B. Penjaminan Kredit dan Dasar Hukumnya
Kegiatan pinjam-meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran. Dapat
diketahui bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam- meminjam uang sebagai sesuatu yang sangat diperlukan untuk mendukung
kegiatan perekonomiannya dan untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Ditinjau dari sudut perkembangan perekonomian nasional dan
internasional dapat diketahui betapa besar peranan yang terkait dengan kegiatan pinjam-meminjam uang pada saat ini. Berbagai lebaga keuangan, terutama bank
konvensional, telah membantu pemenuhan kebutuhan dana bagi kegiatan perekonomian dengan memberikan pinjaman uang antara lain dalam bentuk kredit
perbankan. Hal penting yang cukup sering diperhatikan dalam pemberian kredit
adalah sering dipersyaratkan adanya penyerahan jaminan utang oleh pihak peminjam kepada pihak pemberi pinjaman. Jaminan utang dapat berupa barang
benda sehingga merupakan jaminan kebendaan dan atau berupa janji penanggungan utang sehingga merupakan jaminan perorangan. Jaminan
kebendaan memberikan hak kebendaan kepada pemegang jaminan.
46
Pemberian kredit dalam praktik perbankan Indonesia umumnya diikuti penyediaan jaminan oleh pemohonan kredit, sehingga pemohon kredit yang tidak
bisa memberikan jaminan sulit untuk memperoleh kredit dari bank. Persyaratan bagi pemohon kredit untuk menyediakan jaminan ini dapat menghambat
pengembangan usaha pemohonan kredit karena pengusaha kecil yang modal
46 M. Bahsan, Op.Cit., hlm. 2.
usahanya sangat terbatas tidak memiliki harta kekayaan yang memenuhi syarat untuk dijadikan jaminan kreditnya.
Pemberian kredit dalam perkembangannya untuk membantu masyarakat memperoleh modal dengan mudah yang diharapkan mampu meningkatkan
pembangunan nasional khususnya untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi maka pemerintah telah mengubah UU Perbankan. Undang-undang ini tidak lagi
mensyaratkan bahwa pemberian kredit harus diikuti dengan kewajiban pemohon kredit menyediakan jaminan materiil atau in-materiil. Dalam Pasal 8 UU
Perbankan hanya menegaskan bahwa dalam memberikan kredit, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad baik
dan kemampuaan debitur serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan hutang dimaksud sesuai dengan yang
diperjanjikan. Dari pasal ini persyaratan adanya jaminan untuk memberikan kredit tidak menjadi keharusan. Bank hanya diminta untuk meyakini berdasarkan
analisis yang mendalam atas itikad baik debitur dan kemampuan dari debitur. Ukuran itikad baik sifatnya kualitatif tidak mudah untuk mengukurnya, sedangkan
kemampuan dapat dianalisa dari pendapatan debitur dalam berusaha atau pendapatan dari pekerjaanya seorang pemohon kredit.
Berdasarkan UU Perbankan yang mensyaratkan jaminan tidak menjadi keharusan dalam pemberian kredit tidak serta-merta membuat bank-bank
konvensional memberikan kredit tanpa jaminan. Dalam prakteknya yang terjadi selama ini dalam masyarakat, bank tetap meminta jaminan dari pemohon kredit
selain analisis itikad baik dan kemampuan pemohon kredit.
Jaminan kredit adalah segala sesuatu yang mempunyai nilai mudah untuk diuangkan yang diikat dengan janji sebagai jaminan untuk pembayaran dari
hutang debitur berdasarkan perjanjian kredit yang dibuat kreditur dan debitur. Kredit yang diberikan selalu diamankan dengan jaminan kredit dengan tujuan
untuk menghindarkan adanya risiko debitur tidak membayar hutangnya. Apabila debitur oleh karena suatu sebab tidak mampu melunasi hutangnya maka kreditur
dengan bebas dapat menjual dan menutup hutang dari hasil penjualan jaminan dimaksud.
47
1. yang dapat secara mudah membantu memperoleh kredit itu oleh pihak yang
memerlukan, Barang atau benda yang dapat dijadikan jaminan dapat berupa jaminan
materiil berwujud, misalnya tanah dan bangunan, mesin-mesin yang melekat dengan tanah, kapal laut diatas 20 m
3
, mobil, sepeda motor, sepeda, peralatan kantor, stock dan bahan baku, perhiasan, sedangkan jaminan in-materiil tidak
berwujud, misalnya tagihan piutang, sertifikat deposito, saham, wesel, tabungan, obligasi, dan lain-lain. R. Subekti menyatakan jaminan yang memenuhi syarat
adalah sebagai berikut :
2. yang tidak melemahkan potensi kekuatan si pencari kredit untuk melakukan
meneruskan usahanya, 3.
yang memberikan kepastian kepada si pemberi kredit dalam arti bahwa barang jaminan setiap waktu tersedia untuk dieksekusi yaitu bila perlu dapat mudah
diuangkan untuk melunasi hutangnya si penerima pengambil kredit. Menurut Hukum Perdata terdapat 2 jenis jaminan kredit, yaitu:
47 Sutarno, Op.Cit., hlm. 142.
1. Jaminan perorangan personal guaranty
Jaminan seorang pihak ketiga yang bertindak untuk menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban si debitur. Ada 2 dua macam bentuk jaminan borgtocht,
yaitu jaminan perorangan personal guaranted dan jaminan perusahaan corporate guaranted. Jaminan ini dilakukan tanpa sepengetahuan debitur.
Menurut R. Soebekti, oleh karena tuntutan kreditur terhadap seorang penjamin tidak diberikan suatu privilage atau kedudukan istimewa dibandingkan atas
tuntutan-tuntutan kreditur lainnya, maka jaminan perorangan ini tidak banyak dipraktekkan dalam dunia perbankan.
48
Jaminan penangguhan utang borgtocht adalah jaminan yang bersifat perorangan yang menimbulkan hubungan langsung dengan orang tertentu.
Jaminan yang bersifat perorangan ini hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu terhadap harta kekayaan debitur seumumnya. Adapun unsur-
unsur jaminan perorangan, yaitu :
49
a. mempunyai hubungan langsung pada orang tertentu,
b. hanya dapat dipertahankan debitur tertentu,
c. terhadap harta kekayaan debitur umumnya.
Borgtocht dalam bahasa Indonesia disebut penjamin atau penanggungan. Orangnya disebut Borg atau penjamin atau penanggung. Borgtocht diatur
dalam KUH perdata Buku III Bab XVII Pasal 1820-1850. Dalam jamminan borgtocht ini berarti seorang penjamin secara hukum menyediakan seluruh atau
sebagian tertentu harta kekayaan yang dimiliki sekarang maupun yang akan datang, baik barang tetap atau barang bergerak untuk menjamin utang debitur,
48 Budi Untung, Op.Cit., hlm. 58.
49 Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia Jakarta: PT. Rajawali PERS,
2004, hlm. 24.
manakala debitur tidak mampu melunasi utangnya. Seluruh atau sebagian harta kekayaan yang disediakan tersebut tergantung perjanjian kreditur dengan pihak
ketiga. 2.
Jaminan kebendaan persoonlijke en zakelijke zekerheid Jaminan yang dilakukan oleh kreditur dengan debiturnya, ataupun antara
kreditur dengan seorang pihak ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban- kewajiban si debitur.
50
a. Gadai pand
Jaminan kebendaan dapat digolongkan menjadi 4 macam, yaitu:
Gadai adalah salah satu lembaga jaminan yang dapat digunakan untuk mengikat objek jaminan utang yang berupa barang bergerak. Gadai diatur
oleh ketentuan-ketentuan Pasal 1150-1160 KUH Perdata.
51
Selanjutnya, sejalan dengan sifat pemberian hak kebendaaan sebagaimana ditentukan
dalam Hak Pakai Hasil atas benda bergerak, maka gadai yang hanya berlaku terhadap benda bergerak ini juga menemukan wujudnya dalam bentuk
penyerahan benda yang digadaikan oleh pemberi gadai kepada pemegang gadai.
52
b. Hipotek
Lembaga jaminan yang juga diatur oleh ketentuan KUH Perdata, Pasal 1162-1232 KUH Perdata. Akan tetapi, dengan berlakunya Undang-undang
Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda- benda yang Berkaitan dengan Tanah selanjutnya disebut UUHT, objek
50 Budi Untung, Op.Cit., hlm. 62.
51 M. Bahsan, Op.Cit., hlm. 12.
52 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Harta Kekayaan : Kebendaan
pada Umumnya Jakarta: Kencana, 2003, hlm.206-207
penjaminan utang berupa tanah sudah tidak diikat dengan hipotek. Hipotek pada saat ini hanya digunakan untuk mengikat objek jaminan utang yang
ditunjuk oleh ketentuan peraturan perundang-undangan lain. Dalam hukum positif terdapat peraturan perundang-undangan yang ketentuannya mengatur
tentang objek jaminan utang yang berupa kapal laut yang berukuran 20 m
3
atau lebih dan berbendera Indonesia diikat dengan hipotek, yaitu KUH Dagang Buku Kedua.
53
c. Hak tanggungan
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah mengatur lembaga
jaminan yang disebut Hak Tanggungan. Lembaga jaminan Hak Tanggungan digunakan untuk mengikat objek jaminan utang yang berupa tanah atau
benda-benda yang berkaitan dengan tanah yang bersangkutan. Sejak berlakunya UUHT pada tanggal 9 April 1996, pengikatan objek jaminan
utang berupa tanah sepenuhnya dilakukan melalui lembaga jaminan hak tanggungan.
54
d. Jaminan fidusia
Undang-undang No. 42 Tahun 1999 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah mengatur lembaga
jaminan yang disebut jaminan fidusia. Jaminan fidusia adalah lembaga jaminan yang dapat digunakan untuk mengikat objek jaminan yang berupa
barang bergerak dan barang tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak
53 M. Bahsan, Op.Cit., hlm. 15.
54 Ibid., hlm. 22.
dapat dibebani hak tanggungan. Objek jaminan fidusia tetap dalam penguasaan pemiliknya.
55
Jaminan kebendaan dapat diadakan antara kreditur dengan debiturnya tetapi juga dapat diadakan antara kreditur dengan pihak ketiga yang menyediakan
harta kekayaannya secara khusus, misalnya tanah dan bangunan yang digunakan untuk menjamin dipenuhinya kewajiban debitur kepada kreditur. Menyerahkan
barang untuk digunakan sebagai jaminan berarti melepaskan sebagian kekuasan atas barang itu. Kekuasaan yang dilepaskan adalah kekuasaan untuk
memindahkan hak milik atas barang itu dengan cara apapun, misalnya menjual, menghibahkan, menukarkan dan lain-lain.
56
1. jaminan kredit sebagai pengamanan pelunasan kredit,
Praktik pemberian kredit yang mensyaratkan adanya penyerahan jaminan sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan kredit memiliki fungsi sebagai berikut :
2. jaminan kredit sebagai pendorong motivasi debitur,
3. fungsi yang terkait dengan pelaksanaan ketentuan perbankan.
Praktik pemberian kredit dengan syarat penyerahan agunan yang dalam kenyataannya masih dijalankan oleh bank konvensional merupakan masalah yang
dialami oleh sebagian besar kalangan pelaku UMKMK. Untuk memenuhi syarat agar bankable, para pelaku UMKMK masih dihadapkan pada kendala agunan
atau jaminan kredit. Kewajiban penyediaan agunan kredit yang cukup menjadi hal yang membuat mereka enggan menyambangi bank, terutama bila kebutuhan
modal kerja bersifat sangat singkat, mialnya hanya untuk memenuhi pesanan yang bersifat transaksional jangka pendek.
55 Ibid., hlm. 50.
56 Sutarno, Op.Cit., hlm. 148.
Berbeda dengan yang dialami oleh para pelaku UMKMK pada sisi perbankan atau lembaga penyedia kredit lainnya, terdapat kesulitan untuk
menjangkau kalangan pelaku UMKMK sebagai sasaran kredit. Kesulitan tersebut diantaranya karena minimnya informasi tentang kinerja dan kemampuan para
pelaku UMKMK, serta asas kehati-hatian yang tetap menjadi prioritas. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut maka diperlukan jasa lembaga penjaminan
kredit. Penjaminan kredit adalah upaya meyakinkan pihak bank atau lembaga
keuangan penyalur kredit dalam memberikan kredit kepada para pelaku UMKMK yang memiliki usaha dan prospek yang baik, tetapi tidak memiliki jaminan yang
memadai. Dengan kata lain, penjaminan kredit merupakan jembatan bagi mereka yang usahanya feasible layak usaha, tetapi belum layak memperoleh kredit
bankable.
57
Produk yang ditawarkan jasa penjaminan kredit adalah pemberian jaminan kepada pihak kreditor atas kredit atau pembiayaan atau fasilitas lain yang
disalurkan kepada kalangan pelaku UMKMK akibat tidak dipenuhinya syarat agunan sebagaimana ditetapkan oleh kreditor. Jasa penjaminan kredit sangat
dibutuhan oleh perbankan atau lembaga penyedia kredit untuk mendukung kegiatan penyaluran kredit, maka pihak perbankan biasanya melakukan kerja
sama terlebih dahulu dengan pihak penjamin. Kerja sama penjaminan antara penjamin dan penerima jaminan dapat diwujudkan melalui kesepakatan bersma
atau MOU Memorandum of Understanding atau melaui suatu perikatan yaitu
57 Nasroen Yasabari dan Nina Kurnia Dewi, Loc.Cit., hlm.3.
Perjanjian Penjaminan Kredit yang memuat hak dan kewajiban para pihak dan berlaku untuk kurun waktu yang disepakati bersama.
Penjaminan kredit lebih menitikberatkan pada pengambilalihan kewajiban debitur sebagai pihak terjamin dalam hal yang bersangkutan tidak dapat
memenuhi kewajiban perikatannya kepada kreditur sebagai penerima jaminan sesuai dengan waktu yang diperjanjikan. Penjaminan kredit yang umumnya
berbentuk sebuah lembaga dalam menyelenggarakan fungsinya memiliki tujuan antara lain sebagai berikut:
58
1. Meyakinkan pihak kreditur yaitu bank atau lembaga lain penyalur kredit atau
pembiayaan dalam memberikan kredit kepada debitur yang umumnya adalah perorangan pelaku Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi yang
memiliki prospek dan usaha yang layak feasible, tetapi tidak atau belum memenuhi ketentuan atau persyaratan teknis bagi suatu penyaluran kredit atau
belum bankable, 2.
Memperoleh pendapatan dari fee atau imbal jasa yang diberikan untuk dikelola dengan menggunakan asas pengelolaan keuangan yang sehat dan
bertanggungjawab, 3.
Mengambilalih sementara risiko kegagalan pelunasan pinjaman yang diterima pihak terjamin, sehingga kewajiban terjamin kepada penerima jaminan dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Dasar hukum dari penjaminan kredit di Indonesia adalah:
58 Ibid., hlm. 19.
1. KUH Perdata Buku ke-III Bab XVII Pasal 1820-1850 tentang penanggungan
utang. Peraturan ini merupakan peraturan umum dari penjaminan kredit. Mengatur
tentang sifat penanggungan, akibat yang timbul bagi para pihak dikarenakan penanggungan, dan hapusnya penanggungan.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2008 Tentang
Perusahaan Umum Perum Jaminan Kredit Indonesia. Peraturan ini mengatur tentang ketentuan umum, pendirian perusahaan,
anggaran dasar perusahaan, kegiatan usaha, izin usaha, permodalan dan bentuk badan usaha, kepemilikan dan kepengurusan, penggabungan, peleburan,
pengambilalihan, dan pencabutan izin usaha. 3.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 222PMK.0102008 jo. 99PMK.0102011 Tentang Perusahaan Penjaminan Kredit dan Perusahaan Penjaminan Ulang
Kredit. Peraturan ini merupakan peraturan khusus untuk perusahaan penjaminan kredit
dan perusahaan penjaminan ulang kredit. Mengatur tentang ketentuan umum, kegiatan usaha, pembatasan, izin usaha, permodalan dan bentuk badan usaha,
kepemilikan dan kepengurusan, penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan, pembukaan kantor penjaminan dan penjaminan ulang,
penutupan kantor penjaminan dan penjaminan ulang, peningkatan dan penurunan status kantor penjaminan dan penjaminan ulang, pemindahan alamat
kantor penjaminan dan penjaminan ulang, perubahan nama dan bentuk badan hukum, persyaratan pemberian jasa penjaminan, persyaratan calon terjamin,
imbal jasa penjaminan, klaim dan peralihan hak tagih, batas maksimum
pemberian penjaminan, ketentuan gearing ratio dan nilai penjaminan bagi usaha produktif, penjaminan terhadap pembiayaan berdasarkan prinsip syariah,
pelaporan, pembinaan dan pengawasan, pencabutan izin usaha, dan tata cara mengenai sanksi administrasi.
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190PMK.052014 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Imbal Jasa Penjaminan Kredit Usaha Rakyat. Peraturan ini mengatur secara keseluruhan mengenai IJP-KUR, dari segi tujuan
IJP-KUR, alokasi dana IJP-KUR, target penyaluran tahunan IJP-KUR, besaran IJP-KUR, permohonan IJP-KUR, pencairan IJP-KUR, pelaporan IJP-KUR,
dan sertifikat penjaminan KUR.
C. Prinsip-prinsip Penjaminan Kredit