PEMBAHASAN Status Kebersihan Rongga Mulut dan Kebutuhan Perawatan Periodontal pada Anak Sindrom Down Usia 6-18 Tahun di SLB-C Kota Medan

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian status kebersihan rongga mulut dan kebutuhan perawatan periodontal ini dilakukan di delapan Sekolah Luar Biasa SLB-C Kota Medan dengan jumlah sampel 67 orang anak sindrom Down usia 6-18 tahun. Karakteristik responden anak meliputi jenis kelamin yaitu sebanyak 41 orang anak laki-laki dan 26 orang anak perempuan. Hasil penelitian menunjukkan rerata OHIS anak sindrom Down yaitu 2,20 ± 1,19 yang termasuk dalam kategori sedang. Hasil ini sesuai dengan penelitian Jain M dkk pada 225 orang anak sindrom Down di Udaipur, India. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa rerata status kebersihan rongga mulut atau Oral Hygiene Index Simplified OHIS anak sindrom Down yaitu 2,84 ± 1,42 yang termasuk dalam kategori sedang. Hal ini mungkin karena ketidakmampuan anak sindrom Down dalam menjaga kebersihan rongga mulutnya, seperti kurangnya minat dan tidak efektifnya anak sindrom Down dalam menggosok gigi dan memakai benang gigi sehingga dibutuhkan panduan, penjagaan, dan observasi dari keluarga maupun pengasuh ketika anak membersihkan giginya. 6 Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Oredugba FA tentang status kebersihan rongga mulut dan kebutuhan perawatan pada individu sindrom Down di Nigeria, yang menyatakan bahwa rerata OHIS anak sindrom Down adalah pada kategori jelek. Pada penelitian tersebut, penyebab rerata OHIS anak sindrom Down pada kategori jelek karena kurangnya ketrampilan manual anak sindrom Down, kelemahan sendi serta kurangnya pemahaman dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut karena keterbatasan mentalnya. 13 Pada penelitian ini, kemungkinan faktor yang mempengaruhi OHIS anak sindrom Down memiliki kategori sedang adalah kebiasaan anak menyikat gigi yang masih belum tepat yaitu frekuensi menyikat gigi satu kali sehari 59,7 dan waktu menyikat gigi yang salah 73,1. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara jenis kelamin dan status kebersihan rongga mulut pada anak sindrom Down laki-laki dan perempuan masing- masing memiliki OHIS kategori sedang, yaitu 2,33 ± 1,03 pada anak laki-laki dan 1,99 ± 1,41 pada anak perempuan, walaupun kedua masuk dalam kategori sedang, tetapi OHIS anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dijalankan di Udaipur, India pada individu retardasi mental di Sekolah Luar Biasa yang memperlihatkan bahwa individu laki-laki mempunyai status kebersihan rongga mulut serta status periodontal dengan rerata yang lebih besar dibandingkan dengan individu perempuan. Denloye telah mengobservasi juga tentang status kebersihan rongga mulut yang lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan di dalam studinya pada anak retardasi mental di Nigeria. 8,20 Pada penelitian ini tidak dijumpai perbedaan yang signifikan antara status kebersihan rongga mulut laki-laki dan perempuan p=0,08 Tabel 3, hal ini kemungkinan disebabkan jumlah sampel anak sindrom Down pada jenis kelamin tidak seimbang yaitu persentase anak laki- laki sebanyak 61,2 dan anak perempuan sebanyak 38,8 dan kemungkinan karena adanya keterbatasan motorik yang sama pada keduanya. Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara usia dengan status kebersihan rongga mulut terlihat OHIS tinggi pada kelompok usia 13-18 tahun yaitu 3,12 ± 1,17 termasuk dalam kategori jelek, dibandingkan pada kelompok usia 6-12 tahun yaitu 1,77 ± 1,09 yang termasuk dalam kategori sedang. Hasil ini hampir sama dengan penelitian Murray, McLeod dan Noah yang melihat adanya peningkatan rerata skor OHIS anak sindrom Down seiring dengan bertambahnya usia. 25 Hal ini mungkin disebabkan orang tua kurang mengawasi dan memberi bantuan ketika anak menyikat gigi karena diyakini bahwa anak yang sudah tua mampu menjaga kebersihan gigi dan mulutnya sendiri. Selain itu, faktor hormon adalah penyebab adanya peningkatan rerata skor OHIS anak sindrom Down seiring bertambahnya usia. Hal ini adalah disebabkan inflamasi gingiva cenderung sangat tinggi pada usia pubertas dibandingkan usia prapubertas karena terjadinya peningkatan hormon pada masa remaja. 26 Pada penelitian ini, adanya peningkatan rerata skor OHIS yang disebabkan oleh kelompok usia. Hal ini mungkin dapat disebabkan oleh peningkatan indeks Universitas Sumatera Utara kalkulus dari akumulasi plak yang meningkat seiring dengan bertambahya usia dan memperburuk OHIS. Data ini ditunjukkan dari hasil indeks kalkulus anak sindrom Down pada kelompok usia 13-18 tahun 1,29 ± 0,50 dibandingkan kelompok usia 6- 12 tahun 0,32 ± 1,50. Hasil analisis penelitian mendapatkan nilai p=0,03 Tabel 4, hal ini menunjukkan terdapat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan status kebersihan rongga mulut. Hasil penelitian menunjukkan kebutuhan perawatan periodontal pada anak sindrom Down yang paling banyak adalah perbaikan OHIS dan skeling, yaitu sebanyak 52,2 anak sindrom Down mengalami perdarahan dan kalkulus serta 11,9 anak sindrom Down memiliki saku dengan kedalaman 4-5mm. Hasil ini didukung oleh penelitian Rweida Saimeh yang melakukan penelitian tentang prevalensi penyakit periodontal pada 178 orang anak sindrom Down di Sekolah Luar Biasa Syria, yang menyatakan bahwa sebanyak 85 anak sindrom Down membutuhkan perbaikan OHIS dan skeling. 19 Hal ini kemungkinan disebabkan cara dan waktu menyikat gigi anak sindrom Down tidak tepat karena anak sindrom Down cenderung mempunyai banyak hambatan dan kurangnya kemampuan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya dibandingkan dengan anak normal. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 55,1 anak sindrom Down memiliki indeks debris kategori sedang, 59,6 anak memiliki indeks kalkulus kategori baik dan 50,8 anak memiliki OHIS kategori sedang. Indeks kalkulus anak sindrom Down dalam kategori baik sementara indeks debris dan OHIS dalam kategori sedang. Hal ini kemungkinan disebabkan penelitian di beberapa sekolah dilakukan setelah waktu istirahat anak sindrom Down di mana anak-anak telah bersarapan. Selain itu, adanya peningkatan pelayanan orang tua pada kesehatan mulut dan gigi anak sindrom Down. Pada hasil penelitian ini, ditemukan sebanyak 52,2 orang tua mengawasi dan memberi bantuan ketika anak sikat gigi dan sebanyak 85,1 anak menyikat gigi dengan pasta gigi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui anak sindrom Down perlu segera dilakukan perbaikan OHIS dan perawatan skeling. Perbaikan OHIS dilakukan dengan menyikat gigi dengan cara dan waktu yang benar yaitu dua kali sehari, pagi setelah Universitas Sumatera Utara sarapan dan malam sebelum tidur serta penggunaan benang gigi, obat kumur dan konsumsi buah-buahan segar karena seratnya dapat membantu menghilangkan kotoran yang ada di gigi. Selain itu juga dibutuhkan penyuluhan dan bakti sosial yang tidak hanya ditujukan pada anak sindrom Down namun juga pada orang tua, kegiatan ini dapat menambah informasi dan wawasan mengenai kebersihan rongga mulut dan perlunya kunjungan ke dokter gigi secara berkala, sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit periodontal yang merupakan salah satu masalah utama kesehatan gigi dan mulut disamping karies gigi. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN