10 4. Fase penyerapan yang terdiri dari pengikatan, pengompleksan, dan
pengendapan didalam membran biomaterial [41].
2.5 LOGAM BERAT
Logam berat merupakan komponen alami tanah yang tidak dapat didegradasi maupun dihancurkan. Logam berat menjadi berbahaya dikarenakan
sistem bioakumulasi, yaitu adanya peningkatan konsentrasi unsur kimia didalam tubuh mahluk hidup [42]. Beberapa jenis logam berat yang sering menimbulkan
pencemaran adalah mercuri Hg, khrom Cr, kadmium Cd, timbal Pb dan arsen As [1].
Logam berat umumnya bersifat racun, walaupun ada beberapa diantaranya dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang sangat kecil. Logam berat mampu
terdistribusi ke bagian tubuh manusia melalui udara, makanan, dan air yang terkontaminasi oleh logam berat. Kontaminasi logam berat dalam jangka waktu
yang panjang dapat mencapai jumlah yang membahayakan kesehatan manusia [43].
2.5.1 Timbal Pb
Timbal sering juga disebut sebagai timah hitam atau plumbum yang disimbolkan dengan Pb. Timbal pada tabel periodik unsur kimia termasuk dalam
kelompok logam golongan IV-A dengan nomor atom NA 82 dan berat atom BA 207,2. Timbal merupakan suatu logam berat berwarna kelabu kebiruan
dengan titik leleh 327
o
C dan titik didih 1.725
o
C. Pada suhu 550 – 600
o
C timbal menguap dan membentuk oksigen dalam udara lalu membentuk timbal oksida.
[44]. Timbal biasanya ditemukan di dalam batu - batuan, tanah, tumbuhan dan
hewan. Timbal 95 bersifat anorganik yang tersedia dalam bentuk garam anorganik yang umumnya kurang larut dalam air dan selebihnya berbentuk timbal
organik. Timbal organik dapat ditemukan dalam bentuk senyawa Tetra Ethyl Lead TEL dan Tetra Methyl Lead TML. Kedua jenis senyawa ini hampir tidak larut
dalam air, namun dapat dengan mudah larut dalam pelarut organik misalnya lipid [45].
11 Timbal pernah diaplikasikan sebagai tambahan pada bahan bakar yang
bertujuan untuk meningkatkan nilai oktan dari suatu bahan bakar karena harga timbal relatif lebih murah. Jenis timbal yang digunakan adalah TEL yang
dipercaya mampu menjaga dudukan katup mobil dari keausan sehingga lebih awet dan tahan lama. Namun kemudian ditemukan fakta bahwa penggunaan timbal
pada bahan bakar dapat menjadi racun sehingga semakin lama penggunaannya semakin berkurang [46].
Timbal menyebabkan racun pada sistem saraf, hemetologic, hemetotoxic, dan mempengaruhi kerja ginjal. Konsumsi mingguan elemen ini yang
direkomendasikan oleh WHO toleransinya bagi orang dewasa adalah 50 μgkg
berat badan dan untuk bayi atau anak- anak 25 μgkg berat badan. Depkes RI
membatasi kandungan Pb maksimum dalam makanan adalah 4 ppm, dan FAO membatasi maksimum 2 ppm. Gejala keracunan kronis timbal ditandai dengan
rasa mual, anemia, sakit di sekitar perut dan dapat menyebabkan kelumpuhan. [47].
2.6 ISOTERM ADSORPSI