Sosiolinguistik Landasan Teori 1 Kata Sapaan Masyarakat Angkola

26. Parumaen adalah sapaan laki-laki dan perempuan kepada anak perempuan. dari saudara laki-laki. 27. Apa ama naposo adalah sapaan laki-laki dan perempuan kepada anak laki- laki dari saudara laki-laki. 28. Tunggane adalah sapaan laki-laki kepada anak laki-laki dari saudara ibu. Teori kata sapaan yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori kata sapaan menurut Fasold dan konsep kata sapaan Angkola di kota Padangsidimpuan yang digunakan pada penelitian ini adalah konsep istilah kata sapaan menurut Siregar dalam bukunya Surat Tumbaga Holing. Penggunaan teori Fasold untuk menjawab rumusan masalah yang pertama sebab dalam penelitian ini kata sapaan yang dianalisis adalah kata sapaan yang langsung digunakan seseorang untuk menegur lawan bicaranya saat berbincang-bincang dan konsep kata sapaan menurut Siregar merupakan kata sapaan yang seharusnya digunakan di daerah Angkola dengan berpatokan pada konsep yang dinyatakan oleh Siregar dalam menganalisis data dapat membedakan yang mana saja kata sapaan yang sudah mengalami pergeseran. Teori kata sapaan dan konsep kata sapaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yang pertama.

2.2.2 Sosiolinguistik

Dalam Nababan 1993, istilah sosiolinguistik sendiri sudah digunakan oleh Curie dalam sebuah artikel yang terbit pada tahun 1952, yang berjudul A Projection of Sociolinguistics: the relationship of speech to social status yang isinya tentang Universitas Sumatera Utara masalah yang berhubungan dengan ragam bahasa seseorang dengan status sosialnya dalam masyarakat. Kelompok-kelompok yang berbeda profesi atau kedudukannya dalam masyarakat cenderung menggunakan ragam bahasa yang berbeda pula. Sosiolinguistik adalah cabang linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dan masyarakat penuturnya. Ilmu ini merupakan kajian kontekstual terhadap variasi penggunaan bahasa masyarakat dalam sebuah komunikasi yang alami. Variasi dalam kajian ini merupakan masalah pokok yang dipengaruhi atau mempengaruhi perbedaan aspek sosiokultural dalam masyarakat. Fasold 1984 mengemukakan bahwa inti sosiolinguistik tergantung dari dua kenyataan. Pertama, bahasa bervariasi, yang menyangkut pilihan bahasa-bahasa bagi para pemakai bahasa. Kedua, bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan informasi dan pikiran-pikiran dari seseorang kepada orang lain. Pada umumnya sosiolinguistik membahas hubungan bahasa dengan masyarakat. Sebagai ilmu antardisiplin, sosiolinguistik memiliki masalah atau pokok bahasan yang amat luas. Nababan 1993:3 menyatakan, ada tiga masalah pokok yang dianalisis dalam sosiolinguistik, yaitu : a. Masalah bahasa dalam konteks sosial dan kebudayaan b. Masalah hubungan faktor-faktor kebahasaan, ciri-ciri dan ragam bahasa dengan situasi serta faktor-faktor sosial budaya c. Masalah fungsi-fungsi sosial dan penggunaan bahasa dalam masyarakat. Kemudian berdasarkan ketiga masalah di atas Nababan menjabarkan berbagai topik yang dapat ditinjau dalam sosiolinguistik, seperti : Universitas Sumatera Utara a. Bahasa, dialek, idiolek dan ragam bahasa b. Repertoar bahasa c. Masyarakat bahasa d. Kedwibahasaan dan kegandaan bahasa e. Fungsi kemasyarakatan bahasa dan profil sosiolinguistik f. Penggunaan bahasa etnografi berbahasa g. Sikap bahasa h. Perencanaan bahasa i. Interaksi sosiolinguistik j. Bahasa dan kebudayaan Jadi, sosiolinguistik berbeda dengan kajian linguistik yang hanya mengkaji bahasa. Sosiolinguistik tidak hanya mengakaji tentang bahasa saja, tetapi juga mengkaji aspek-aspek yang melatari peristiwa kebahasaan. Chaer dan Agustina 2010:134 menjelaskan bahwa kajian sosiolinguistik memiliki kaitan dengan kontak bahasa yang terjadi dalam masyarakat, di antaranya perubahan bahasa yang menyangkut soal bahasa sebagai kode, pergeseran bahasa yang menyangkut masalah mobilitas penutur, dan pemertahanan bahasa yang menyangkut masalah sikap atau penilaian terhadap suatu bahasa. Konferensi sosiolinguistik yang berlangsung di California, Los Angeles pada tahun 1994, telah merumuskan tujuh dimensi dalam penelitian sosiolinguistik Chaer dan Agustina 2010:5. Ketujuh dimensi yang merupakan masalah dalam sosiolinguistik adalah : 1. Identitas sosial dari pembicara Universitas Sumatera Utara 2. Identitas sosial dan pendengar yang terlibat dalam proses komunikasi 3. Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi 4. Jangkauan dan tujuan peneliti yang dapat bersifat sinkronis dan diakronis 5. Penilaian sosial yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk bentuk ujaran 6. Tingkat variasi dan ragam linguistik 7. Penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik. Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini berkaitan dengan pergeseran kata sapaan bahasa Angkola dengan identitas pembicara dan identitas pendengar yang terlibat dalam proses komunikasi dan lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi.

2.2.3 Ranah Penggunaan Bahasa