Prinsip-prinsip dan tujuan pemberian kredit pada perbankan

merupakan tindaklanjut dari ditandatanganinya Nota Kesepahaman Bersama MoU pada tanggal 9 Oktober 2007 tentang Penjaminan Kredit atau Pembiayaan kepada UMKMK antara Pemerintah Menteri Negara Koperasi dan UKM, Menteri Keuangan, Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Perindustrian, Perusahaan Penjamin Perum Jamkrindo dan PT. Asuransi Kredit Indonesia dan Perbankan Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Bukopin, dan Bank Syariah Mandiri. KUR ini didukung oleh Kementerian Negara BUMN, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian serta Bank Indonesia. Kredit Usaha Rakyat diberikan dengan tujuan mengakselerasi pengembangan kegiatan perekonomian di sektor riil dalam rangka penanggulangan dan pengentasan kemiskinan serta perluasan kesempatan kerja. Secara lebih rinci, tujuan program KUR adalah sebagai berikut : 1. mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKMK, 2. meningkatkan akses pembiayaan dan mengembangkan UMKMK kepada Lembaga Keuangan, 3. sebagai upaya penanggulangan atau pengentasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja.

B. Prinsip-prinsip dan tujuan pemberian kredit pada perbankan

Pemberian kredit ataupun pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank wajib memperhatikan hal-hal sebagaimana ditentukan dalam Pasal 8 ayat 1 dan 2 UU Perbankan, yaitu: 1 Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan diperjanjikan. 2 Bank umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Berkaitan dengan itu, menurut penjelasan Pasal 8 ayat 2 UU Perbankan, dikemukakan bahwa pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yang wajib dimiliki dan diterapkan oleh bank dalam pemberian kredit dan pembiyaan adalah sebagai berikut : 1. pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dibuat dalam perjanjian tertulis, 2. bank harus memiliki keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur yang antara lain diperoleh dari penilaian yang saksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan proyek usaha dari nasabah debitur, 3. kewajiban bank untuk menyusun dan menerapkan prosedur pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, 4. kewajiban untuk memberikan informasi yang jelas mengenai prosedur dan persyaratan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, 5. larangan bank untuk memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dengan persyaratan yang berbeda kepada nasabah debitur danatau pihak-pihak terafiliasi, 6. penyelesaian sengketa. Ketentuan Pasal 8 ayat 1 dan 2 di atas merupakan dasar atau landasan bagi bank dalam menyalurkan kreditnya kepada nasabah debitur. Lebih dari itu, karena pemberian kredit merupakan salah satu fungsi utama dari bank, maka dalam ketentuan tersebut juga mengandung dan menerapkan prinsip kehati-hatian sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 2 UU Perbankan. Untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah di kemudian hari, penilaian suatu bank untuk memberikan persetujuan terhadap suatu permohonan kredit haruslah dilakukan dengan prinsip-prinsip kredit sebagai berikut: 29 1. Character watak Watak atau character adalah sifat dasar yang ada dalam hati seseorang. Watak dapat berupa baik dan jelek bahkan ada yang terletak di antara baik dan jelek. Watak merupakan pertimbangan untuk mengetahui risiko. Tidak mudah untuk menentukan watak seorang debitur terutama debitur yang baru pertama kali mengajukan kredit. Penilaian terhadap karakter ini untuk mengetahui tingkat kejujuran, integritas, dan kemauan dari calon nasabah debitur untuk memenuhi kewajiban dan menjalankan usahanya. Informasi ini dapat diperoleh oleh bank melalui riwayat hidup, riwayat usaha, dan informasi dari usaha- usaha yang sejenis. 2. Capacity kemampuan Yang dimaksud dengan capacity dalam hal ini adalah kemampuan calon nasabah debitur untuk mengelola kegiatan usahanya dan mampu melihat prospektif masa depan, sehingga usahanya akan dapat berjalan dengan baik dan memberikan keuntungan, yang menjamin bahwa ia mampu melunasi utang kreditnya dalam jumlah dan jangka waktu yang telah ditentukan. Pengukuran kemampuan ini dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, misalnya pendekatan materiil, yaitu melakukan penilaian terhadap keadaaan neraca, laporan rugi laba, dan arus kas cash flow usaha dari beberapa tahun terakhir. 29 Ibid., hlm. 64. Melalui pendekatan ini, tentu dapat diketahui pula mengenai tingkat solvabilitas, likuiditas, dan rentabilitas usaha serta tingkat risikonya. Pada umumnya untuk menilai capacity seseorang didasarkan pada pengalamannya dalam dunia bisnis yang dihubungkan dengan pendidikan dari calon nasabah debitur, serta kemampuan dan keunggulan perusahaan dalam melakukan persaingan usaha dengan pesaing lainnya. 3. Capital modal Dalam hal ini bank harus terlebih dahulu melakukan penelitian terhadap modal yang dimiliki oleh pemohon kredit. Penyelidikan ini tidaklah semata-mata didasarkan pada besar kecilnya modal, akan tetapi lebih difokuskan kepada bagaimana distribusi modal ditempatkan oleh pengusaha tersebut, sehingga segala sumber yang telah ada dapat berjalan secara efektif. 4. Collateral jaminan Suatu jaminan untuk persetujuan pemberian kredit yang merupakan sarana pengaman back up atas risiko yang mungkin terjadi atas wanprestasinya nasabah debitur di kemudian hari, misalnya terjadinya krredit macet. Jaminaan ini diharapkan mampu melunasi sisa utang kredit baik utang pokok maupun bunganya. 5. Condition of Economy kondisi ekonomi Dalam pemberian kredit oleh bank, kondisi ekonomi secara umum dan kondisi sektor usaha pemohon kredit perlu memperoleh perhatian dari bank untuk memperkecil risiko yang mungkin terjadi yang diakibatkan oleh kondisi ekonomi tersebut. Terkait dengan prinsip-prinsip di atas, pada dasarnya pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitur berpedoman kepada dua prinsip, yaitu: 1. Prinsip kepercayaan Dapat dikatakan bahwa pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitur selalu didasarkan kepada kepercayaan. Bank mempunyai kepercayaan bahwa kredit yang diberikannya bermanfaat bagi nasabah debitur sesuai dengan peruntukannya, dan terutama sekali bank percaya nasabah debitur yang bersangkutan mampu melunasi utang kredit beserta bunga dalam jangka waktu yang telah ditentukan. 2. Prinsip kehati-hatian prudential principle Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya, termasuk pemberian kredit kepada nasabah debitur harus selalu berpedoman dan menerapkan prinsip kehati-hatian. Prinsip ini antara lain diwujudkan dalam bentuk penerapan secara konsisten berdasarkan itikad baik terhadap semua persyaratan dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pemberian kredit oleh bank yang bersangkutan. Pemberian kredit berdasar prinsip-prinsip diatas bertujuan agar pelaksanaan pemberian kredit oleh bank tepat sasaran sesuai dengan tujuan kredit yang sesungguhnya. Dalam hal ini tujuan kredit itu sendiri adalah untuk memperoleh keuntungan, maka bank hanya boleh meneruskan simpanan masyarakat kepada nasabahnya dalam bentuk kredit, jika betul-betul merasa yakin bahwa nasabah yang akan menerima kredit itu mampu dan mau mengembalikan kredit yang telah diterimanya. Dari faktor kemampuan dan kemauan tersebut unsur-unsur yang berkaitan, yakni unsur keamanan safety dan unsur keuntungan profitability. Unsur keamanan safety yang dimaksud adalah bahwa prestasi yang diberikan dalam bentuk uang, barang, atau jasa itu telah terjamin pengembaliannya, sehingga diperoleh keuntungan profitability yang diharapkan. Keuntungan profiitability yang dimaksud diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima. Selain itu tujuan kredit lainnya adalah sebagai berikut: 30 1. memperoleh pendapatan bank dari hasil bunga yang diterima, 2. memproduktifkan dan memanfaatkan dana-dana yang ada, 3. melaksanakan kegiatan operasional bank, 4. untuk memenuhi permintaan kredit dari masyarakat, 5. memperlancar lalu lintas pembayaran, 6. menambah modal kerja perusahaan, dan 7. meningkatkan kesejahteraan dan juga pendapatan masyarakat. Selain tujuan-tujuan di atas, pemberian kredit juga memiliki beberapa fungsi. Secara umum kredit berfungsi sebagai pemenuhan jasa untuk melayani kebutuhan masyarakat to serve the society dalam rangka mendorong dan meluncarkan perdagangan, produksi, jasa-jasa dan bahkan konsumsi yang kesemuanya itu pada akhirnya ditujukan untuk menaikan taraf hidup rakyat banyak. Kredit pada awal perkembangannya mengarahkan fungsinya untuk merangsang kedua belah pihak untuk tujuan pencapaian kebutuhan baik dalam bidang usaha maupun kebutuhan sehari-hari. Pihak yang mendapatkan kredit harus dapat menunjukkan prestasi yang lebih tinggi pada kemajuan usahanya itu, 30 Pengertian Pakar, “Pengertian, Fungsi, Tujuan dan Macam Kredit”, http:www.pengertianpakar.com201412pengertian-fungsi-tujuan-dan-macam.html diakses pada tanggal 18 Maret 2015. atau mendapatkan pemenuhan atas kebutuhannya. Adapun bagi pihak yang memberi kredit, secara material dia harus mendapatkan rentabilitas berdasarkan perhitungan yang wajar dari modal yang dijadikan objek kredit, dan secara spiritual mendapatkan kepuasan karena dapat membantu para pihak lain untuk mencapai kemajuan. Suatu kredit mencapai fungsinya, baik bagi kreditur, debitur, maupun masyarakat, apabila secara sosial ekonomis membawa pengaruh yang lebih baik. Bagi pihak debitur dan kreditur, mereka sama-sama memperoleh keuntungan, dan juga mengakibatkan tambahan penerimaan negara dari pajak, serta membawa dampak kemajuan ekonomi yang bersifat mikro maupun makro. 31 Kredit dalam kehidupan prekonomian sekarang, dan juga dalam perdagangan, mempunyai fungsi sebagai berikut: 32 1. Kredit pada hakekatnya dapat meningkatkan daya guna uang Para pemilik uang atau modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya kepada para pengusaha yang memerlukan uang untuk meningkatkan prooduksi atau usahanya. Para pemilik uang atau modal dapat menyimpan uangnya pada lembaga-lembaga keuangan. Uang yang terkumpul tersebut diberikan sebagai pinjaman kepada perusahaan untuk meningkatkan usahanya. 2. Kredit meningkatkan peredaran lalu lintas uang Kredit yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan alat pembayaran baru seperti cek, giro bilyet, dan wesel. Apabila pembayaran dilakukan dengan alat pembayaran tersebut, maka akan dapat meningkatkan peredaran uang kartal, sehingga arus lalu lintas uang akan berkembang pula. 31 Budi Untung, Op.Cit., hlm. 4. 32 Thomas Suyatno, Op.Cit., hlm. 14. 3. Kredit dapat pula meningkatkan daya guna dan peredaran barang Dengan kredit, pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang jadi, sehingga daya guna barang meningkat. Disamping itu, kredit dapat pula meningkatkan peredaran barang baik melalui penjualan secara kredit maupun dengan membeli barang-barang dari suatu tempat dan menjulanya ke tempat lain. 4. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi Dalam keadaan ekonomi kurang sehat, kebijaksanaan ekonomi diarahkan pada usaha-usaha antara lain : a. mengendalikan inflasi, b. peningkatan ekspor, c. pemenuhan kebutuhan pokok. 5. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha Bantuan kredit yang diberikan oleh bank dapat mengatasi kekurangmampuan pengusaha dibidang permodalan, sehingga pengusaha dapat meningkatkan usahanya. 6. Kredit dapat meningkatakan pemerataan pendapatan Dengan kredit pemilik usaha dapat meningkatkan usahanya dengan mendirikan proyek-proyek baru. Peningkatan usaha dan proyek-proyek baru ini membutuhkan tenaga kerja, dengan demikian para pekerja tersebut akan memperoleh pendapatan. Apabila perluasan usaha dan pendirian proyek baru itu telah selesai maka dalam pengelolaannya membutuhkan tenaga kerja. Dengan tertampungnya tenaga kerja tersebut, maka pemerataan pendapatan semakin meningkat. 7. Kredit dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional Bank-bank luar negeri yang besar mempunyai jaringan di dalam negeri dapat menyalurkan kreditnya langsung atau tidak langsung kepada perusahaan- perusahaan dalam negeri, bantuan dalam bentuk kredit ini tidak saja dapat mempererat hubungan ekonomi antar negara yang bersangkutan tapi juga dapat meningkatkan hubungan internasional.

C. Perjanjian Kredit pada Bank

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan

2 72 103

Tanggung Jawab Perusahaan Penjaminan Kredit Sebagai Penjamin Untuk Menanggulangi Risiko Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat (Studi Perum Jamkrindo Cabang Medan)

14 178 131

Upaya Penyelesaian Kredit Macet Dalam Kredit Usaha Rakyat (Kur) Pada Bank (Studi Pada Bank Btn Cabang Pemuda Medan)

9 166 128

Tinjauan Yuridis terhadap Penjaminan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Saat Terjadi Kredit Macet pada Bank Mandiri Medan (Studi pada Perum Jamkrindo Cabang Medan dan Kantor Wilayah I Bank Mandiri Medan)

0 8 162

Penjaminan Kredit Usaha Rakyat Oleh Perum Jamkrindo Cabang Denpasar.

0 0 14

Tanggung Jawab Perusahaan Penjaminan Kredit Sebagai Penjamin Untuk Menanggulangi Risiko Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat (Studi Perum Jamkrindo Cabang Medan)

0 0 11

Tanggung Jawab Perusahaan Penjaminan Kredit Sebagai Penjamin Untuk Menanggulangi Risiko Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat (Studi Perum Jamkrindo Cabang Medan)

0 0 1

Tanggung Jawab Perusahaan Penjaminan Kredit Sebagai Penjamin Untuk Menanggulangi Risiko Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat (Studi Perum Jamkrindo Cabang Medan)

0 0 38

Tanggung Jawab Perusahaan Penjaminan Kredit Sebagai Penjamin Untuk Menanggulangi Risiko Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat (Studi Perum Jamkrindo Cabang Medan)

0 0 4

Tanggung Jawab Perusahaan Penjaminan Kredit Sebagai Penjamin Untuk Menanggulangi Risiko Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat (Studi Perum Jamkrindo Cabang Medan)

0 0 3