pemberian penjaminan, ketentuan gearing ratio dan nilai penjaminan bagi usaha produktif, penjaminan terhadap pembiayaan berdasarkan prinsip syariah,
pelaporan, pembinaan dan pengawasan, pencabutan izin usaha, dan tata cara mengenai sanksi administrasi.
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190PMK.052014 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Imbal Jasa Penjaminan Kredit Usaha Rakyat. Peraturan ini mengatur secara keseluruhan mengenai IJP-KUR, dari segi tujuan
IJP-KUR, alokasi dana IJP-KUR, target penyaluran tahunan IJP-KUR, besaran IJP-KUR, permohonan IJP-KUR, pencairan IJP-KUR, pelaporan IJP-KUR,
dan sertifikat penjaminan KUR.
C. Prinsip-prinsip Penjaminan Kredit
Prinsip-prinsip penjaminan kredit sangat berkaitan satu sama lain dengan fungsi-fungsi dan tujuan-tujuan penjaminan kredit. Atas dasar tersebut prinsip-
prinsip penjaminan kredit dapat dibagi sebagai berikut:
59
1. Kelayakan usaha
Penjaminan kredit diberikan hanya apabila dua pihak yaitu penjamin dan penerima jaminan berpendapat bahwa us
aha atau proyek yang diajukan penjaminnya adalah layak untuk dijamin. Kelayakan usaha dalam hal ini tidak hanya menilai kinerja dan prospek usaha
terjamin, tetapi juga terhadap karakter atau personality terjamin itu sendiri. Penilaian kelayakan usaha ini dilakukan oleh penjamin kredit dan digunakan
untuk mendapatkan keyakinan bahwa usaha dan pribadi terjamin memang patut untuk mendapatkan jasa penjaminan. Dalam hal salah satu pihak menilai
59 Ibid., hlm. 19-22.
bahwa usaha calon penerima kredit adalah tidak layak, maka penjaminan kredit tidak akan pernah ada. Selanjutnya, bila untuk suatu kasus penjamin tidak
memiliki keyakinan yang cukup atas kelayakan usaha calon terjamin, maka penjamin dapat melakukan penolakan terhadap permohonan penjaminan
tersebut. 2.
Pelengkap perkreditan Memperhatikan bahwa keberadaan kredit pada dasarnya menyangkut adanya
dua pihak yang berkepentingan yaitu kreditur dan debitur, penjaminan kredit bagi suatu sistem perkreditan selanjutnya adalah sebuah pelengkap. Dalam hal
ini sifat perjanjian penjaminan kredit dikonstruksikan sebagai perjanjian ikutan accessoir yaitu senantiasa merupakan perjanjian yang dikaitkan dengan
perjanjian pokok yang berupa perjanjian kredit. Meskipun demikian, prinsip sebagai pelengkap ini sangat melekat pada layak tidaknya kredit atau
pembiayaan dikucurkan kepada yang membutuhkan. Bagi kreditur dan debitur, penjaminan kredit merupakan sarana untuk pemenuhan persyaratan tekhnis
perkreditan atau tekhnis perbankan. 3.
Pengganti agunan Berdasarkan falsafah perkreditan, penjaminan kredit memberikan manfaat bagi
debitur maupun kreditur, terutama apabila agunan yang disediakan calon terjamin belum mencukupi menurut kreditur atau penerima jaminan.
4. Pengambilalihan sementara risiko kredit macet
Prinsip penjaminan kredit selanjutnya adalah pengambilalihan risiko kredit macet. Dalam hal ini apabila kredit yang dijamin mengalami kemacetan atau
tidak dapat dilunasi sesuai dengan jangka waktu sebagaimana diperjanjikan,
maka pihak penjamin akan menyelesaikan sisa kredit yang dijamin. Pengambilalihan sementara risiko kredit macet ini dilakukan dengan
membayarkan sejumlah kewajiban sisa kredit atau kerugian kreditur sehingga penerima jaminan terhindar dari munculnya kredit atau pembiayaan yang
mempunyai bad performance atau Non Performing Loan NPL. 5.
Piutang subrogasi Sebagai konsekuensi prinsip pengambilaihan sementara risiko kredit macet
pembayaran klaim, maka penyelesaian sisa kredit yang belum lunas pada saat jatuh tempo oleh pihak penjamin tidak secara otomatis menghilangkan
kewajiban dari pihak terjamin atau debitur untuk melunasi kewajibannya. Pelunasan sisa kredit yang macet harus tetap dilakukan oleh pihak terjamin,
baik dengan cara mengangsur secara berkala danatau dengan menjual atau mencairkan agunan tambahn lainnya. Pelunasan sisa kredit oleh terjamin ini
bagi penjamin disebut sebagai piutang subrogasi. Penarikan piutang subrogasi ini tetap menjadi kewajiban penerima jaminan atau kreditur.
6. Keterlibatan tiga pihak
Penjaminan kredit adalah suatu perikatan penunjang perkreditan yang melibatkan tiga pihak, yaitu penjamin, penerima jaminan, dan terjamin.
7. Kerjasama pengendalian kredit
Terkait dengan salah satu prinsip penjaminan kredit sebagai pengganti agunan, maka pengelolaan atas risiko kredit berjalan atau kredit yang dijamin
merupakan kegiatan yang sangat penting dan diutamakan. Dalam praktik perkreditan, kegiatan pengawasaan kredit dilakukan oleh penyedia fasilitas
tersebut atau kreditur. Melalui perikatan penjaminan kredit, karena terdapat
pihak ketiga yang juga bertanggung jawab terhadap kelancaran pengembalian kredit, maka untuk mengurangi risiko terjadinya kredit macet, pihak penjamin
juga melaksanakan fungsi pengendalian atau pengawasan kredit, sebagaimana yang biasa dilakukan oleh kreditur penerima jaminan. Dalam hal ini penjamin
bertindak sebagai mitra kerja pihak penerima jaminan, khususnya dalam menentukan tindakan preventif yang diperlukan dalam upaya-upaya
penyelamatan kredit.
D. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Penjaminan Kredit