BAB 5 PEMBAHASAN
Subjek yang menjadi sampel penelitian ini adalah pasien periodontitis kronis yang perokok dan bukan perokok di Instalasi Periodonsia RSGM USU. Alat yang
digunakan untuk mengukur status antioksidan total adalah Spektrometer. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan status antioksidan total
antara pasien periodontitis kronis yang perokok dan bukan perokok yang berkunjung
ke Instalasi Periodonsia RSGM USU.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan p0,05 pada status antioksidan antara pasien periodontitis kronis yang perokok dan
bukan perokok dimana pasien perokok mempunyai nilai antioksidan yang rendah dengan nilai rerata 215,15 sedangkan nilai rerata pasien yang bukan perokok pula
adalah 256,64. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mojtoba dkk. yang mengatakan bahwa kebiasaan merokok dapat merusak sistem
pertahanan antioksidan dan meningkatkan stres oksidatif. Menurut penelitian Mojtoba dkk. tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengurangan status antioksidan total
pada perokok diasosiasi dengan peningkatan oksidan dan radikal bebas. Terdapat literatur yang mengatakan bahwa peroksidasi lipid lebih tinggi pada perokok
dibanding dengan yang bukan perokok. Beberapa peneliti mengatakan bahwa tembakau mengurangi kapasitas antioksidan dalam saliva. Selain itu,
ketidakseimbangan antara radikal bebas dan SOR yang disebabkan oleh kebiasaan merokok mempunyai peran yang penting dalam onset dan perkembangan lesi
inflamatori oral.
30
Penelitian oleh D.V.Sculley mengatakan bahwa subjek dengan keparahan periodonsium yang tinggi lebih terpapar oleh kerusakan oksidatif, yang
dibuktikan dengan status antioksidan total yang rendah pada subjek periodontitis kronis yang perokok.
31
Universitas Sumatera Utara
Semua organisme mempunyai berbagai sistem pertahanan antioksidan yang enzimatik dan non-enzimatik. Menurut B Rai dkk., terdapat bukti yang menyatakan
bahwa stres oksidatif merupakan faktor yang mengkontribusi patogenesis penyakit periodontal. Molekul antioksidan hadir dalam semua cairan tubuh dan jaringan. saliva
mempunyai berbagai mekanisme pertahanan yang bertanggungjawab untuk melindungi rongga mulut.
32
M Isam Hamo dkk. yang melakukan penelitian yang sama juga mendapati bahwa status antioksidan total pada perokok lebih rendah dari
yang bukan perokok. Menurut beliau, antioksidan sangat penting pada perokok karena antioksidan dapat menghilangkan radikal bebas, yang banyak terdapat dalam
asap tembakau. Banyak penelitian yang melaporkan bahwa konsumsi alamiah antioksidan dari buah-buahan dan sayuran mempunyai efek perlindungan terhadap
stres oksidatif. Beberapa penelitian mengatakan bahwa efek oksidan dari asap rokok
mungkin disebabkan oleh diet yang berbeda antara perokok dan bukan perokok. Beliau menyimpulkan bahwa status antioksidan pada perokok rendah karena
kehadiran radikal bebas yang tinggi dalam asap rokok yang menghasilkan stres oksidatif dalam tubuh perokok lalu menyebabkan pengurangan antioksidan dalam
tubuh.
33
Penelitian lain yang dilakukan oleh Nagler dkk. menunjukkan bahwa status antioksidan total pada perokok lebih tinggi dari yang bukan perokok. Hasil yang
berbeda-beda ini mungkin disebabkan oleh pola merokok yang berbeda, jumlah dan umur sampel penelitian, jenis tembakau, filtrasi yang terdapat dalam rokok, dan juga
cara pengukuran antioksidan total. Seperti yang dibahas sebelum ini, buah-buahan dan sayuran memiliki antioksidan yang banyak dan diet populasi yang yang diteliti
dapat mengefek hasil penelitian. Walaupun banyak peneliti mengevaluasi status antioksidan total tanpa kebiasaan nutrisional, ia dapat direkomendasi untuk penelitian
selanjutnya. Oleh karena analisis profil antioksidan saliva menjadi semakin penting untuk memahami hubungan antara saliva dan radikal bebas, lebih banyak penelitian
perlu dilakukan. Sifat antioksidan melindungi jaringan mulut dari kerusakan oksidatif. Jadi, penggunaan agen antioksidan dapat meningkatkan sistem antioksidan
Universitas Sumatera Utara
saliva dan membantu mengurangi insiden kanker oral pada individu yang mempunyai kebiasaan merokok.
34
Hipotesis penelitian ini yaitu ada perbedaan status antioksidan total pada pasien periodontitis kronis perokok dan bukan perokok dapat diterima. Hal ini
terbukti dengan diperolehnya hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pasien periodontitis kronis perokok mempunyai status antioksidan total yang lebih rendah
dibanding dengan yang bukan perokok.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN