uda tua begini saya belum pension dan kalau mau pension dini kan nanggung karna tinggal 2 tahun lagi…”

Ibu Roslina diatas sudah tua dan tidak mampu lagi untuk bekerja karena dulunya ketika melamar menjadi karyawan, Ibu Roslina memanipulasi umurnya menjadi lebih mudah 7 tahun dari umur yang sebenarnya.Umur Ibu Roslina yang sebnarnya adalah berumur 60 tahun sedangkan umurnya yang tercatat di perkebunan adalah berumur 53 tahun. Masa pensiun karyawan adalah berumur 55 tahun, sehingga padaa saat ini Ibu Roslina masih memiliki waktu 2 tahun lagi untuk pension, sedangkan saat ini Ibu


(1)

dan juga buat para buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV yang telah banyak membantu dan memberikan informasi dalam penelitian ini. Terima kasih banyak atas waktu dan kesedian para informan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran-saran yang sifatnya membantu demi kebaikan tulisan ini.Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca dan akhir kata dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Medan, April 2016

Penulis,

NIM 110901010 Dwi Kuncoro Wati


(2)

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 1 Peta Afdeling V Unit Usaha Padang matinggi ... 25

Gambar2 Stuktur Organisasi Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi ... 25

Tabel 1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 27

Tabel 2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku ... 27

Tabel 3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 28

Tabel 4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 29

Tabel 5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 30

Tabel 6 Sarana Tempat Ibadah ... 31

Tabel 7 Sarana Pendidikan ... 32

Tabel 8 Sarana Olahraga ... 32


(3)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Gambar dan Tabel ... vi

Daftar Isi ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Defenisi Konsep ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Posisi Pekerja Perempuan Dalam Sistem Kapitalisme Perkebunan ... 9

2.2 Status Buruh Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Ketenagakerjaan ... 10

2.3 Buruh Ilegal di Perkebunan ... 11

2.4 Kondisi Kehidupan Sosial dan Ekonomi ... 13

2.5 Hubungan Kerja ... 15

2.6 Penelitian yang Relevan ... 17

BAB III Metode Penelitian 3.1 Jenis Penelitian ... 19


(4)

3.3.1 Unit Analisis ... 20

3.3..2 Informan ... 20

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 21

3.4.1 Data Primer ... 21

3.4.2 Data Sekunder ... 22

3.5 Interpretasi Data ... 22

3.6 Jadwal Kegiatan ... 23

BAB IV Temuan Data dan Interpretasi Data Penelitian 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian ... 24

4.1.1 Letak Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi ... 24

4.1.2 Keadaan Geografis Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi ... 24

4.2 Gambaran Penduduk Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi ... 26

4.2.1 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 26

4.2.2 Penduduk Berdasarkan Suku ... 27

4.2.3 Penduduk Berdasarkan Agama ... 28

4.2.4 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 28

4.2.5 Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 29

4.3 Sarana dan Prasarana ... 31

4.3.1 Sarana Tempat Ibadah ... 31

4.3.2 Sarana Pendidikan ... 31

4.3.3 Sarana Kesehatan ... 32

4.3.4 Sarana Olahraga ... 32

4.3.5 Sarana Tempat Pertemuan ... 33

4.4 Profil Informan... 33


(5)

4.5 Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Nyerep Perempuan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV

(Persero) ... 41

4.5.1 Kondisi Pendapatan ... 41

4.5.2 Kondisi Pangan ... 43

4.5.3 Kondisi Perumahan ... 45

4.5.4 Kondisi Kesehatan ... 46

4.5.5 Kondisi Pendidikan Anak ... 47

4.5.6 Kepemilikan Barang-Barang Berharga ... 48

4.5.7 Kegiatan Keagamaan ... 49

4.5.8 Pengeluaran Rata-Rata Buruh Nyerep Perempuan... 50

4.5.9 Tempat Meminjam Uang Jika Mengalami Kesulitan ... 51

4.6 Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Karyawan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) ... 52

4.6.1 Kondisi Pendapatan ... 52

4.6.2 Kondisi Pangan ... 54

4.6.3 Kondisi Perumahan ... 55

4.6.4 Kondisi Pendidikan Anak ... 57

4.6.5 Kepemilikan Barang-Barang Berharga ... 58


(6)

4.7 Hubungan Kerja antara Buruh Nyerep dengan Karyawan Perkebunan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV

(Persero) ... 62

4.7.1 Status dan Posisi Buruh Nyerep di Perkebunan ... 62

4.7.2 Sistem Pengupahan Buruh Nyerep ... 68

4.8 Keberadaan dan Keberlangsungan Buruh Nyerep Perempuan di Afedeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) ... 68

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 71

5.2 Saran ... 72

Dokumentasi Lapangan ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

INTERVIEW GUADE ... 76


Dokumen yang terkait

Gambaran Infeksi Kecacingan Pada Pekerja Perkebunan Kelapa Sawit Di PT. Asam Jawa Di Afdeling II Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2004

0 36 61

Analisis Efisiensi Produksi Tanaman Teh (Studi Kasus : PT Pekebunan Nusantara IV Sidamanaik Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun)

13 116 61

Perbandingan Kondisi Sosial Buruh PT PP London Sumatra Tbk. dengan Buruh PT Perkebunan Nusantara IV (Studi Komparatif di Desa Sei Bejangkar Kab. Batubara dan Desa Padang Matinggi Kab. Simalungun)

3 35 125

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Semangat Kerja Karyawan di Kantor PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Padang Matinggi Kab. Simalungun

2 18 116

Manifestasi Ketidakadilan Gender Pada Masyarakat Perkebunan (Studi deskriptif pada buruh perempuan pembibitan kelapa sawit PTPN IV unit usaha Bah Jambi)

2 34 102

Buruh Nyerep Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi kasus pada buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun)

0 0 10

Buruh Nyerep Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi kasus pada buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun)

0 1 8

Buruh Nyerep Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi kasus pada buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun)

0 1 10

Buruh Nyerep Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi kasus pada buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun)

0 1 2

Buruh Nyerep Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi kasus pada buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun)

0 1 5