BAB 3 METODE PENELITIAN
1.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif survei. Jenis penelitian ini berfungsi untuk memberikan gambaran.
1.2 Tempat dan Waktu Penelitian
1.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Luar Biasa di seluruh Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia.
1. SLB Muzdalifah
2. Taman Pendidikan Islam TPI
3. SLB Abdi Kasih.
4. SLB Marcus
5. SLB-C YPAC Adinegora
6. SLB-E Negeri Pembina
7. SLB Al-Azhar
8. SLB-C Karya Tulus
1.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian berlangsung selama 2 bulan yaitu bulan April-Mei 2015. Pengumpulan data 3 minggu, pengolahan dan analisis data 3 minggu, dan
penyusunan laporan 2 minggu.
1.3 Populasi dan Sampel Penelitian
1.3.1 Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anak-anak sindrom Down yang bersekolah di delapan Sekolah Luar Biasa di Kota Medan, yang berusia 6-18 tahun.
Universitas Sumatera Utara
3.3.2 Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah total sampling
, yaitu mengambil seluruh populasi anak sindrom Down usia 6-18 tahun yang bersekolah di seluruh SLB-C Kota Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi. Kriteria Inklusi:
- Anak sindrom Down yang dapat dilakukan pemeriksaan. - Disetujui oleh orang tua dengan pengisian informed consent.
Kriteria Eksklusi: - Anak sindrom Down yang tidak bersedia berpartisipasi.
3.4 Variabel-variabel Penelitian
- Anak sindrom Down - Status kebersihan rongga mulut
- Kebutuhan perawatan periodontal - Usia
- Jenis kelamin
3.5 Definisi Operasional
1. Anak sindrom Down adalah anak tuna grahita yang didiagnosis menderita sindrom Down usia 6-18 tahun yang bersekolah di SLB-C Kota Medan.
2. Usia anak adalah usia 6-18 tahun, merupakan usia yang dihitung dari tanggal lahir sampai waktu dilakukannya penelitian.
3. Status kebersihan rongga mulut adalah kebersihan gigi dan mulut anak yang diukur dari skor indeks debris dan indeks kalkulus. Indeks pengukuran status
kebersihan rongga mulut yang dipakai pada penelitian ini adalah Oral Hygiene Index Simplified
OHIS dari Greene dan Vermillion, 1964.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengetahui Indeks oral hygiene, dijumlahkan Indeks Debris dan Indeks Kalkulus yang telah diperoleh. Tingkat kebersihan oral hygiene dapat
digolongkan sebagai berikut : Baik : 0,0-1,2
Sedang: 1,3-3,0 Jelek : 3,1-6,0
Gigi yang diperiksa adalah yang telah erupsi sempurna. Jika gigi yang dipilih untuk diperiksa itu tidak ada, maka yang diperiksa gigi tetangga atau gigi yang
bersebelahan. Jumlah gigi yang diperiksa adalah 6 buah gigi tertentu dengan permukaan yang diperiksa tertentu pula yaitu gigi 16 pada permukaan bukal, gigi 11
pada permukaan labial, gigi 26 pada permukaan bukal, gigi 36 pada permukaan lingual, gigi 31 pada permukaan labial dan gigi 46 pada permukaan lingual.
4. Indeks debris Simplified Debris Index adalah indeks yang digunakan
untuk mengukur endapan lunak plak yang melekat pada gigi penentu. Cara pemeriksaannya adalah gigi diwarnai dengan disclosing solution atau
dapat dilakukan dengan menggunakan alat sonde. Kriteria penilaian adalah: 0= permukaan gigi bersih.
1= kurang dari 13 permukaan gigi terdapat debris. 2= lebih dari 13 tetapi kurang dari 23 permukaan gigi terdapat debris.
3= lebih dari 23 permukaan gigi terdapat debris.
Gambar 2. Kriteria Indeks Oral Debris
23
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengetahui indeks debris, skor total debris dibagikan dengan jumlah gigi yang diperiksa. Tingkat kebersihan oral debris dapat digolongkan sebagai
berikut: Baik : 0,0-0,6
Sedang : 0,7-1,8 Jelek : 1,9-3,0
5. Indeks kalkulus Simplified Calculus Index adalah indeks yang
digunakan untuk mengukur endapan keras atau karang gigi yang melekat pada gigi penentu. Sebelum dilakukan pemeriksaan, perlu kita perhatikan jenis karang gigi
yang berada pada permukaan gigi. Apakah karang gigi supragingival atau subgingival posisi karang gigi tersebut. Untuk memperoleh indeks kalkulus, cara pemeriksaan
hampir sama dengan pemeriksaan untuk memperoleh debris indeks. Kriteria penilaian adalah:
0= permukaan gigi bersih 1= kurang dari 13 permukaan gigi terdapat karang gigi supra gingival
2= lebih dari 13 tetapi kurang dari 23 permukaan gigi terdapat karang gigi supra gingival atau pada servikal gigi terdapat bercak-bercak karang gigi sub gingival tapi
permukaan gigi bersih 3= lebih dari 23 permukaan gigi terdapat karang gigi atau permukaan gigi bersih,
karang gigi melingkari leher gigi
Gambar 3. Kriteria Indeks Kalkulus
23
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengetahui indeks kalkulus, skor total kalkulus dibagikan dengan jumlah gigi yang diperiksa. Tingkat kebersihan oral kalkulus dapat digolongkan
sebagai berikut : Baik : 0,0-0,6
Sedang : 0,7-1,8 Jelek : 1,9-3,0
6. Indeks periodontal komunitas Communtiy Index of Periodontal Treatment NeedsCPITN
adalah indeks yang digunakan untuk mengetahui kedalaman saku dan mendeteksi ada tidaknya kalkulus dengan menggunakan probe
periodontal WHO. Probing dilakukan pada setiap gigi indeks dengan menggerakkan probe ke
sekeliling gigi untuk menilai enam titik disekitar gigi, yaitu : mesiofasial, midfasial, distofasial juga ditempat sejenis aspek lingual dan palatal. Yang penting diingat pada
waktu probing, probe harus tetap sejajar dengan aksis panjang gigi kecuali pada waktu memeriksa bagian interproksimal. Pada bagian ini, biasanya prob sedikit
dimiringkan sehingga memudahkan untuk memeriksa bagian interproksimal yang biasanya berakhir pada titik kontak gigi tetangganya. Temuan paling parah dicatat
sebagai skor regio menurut pengukuran CPITN. Skor penilaian akan menunjukkan juga kriteria untuk indeks kebutuhan perawatan yang dibutuhkan.
Gambar 4. Prob Periodontal WHO
25
Universitas Sumatera Utara
Untuk memperoleh penilaian CPITN dipergunakan enam regio tertentu, yaitu: • Regio 1 : gigi 4, 5, 6 kanan rahang atas
• Regio 2 : gigi 1, 2, 3 kiri kanan rahang atas • Regio 3 : gigi 4, 5, 6 kiri rahang atas
• Regio 4 : gigi 4, 5, 6 kanan rahang bawah • Regio 5 : gigi 1, 2, 3 kanan kiri rahang bawah
• Regio 6 : gigi 4, 5, 6 kiri rahang bawah
Suatu regio dapat diperiksa bila regio tersebut terdapat paling sedikit 2 gigi dan tidak merupakan indikasi untuk pencabutan. Penilaian untuk satu regio dengan
satu gigi adalah keadaan yang terparahskor nilai paling tinggi. Umur 20 tahun atau lebih, gigi indeks yang diperiksa adalah 17,16,11,21,26,27,37,36,31,41,46,47. Umur
kurang dari 19 tahun, jumlah gigi indeks yang diperiksa adalah 6 buah gigi yaitu gigi 16,11,26,36,31 dan 46.
Tabel 1. Kriteria untuk Community Index of Periodontal Treatment NeedsCPITN
24
Status Periodontal Kebutuhan Perawatan
0 = Periodonsium sehat 0 = Tidak membutuhkan perawatan
1 = Secara langsung atau dengan 1 = Memerlukan perbaikan oral higiene
bantuan kaca mulut terlihat perdarahan gingival setelah
probing 2 = Sewaktu probing ada pendarahan dan 2 = Perbaikan oral higiene + skeling
terasa adanya kalkulus, tetapi seluruh profesional bagian prob berwarna hitam
masih terlihat 3 = Saku dengan kedalaman 4 atau 5
3= Perbaikan oral higiene + skeling mm
profesional 4 = Saku dengan kedalaman 6 mm
4= Perbaikan oral higiene +skeling bagian prob berwarna hitam tidak
profesional + perawatan terlihat lagi
komprehensif
Universitas Sumatera Utara
Bagian prob pada kalibrasi antara 3,5 mm sampai 5,5 mm Perawatan komprehensif bisa berupa skeling dan penyerutan akar di bawah
anastesi lokal, dengan atau tanpa prosedur untuk aksessibilitas. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada waktu probing:
1. Jika dalam regio tidak terdapat gigi indeks, semua gigi yang ada dalam regio tersebut diperiksa dan dinilai. Diambil yang mempunyai keadaan yang terparah
yang mempunyai skor tertinggi yang terdapat di regio tersebut. 2. Untuk anak muda usia 15 tahun dan ke bawah, pencatat hanya dilakukan
bila ada perdarahan dan karang gigi saja, tidak poket. 3. Bila tidak ada tidak gigi indeksgigi pengganti diberi tanda X
3.6 Alat dan Bahan