Fasold 1984 menyatakan bahwa faktor-faktor pergeseran bahasa disebabkan oleh adanya prestise, urbanisasi, sikap bahasa dan transmisi bahasa, yang merupakan
faktor-faktor yang dapat diidentifikasikan sebagai penyebab pergeseran bahasa. Pergeseran bahasa merupakan hasil dari proses pemilihan bahasa dalam
jangka waktu yang sangat panjang. Ketika pergeseran bahasa terjadi, anggota suatu komunitas bahasa secara berkelompok lebih memilih memakai bahasa baru daripada
bahasa lama yang secara tradisional biasa digunakan. Teori pergeseran bahasa yang dinyatakan oleh Fasold digunakan dalam
penelitian ini sebab faktor-faktor pergeseran bahasa yang ditemukan di lapangan sesuai dengan apa yang telah dinyatakan oleh Fasold. Teori pergeseran bahasa yang
dinyatakan oleh Fasold merupakan teori yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah ketiga dalam penelitian ini.
2.4 Kajian Pustaka
Beberapa penelitian terdahulu mengenai kata sapaan dalam kajian Sosiolinguistik adalah :
2.3.1 Lusianna Meliala, 2002.
Lusianna Meliala, 2002, dalam disertasinya yang berjudul Sistem panggilan bahasa Karo. Beliau meneliti tentang ragam sapaan dalam bahasa Karo, pemakaian
kata sapaan dalam bahasa Karo yang disesuaikan dengan parameter umur, status sosial, status urutan kelahiran, jenis kelamin, situasi dan keakraban. Beliau juga
Universitas Sumatera Utara
meneliti kesalahan pemakaian kata sapaan yang menyebabkan komunikasi tidak lancar yang dapat menimbulkan kesalahpahaman antara penyapa dengan tersapa.
2.3.2 Hepy Yen Trisny, 2006.
Hepy Yen Trisny, 2006, dalam tesisnya yang berjudul Kata Sapaan Bahasa Minangkabau. Beliau membahas perbedaan kata sapaan yang ada di dalam Bahasa
Indonesia dan Bahasa Minang yang diakibatkan adanya pengaruh bahasa Indonesia modern.
2.3.3 Marice, 2010.
Marice, 2010, Bahasa Batak Toba di Kota Medan Kajian Interferensi dan Sikap Bahasa Disertasi, yang mengkaji tentang adanya gejala interferensi dalam
bahasa Batak Toba oleh penutur Batak Toba di Medan. Dari perekaman tuturan dalam berbagai situasi dalam penelitian beliau. Beliau menemukan tiga tipe
interferensi yaitu interferensi dalam aspek fonologis, gramatikal dan leksikal. Pada aspek fonologi beliau menemukan adanya penyimpangan alternasi fonem dan
pelafalan asimilasi fonem. Pada aspek morfologi menemukan penyimpangan yang terdapat pada pembentukan nomina dan verba. Dalam aspek sintaksis menemukan
interferensi berupa penghilangan partikel. Dari aspek tuturan menemukan adanya kedwibahasaan dan diglosia yang terjadi pada bahasa Batak Toba di kota Medan.
2.3.4 Abdurahman Adisaputera, 2010.
Abdurahman Adisaputera, 2010, dalam disertasinya yang berjudul Pergeseran Bahasa Melayu Langkat BML dan Perubahan Karakter Kelokalan Komunitas
Universitas Sumatera Utara
Remaja. Beliau mengkaji tentang pergeseran bahasa yang terjadi pada komunitas remaja Melayu di Stabat yang dianalisis berdasarkan hasil tes kompetensi leksikal
dan bentuk-bentuk lingual dalam repetoar bahasa Melayu di Stabat. Kemudian menemukan bahwa adanya pergeseran Bahasa Melayu Langkat pada komunitas
Melayu di Stabat yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Penelitian beliau dijadikan sebagai kajian terdahulu sebab landasan teori yang digunakan dalam
penelitian beliau yakni teori etnografi komunikasi dan teori ranah penggunaan bahasa yang beliau gunakan dalam penelitian pergeseran bahasa sama dengan teori yang
digunakan dalam penelitian ini dan perbedaan terletak pada objek kajian beliau dengan objek kajian penulis dalam tesis ini. Jika beliau meneliti tentang pergeseran
kompetensi leksikal dan bentuk-bentuk lingual dalam repetoar bahasa Melayu sedangkan penelitian dalam tesis ini adalah mengenai pergeseran kata sapaan pada
masyarakat Angkola di kota Padangsidimpuan dan tidak sampai pada kepunahan bahasa. penelitian ini juga hanya meneliti kata sapaan pada ranah keluarga,
ketetanggaan dan transaksi.
2.3.5 Raina Rosanti, 2011.