Polarisasi Cahaya Polarisasi karena Pemantulan dan Pembiasan

commit to user 15

2.8. Polarisasi Cahaya

Polarsasi adalah peristiwa terserapnya sebagian atau seluruh arah getar gelombang. Gejala polarisasi hanya dapat dialami oleh gelombang transversal saja, sedangkan gelombang longitudinal tidak mengalami gejala polarisasi.Gejala polarisasi dapat digambarkan dengan gelombang yang terjadi pada tali yang dilewatkan pada celah. Apabila tali digetarkan searah dengan celah maka gelombang pada tali dapat melewati celah tersebut Gambar 2.11a. Sebaliknya jika tali digetarkan dengan arah tegak lurus celah maka gelombang pada tali tidak bisa melewati celah tersebut tersebut Gambar 2.11b. Gambar 2. 11. Gejala polarisasi Bila dalam gelombang EM, medan listrik hanya berosilasi pada satu sumbu saja sebagai konsekuensinyamedan magnetik juga hanya berosilasi pada satu sumbu saja maka polarisasi jenis ini dinamakan polarisasi linier. Terdapat pula polarisasi berbentuk lingkaran di mana arah medan listrik dan medan magnetik berosilasi tidak hanya pada satu sumbu tetapi pada bidang yang tegak lurus arah penjaran dan membentuk bola seperti lingkaran. Jenis polarisasi yang paling umum adalah polarisasi acak, di mana pada suatu waktu tidak dapat ditentukan ke mana arah osilasi medan listrik atau magnetiknya Viridi, 2010.

2.9. Polarisasi karena Pemantulan dan Pembiasan

Peristiwa pemantulan dan pembiasan dapat menyebabkan terjadinya polarisasi Gambar 2.12. Ketika cahaya jatuh pada bidang batas antara dua medium dengan membentuk sudut datang ߠ ௣ terhadap garis normal, sebagian sinar akan dipantulkan dengan sudut pantul ߠ ௣ ᇱ ߠ ଵ = ߠ ௣ ᇱ dan sebagian lagi akan dibiaskan dengan sudut bias ߠ ଶ . Jika sinar bias dan sudut pantul membentuk sudut ሺࢇሻ ሺ࢈ሻ commit to user 16 90° yang secara matematis ߠ ௣ ൅ ߠ ଶ ൌ ͻͲι, maka sinar pantul terpolarisasi linier. Sudut datang yang menghasilkan sinar pantul terpolarisasi disebut sudut polarisasi atau sudut Brewster ߠ ௣ ሻ. Gambar 2. 12. Polarisasi karena pemantulan dan pembiasan Hukum Snellius untuk menyatakan pembiasan adalah: ݊ ଵ •‹ ߠ ௣ ൌ ݊ ଶ •‹ ߠ ଶ Oleh karena ߠ ଶ ൌ ͻͲι െ ߠ ௣ Maka •‹ ͻͲι െ ߠ ௣ ൌ …‘• ߠ ௣ Sehingga hukum Snellius diatas menjadi: 2.15 Persamaan 2.15 disebut dengan hukum Brewster. Dalam penelitiaaan ini persamaan 2.15 akan digunakan untuk mencari indek bias PMMA dengan mengunakan metode reflektansi.

2.10. Reflektansi Dan Transmitansi