Analisis Nilai Sosial Ekonomi Konservasi Satwaliar pada Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan
DI KOTA MEDAN
SKRIPSI
oleh:
RIZKI MUNAZA
111201069/MANAJEMEN HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
Disetujui oleh: Komisi pembimbing
Dr. Agus Purwoko S.Hut., M. Si. Pindi Patana S.Hut., M. Sc.
Ketua Anggota
Mengetahui,
Siti Latifah Shut., M.Si., Ph.D. Ketua Program Studi Kehutanan
Nama : Rizki Munaza
Nim : 111201069
Program Studi : Kehutanan Fakultas : Pertanian
(3)
RIZKI MUNAZA: Analisis Nilai Sosial Ekonomi Konservasi Satwa Liar pada
Ruang Terbuka Hijau Kota Medan. dibimbing oleh: AGUS PURWOKO dan PINDI PATANA.
Kehidupan satwa liar di dunia ini semakin terdesak oleh kehidupan manusia yang jumlahnya semakin meningkat. Salah satu upaya pemerintah untuk mempertahankan keberadaan satwa liar, melalui kegiatan konservasi dapat dipadukan dengan kegiatan perencanaan tata ruang yaitu dalam bentuk Tata Ruang Hijau (RTH) kota. Salah satu RTH yang terdapat di kota medan adalah kawasan konservasi ex-situ di Universitas Sumatera Utara dan Konservasi di Komplek perumahan Cemara Asri Medan. RTH tersebut juga berfungsi sebagai sarana rekreasi, fisik kota, sosial budaya, ekologis, dan memiliki nilai ekonomi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi pengunjung dan nilai ekonomi dari kawasan konservasi satwa liar serta pengaruh dari biaya perjalanan dan biaya kesediaan membayar terhadap tingkat kunjungan per 1000 penduduk. Hasil analisis data menunjukan bahwa karakteristik sosial ekonomi berdasarkan gender, tingkat pendidikan terakhir, tingkat pendapatan, kelompok umur, dan asal pengunjung adalah bervariasi. Biaya perjalanan tidak signifikan sedangkan biaya kesediaan membayar signifikan terhadap tingkat kunjungan per 1000 penduduk pada masing-masing lokasi.
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa, atas segala Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Analisis Nilai Sosial Ekonomi Konservasi Satwa Liar pada Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan ” .
Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif, metode biaya perjalanan/ kunjungan (Travel Cost Methode) dan metode Willingness to Pay (kesediaan membayar). Sedangkan teknik pengumpulan data adalah dengan kuisioner.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua, keluarga, dan sahabat-sahabat yang telah memotivasi dan membantu dalam penulisan ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Agus Purwoko S.Hut., M.Si. dan Pindi Patana S.Hut., M.Sc selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan arahan dalam penulisan ini. Serta penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak pengelola Konservasi Satwa Liar pada
Kompleks Perumahan Cemara Asri Medan dan pihak pengelola Konservasi Ex-Situ Rusa di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan yang telah
memberikan izin untuk pengambilan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat menjadi informasi dan bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, Mei 2015
(5)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vi
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 3
Tujuan Penelitian ... 3
Manfaat Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA Ruang Terbuka Hijau ... 5
Konservasi Satwa Liar ... 6
Manfaat Satwa Liar sebagai Objek Wisata ... 7
Penilaian Sumber Daya Lingkungan ... 9
Konsep Nilai Ekonomi ... 9
Pendekatan Valuasi Suberdaya Alam dan Lingkungan ... 10
Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) ... 11
Pendekatan Contingensi Valuation ... 13
Konsep Nilai Sosial Ekonomi ... 13
Konsep Persamaan Regresi ... 15
Gambaran Lokasi Penelitian ... 15
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 21
Alat dan Bahan ... 21
Prosedur Penelitian ... 21
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik sosial ekonomi pengunjung ... 26
Perilaku Pengunjung Area Konservasi Satwa Liar pada Ruang Terbuka Hijau Kota Medan selama dalam Kunjungan... 34
Nilai Ekonomi Konservasi Satwa Liar pada Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan ... 35
Pengaruh Variabel biaya perjalanan dan Biaya WTP terhadap Tingkat Kunjungan per 1000 Penduduk ... 39
(6)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 58 Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lokasi Penelitian
Jenis-Jenis Satwa yang Terdapat pada Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan
(7)
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Jenis Data yang Dibutuhkan dalam Kuisioner
Penelitian... 23 2. Persentasi Pengunjung Area Konservasi Satwa Liar pada Ruang
Terbuka Hijau di Kota Medan berdasarkan
Gender... 27 3. Persentasi Pengunjung Area Konservasi Satwa Liar pada Ruang
Terbuka Hijau di Kota Medan berdasarkan Kelompok
Usia... 28 4. Persentasi Pengunjung Area Konservasi Satwa Liar Pada Ruang
Terbuka Hijau di Kota Medan berdasarkan Tingkat Pendidikan 29 5. Persentasi Pengunjung Area Konservasi Satwa Liar pada Ruang
Terbuka Hijau di Kota Medan Jenis Pekerjaan... 30 6. Persentasi Pengunjung Area Konservasi Satwa Liar pada Ruang
Terbuka Hijau di Kota Medan berdasarkan Pekerjaan/ Status Lainnya...
31
7. Persentasi Pengunjung Area Konservasi Satwa Liar pada Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan berdasarkan Tingkat Pendapatan
per Bulan... 32 8. Persentasi Pengunjung Area Konservasi Satwa Liar Pada
Ruang Terbuka Hijau Di Kota Medan Terhadap Tipe Konservasi Di Lahan Basah berdasarkan alamat tempat
tinggal... 32 9. Nilai Ekonomi Konservasi Satwa Liar pada Konservasi Satwa
Liar di Kompleks Perumahan Cemara Asri Medan berdasarkan
Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method).... 36 10. Nilai Ekonomi Konservasi Satwa Liar pada Konservasi Ex-Situ
Rusa di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan berdasarkan
Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method).... 36 11. Persentasi Kesediaan Membayar Pengunjung Area Konservasi
Satwa Liar pada Ruang Terbuka Hijau di Kompleks Perumahan Cemara Asri Medan dan di Universitas Sumatera Utara
berdasarkan Metode Kesediaan Membayar... 38
(8)
12. Nilai Ekonomi Konservasi Satwa Liar pada Ruang Terbuka Hijau di Kompleks Perumahan Cemara Asri Medan berdasarkan
Metode Kesediaan Membayar (Willingness To Pay)... 38
13. Nilai Ekonomi Konservasi Satwa Liar pada Ruang Terbuka Hijau di Universitas Sumatera Utara berdasarkan Metode Kesediaan Membayar (Willingness To Pay)... 38
14. Jumlah Pengunjung, Jumlah Penduduk, Jumlah Biaya Perjalanan, Dan Jumlah Kunjungan per 1000 Penduduk berdasarkan Zona Asal Pengunjung... 40
15. Korelasi Antara Tingkat Kunjungan per 1000 Penduduk dengan Biaya Perjalanan dan Biaya WTP... 41
16. Koefisien determinasi dengan Model summaryb... 42
17. Koefisien Determinasi berdasarkan Pengujian secara Parsial... 43
18. Uji Kelayakan Model Regresi Dengan Perhitungan ANOVA... 44
19. Koefisien Regresi Berganda... 45
20. Koefisien Regresi Sederhana... 47
21. Jumlah Pengunjung, Biaya Perjalanan, Biaya WTP, Jumlah Penduduk, dan Jumlah Pengunjung per 1000 Penduduk... 49
22. Hasil Analisis Korelasi... 50
23. Koefisien Determinasi... 51
24. Hasil Deskriptif Variabel Tingkat Kunjungan Per 1000 Penduduk, Biaya Perjalanan Dan Biaya WTP... 52
25. Koefisien Determinasi berdasarkan Pengujian secara Parsial... 52
26. Hasil perhitungan ANOVA... 53
27. Hasil Perhitungan Koefisien Regresi Berganda... 54
(9)
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Skema Teknik Valuasi Non Market... 10 2. Diagram Persentasi Daerah Asal Pengunjung Area Konsevasi
Satwa Liar pada Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan pada
Kompleks Cemara Asri Medan... 33 3. Diagram Persentasi Daerah Asal Pengunjung Area Konsevasi
Satwa Liar pada Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan pada
(10)
RIZKI MUNAZA: Analisis Nilai Sosial Ekonomi Konservasi Satwa Liar pada
Ruang Terbuka Hijau Kota Medan. dibimbing oleh: AGUS PURWOKO dan PINDI PATANA.
Kehidupan satwa liar di dunia ini semakin terdesak oleh kehidupan manusia yang jumlahnya semakin meningkat. Salah satu upaya pemerintah untuk mempertahankan keberadaan satwa liar, melalui kegiatan konservasi dapat dipadukan dengan kegiatan perencanaan tata ruang yaitu dalam bentuk Tata Ruang Hijau (RTH) kota. Salah satu RTH yang terdapat di kota medan adalah kawasan konservasi ex-situ di Universitas Sumatera Utara dan Konservasi di Komplek perumahan Cemara Asri Medan. RTH tersebut juga berfungsi sebagai sarana rekreasi, fisik kota, sosial budaya, ekologis, dan memiliki nilai ekonomi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi pengunjung dan nilai ekonomi dari kawasan konservasi satwa liar serta pengaruh dari biaya perjalanan dan biaya kesediaan membayar terhadap tingkat kunjungan per 1000 penduduk. Hasil analisis data menunjukan bahwa karakteristik sosial ekonomi berdasarkan gender, tingkat pendidikan terakhir, tingkat pendapatan, kelompok umur, dan asal pengunjung adalah bervariasi. Biaya perjalanan tidak signifikan sedangkan biaya kesediaan membayar signifikan terhadap tingkat kunjungan per 1000 penduduk pada masing-masing lokasi.
(11)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kehidupan satwa liar di dunia ini semakin terdesak oleh kehidupan manusia yang jumlahnya semakin meningkat. Satwa liar banyak yang diburu baik untuk diperdagangkan maupun dimanfaatkan sebagian bagian dari tubuhnya sebagai hiasan, pertunjukan, atau obat-obatan. Selain itu menururt Alikodra (1990) habitat satwa liar juga banyak yang diubah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, sehingga semakin sempit. Kegiatan industri, penggunaan bahan-bahan kimia, serta limbah kegiatan manusia telah menimbulkan berbagai pencemaaran lingkungan yang berpengaruh negatif bagi habitat dan kehidupan satwa liar.
Provinsi Sumatera Utara memiliki hutan yang cukup luas. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara (2012) menerangkan bahwa Berdasarkan fungsinya, luas Hutan Konservasi adalah 470.663,74 ha. Satwa yang termasuk dalam upaya konservasi adalah jenis satwa liar yang dilindungi berdasarkan kerawanan kepunahannya.
Salah satu upaya pemerintah untuk mempertahankan keberadaan satwa liar adalah dengan menentapkan beberapa Kawasan Pelestarian dan Suaka Alam sebagai tempat berlindung satwa liar. Kegiatan konservasi satwa liar diantaranya adalah deng an program penangkaran. Selain daripada itu, kegiatan konservasi
dapat dipadukan dengan kegiatan perencanaan tata ruang yaitu dalam bentuk Tata Ruang Hijau (RTH) kota.
(12)
lainnya seperti area yang ditumbuhi tanaman untuk habitat liar alami satwa agar dapat hidup dan berkembang secara berkelanjutan yaitu pada ruang terbuka hijau kota. Hal ini dikarenakan ruang terbuka hijau berdasarkan fungsinya menurut Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, RTH kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut.
Kota medan merupakan salah satu kota yang di dalam perencanaan tata ruang kotanya merencanakan pembangunan ruang terbuka hijau sebesar 30% dari luasnya. Berdasarkan Dinas Pertamanan Kota Medan membagi jenis RTH menjadi lapangan olahraga, taman kota, boulevard, jalur hijau, dan halaman. RTH yang termasuk dalam kelompok halaman adalah halaman perkantoran, industri, sekolah, rumah sakit, plaza, dan pemukiman dengan vegetasi rumput dan pohon pelindung (Fattah, 2001). RTH dalam bentuk halaman yang terdapat di Kota Medan sebagai habitat liar alami satwa yang selain memiliki fungsi ekologis RTH itu sendiri, namun juga terdapat fungsi konservasi satwa liar di dalamnya adalah RTH pada halaman sekolah yaitu Konservasi Ex-Situ Rusa di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan dengan tipe habitat satwa di lahan kering, dan RTH pada pemukiman/ perumahan yaitu Konservasi Satwa Liar Pada RTH Komplek Perumahan Cemara Asri Medan dengan tipe habitat satwa di lahan basah.
Selain sebagai upaya konservasi, RTH kota medan memiliki banyak fungsi antara lain sebagai area rekreasi, sosial budaya, estetika, fisik kota, ekologis dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi bagi manusia maupun
(13)
bagi pengembangan kota. Nilai sosial ekonomi dari konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau kota medan dapat menjadi indikator dalam penilaian lingkungan, sehingga dapat diketahui nila guna dari lingkungan tersebut.
Dengan demikian, berdasarkan uraian diatas perlu untuk dilakukan penelitian mengenai Analisis Nilai Sosial Ekonomi Konservasi Satwa Liar pada Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dan untuk memberikan batasan dan pedoman arah penelitian maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi pengunjung area konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di kota medan?
2. Bagaimana nilai ekonomi area konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di kota medan berdasarkan metode biaya perjalanan (Travel Cost Methode) dan metode kesediaan membayar (willingness to pay)?
3. Bagaimana pengaruh variabel biaya perjalanan dan biaya WTP (kesediaan membayar) terhadap tingkat kunjungan per 1000 penduduk pada konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di kota medan.?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui karakteristik sosial ekonomi pengguna area konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di kota medan.
(14)
2. Mengetahui nilai ekonomi area konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di kota medan berdasarkan metode biaya perjalanan (Travel Cost Methode) dan metode kesediaan membayar (willingness to pay).
3. Mengetahui pengaruh variabel biaya perjalanan dan biaya WTP (kesediaan membayar) terhadap tingkat kunjungan per 1000 penduduk pada konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di kota medan.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi pihak institusi pendidikan, bermanfaat sebagai bahan referensi untuk kajian penelitian yang berhubungan dengan nilai ekonomi kawasan berdasarkan metode biaya perjalanan (Travel Cost Methode) dan metode kesediaan membayar (Willingnes to pay).
2. Bagi pihak terkait seperti: pengelola, bermanfaat dalam menyediakan informasi mengenai data nilai sosial ekonomi konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di kota medan yang berguna sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait perencanaan dan manajemen pelestarian kawasan konservasi pada RTH kota Medan di masa yang akan datang.
(15)
TINJAUAN PUSTAKA
Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi menjadi bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung) dan bentuk RTH non alami atau RTH binaan (pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga, dan pemakaman (Rukhmana dkk, 2011).
Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau khususnya pada wilayah perkotaan sangat penting mengingat besarnya manfaat yang diperoleh dari keberadaan RTH tersebut. Kawasan Ruang Terbuka Hijau ini juga merupakan tempat interaksi sosial bagi masyarakat yang dapat mengurangi tingkat stress akibat beban kerja dan menjadi tempat rekreasi keluarga bagi masyarakat perkotaan (Arifin, 2013).
Ruang Terbuka Hijau, baik Ruang Terbuka Hijau Publik maupun Ruang Terbuka Hijau Privat, memiliki fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis, dan fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi arsitektural, sosial, dan fungsi ekonomi. Dalam suatu wilayah perkotaan empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota. Ruang Terbuka Hijau berfungsi ekologis, yang menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota secara fisik, harus merupakan satu bentuk Ruang Terbuka Hijau yang berlokasi,
(16)
Hijau untuk per-lindungan sumberdaya penyangga kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring habitat kehidupan liar. Ruang Terbuka Hijau untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural) merupakan Ruang Terbuka Hijau pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan dan budaya kota tersebut, sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur kota (Rukhmana dkk, 2011).
Konservasi Satwa Liar
Konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumberdaya hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia (Purwantara, 2002). Satwa liar merupakan bagian sumberdaya alam yang tidak ternilai harganya, sehingga kelestariannya perlu dijaga agar tidak punah karena kegiatan peburuan dan eksploitasi hutan yang berlebihan terutama memperniagakan terhadap satwaliar yang jumlah populasinya dalam tingkat kelangkaan. Pengelolaan secara baik dalam arti dibudidayakan sudah saatnya dilakukan, hal ini dimaksudkan untuk melestarikan populasi satwa yang ada dan sekaligus untuk menjaga keseimbangan ekologinya. Salah satu alternatif terbaik yang perlu dikembangkan untuk menjaga kelestarianya adalah melalui kegiatan penangkaran (Nurrahmandani, 2013).
Metode konservasi sumberdaya genetik terdiri atas konservasi in situ dan konservasi ex situ (in vivo dan in vitro). Konservasi in situ dilakukan pada lingkungan asal atau asli mahluk hidup. Konservasi ini biasanya dilakukan dalam bentuk taman nasional atau wilayah yang dilindungi misalnya kawasan konservasi
(17)
laut atau kawasan konservasi laut daerah. Pada metode konservasi in situ spesies target dijaga di dalam ekosistem di mana spesies berada secara alami; tataguna lahan terbatas pada kegiatan yang tidak memberikan dampak merugikan pada tujuan konservasi habitat; dan regenerasi spesies target tanpa manipulasi manusia. Sedangkan, konservasi ex situ merupakan metode konservasi yang mengonservasi spesies di luar habitat atau sebaran alami populasi tetuanya. Jenis metode ini merupakan proses melindungi spesies mahluk hidup (langka) dengan mengambilnya dari habitat yang tidak aman atau terancam dan menempatkannya di bawah perlindungan manusia. Contoh konservasi ex-situ adalah kebun raya, kebun binatang dan aquarium. Fasilitas ini menyediakan bukan hanya tempat terlindung dari spesimen spesies langka tetapi juga memiliki nilai pendidikan (Barber, 2013).
Manfaat Satwa Liar Sebagai Objek Wisata
Sumberdaya alam yang sangat menarik untuk dijadikan sebagai objek ekowisata, salah satunya adalah satwaliar karena mempunyai peranan yang unik dalam ekosistem (Yoeti 2000, Fandeli 2010, dan Lukman 2004). Ramdhani (2008) mengatakan bahwa, selain memiliki nilai penting di dalam ekosistem, satwa liar pun bermanfaat bagi manusia, antara lain (1) sebagai bahan penelitian, pendidikan lingkungan, dan objek wisata (ekoturism), (2) sebagai sumber protein yang berasal dari daging dan telurnya (3) memiliki nilai estetika, diantaranya warna bulunya yang indah, suaranya yang merdu, tingkahnya yang atraktif sehingga banyak dijadikan objek dalam lukisan, atau sebagai inspirasi dalam pembuatan lagu maupun puisi, (4) memiliki nilai ekonomi.
(18)
Pemanfaatan sumber daya alam dapat dilakukan untuk meningkatkan permintaan pariwisata di suatu obyek wisata. Namun tidak serta merta pemanfaatan sumber daya alam yang bertujuan untuk pembangunan di kawasan obyek wisata dilakukan tanpa mengindahkan kelestarian sumber daya alam di suatu obyek wisata tertentu (Sari, 2011). Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Daya Tarik Wisata merupakan segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan (UU No. 10 Tahun 2009).
Rekreasi merupakan kegiatan (bahkan kegiatan itu direncanakan) dan dilaksanakan karena seseorang ingin melaksanakan. Jadi dapat diartikan usaha atau kegiatan yang dilaksanakan pada waktu senggang untuk mengembalikan kesegaran fisik. Kegiatan rekreasi dapat dibedakan menurut sifatnya yaitu rekreasi aktif dan rekreasi pasif. Rekreasi aktif adalah rekreasi yang lebih berorientasi pada manfaat fisik dari pada mental, sedang rekreasi pasif adalah rekreasi yang berorientasi pada manfaat mental dari pada fisik (Soemarno, dkk. 2010).
Salah satu prinsip pengembangan ekowisata adalah memenuhi aspek pendidikan, yakni kegiatan pariwisata yang dilakukan sebaiknya memberikan unsur pendidikan. Ini bisa dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan memberikan informasi menarik seperti nama dan manfaat satwa yang ada di sekitar daerah wisata, yakni manfaat ekologi, ekonomi dan sosial budaya.
(19)
pelestarian alam dan budaya, dimana kegiatan ini dapat didukung oleh alat bantu seperti brosur, leaflet, buklet atau papan informasi (Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2002).
Penilaian Sumber Daya Lingkungan
Menurut Fauzi (2006) bahwa sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi atau dapat juga dikatakan bahwa sumber daya adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Ilmu ekonomi lingkungan menerangkan, bahwa kerusakan lingkungan merupakan masalah eksternalitas yang akan mengarah pada kegagalan pasar, karena tidak mungkin untuk membeli dan menjual aset lingkungan dalam pasar karena tidak adanya harga pasar, sehingga barang dan jasa lingkungan tidak diperdagangkan dalam pasar. Dengan demikian produsen dan konsumen mengesampingkan masalah lingkungan dalam membua keputusannya.
Pengenyampingan aset lingkungan ini dalam keputusan mereka menyebabkan terjadinya penggunaan sumberdaya lingkungan yang tidak efisien, sehingga menimbulkan kerusakan. Kegagalan pasar menjelaskan bahwa kebanyakan barang-barang lingkungan tidak ada harganya atau harganya dinilai secara tidak wajar (Sutrisno dkk, 2010).
Konsep Nilai Ekonomi
Secara tradisional nilai terjadi didasarkan pada interaksi antara manusia sebagai subjek (penilai) dan obyek (sesuatu yang dinilai) (Pearce dan Moran, 1994; Turner, Pearce dan Bateman, 1994). Lebih lanjut dijelaskan oleh Hendrasati
(20)
(2009), bahwa nilai merupakan makna tentang suatu objek bagi seseorang pada tempat dan waktu tertentu yang kegunaan, manfaat, kepuaasan, dan rasa senang merupakan ungkapan makna dan nilai sumberdaya alam yang diperoleh. Sedangkan ekspresi nilai tersebut menurut Purwantara dkk (2002) diekspresikan dalam bentuk ukuran harga yang ditentukan oleh waktu, barang, atau uang yang akan dikorbankan seseorang untuk memiliki atau menggunakan barang atau jasa yang diinginkannya.
Bermacam-macan teknik penilaian dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar dalam penilaian ekonomi yang mendasari semua teknik adalah kesediaan membayar dari individu untuk jasa-jasa lingkungan atau sumberdaya (Munasinghe, 1993).
Pendekatan Valuasi Suberdaya Alam dan Lingkungan
Valuasi dapat didefinisikan sebagai usaha untuk menyatakan nilai moneter
dalam perangkat dan pelayanan lingkungan dari sumber daya alam (Mburu, 2007). Tujuan dari valuasi adalah menentukan pertimbangan manusia
menentukan Willing To Pay (WTP). Valuasi merupakan aturan penting dalam pengembangan lingkungan dan manajemen kegiatan (Razif dan Achmad, 2013).
Secara umum teknik atau metode valuasi ekonomi sumber daya alam yang tidak dapat dipasarkan (non-market valuation) dapat digolongkan ke dalam dua kelompok. Pertama adalah metode valuasi yang menggunakan harga secara implisit dimana WTP (willingness to pay) terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini sering disebut revealed WTP (keinginan membayar yang terungkap). Salah satu metode yang termasuk kelompok pertama adalah travel cost method atau metode biaya perjalanan. Kedua adalah metode valuasi
(21)
yang didasarkan pada survei dimana keinginan membayar atau WTP diperoleh secara langsung dari responden baik itu secara lisan atau tertulis. Salah satu metode yang cukup populer pada kelompok kedua adalah metode kontingensi dan
metode discrete choise (Hendrasati,2009). Berikut skema teknik valuasi non market tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1.Skema Teknik Valuasi Non Market Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)
Anggapan bahwa tempat wisata yang tidak memiliki tarif masuk atau biaya pemanfaatan, maka para pengguna datang dari berbagai daerah untuk menghabiskan waktu di tempat tersebut. Ketika tidak ada tarif masuk, permintaan akan barang tersebut tidak terbatas karena ada biaya ke dan di tempat wisata tersebut, pada saat inilah pendekatan biaya perjalanan mulai dipakai (Nugroho,2010).
Metode biaya perjalanan dapat diterapkan untuk menyusun kurva permintaan masyarakat terhadap rekreasi untuk suatu produk/ jasa SDA dan lingkungan. Metode biaya perjalanan (Travel Cost Method) mengestimasi kurva permintaan barang-barang rekreasi di luar rumah. Asumsi yang digunakan adalah semakin jauh tempat tinggal seseorang yang datang memanfaatkan fasilitas
Valuasi Non Market
Tidak Langsung (Revealed WTP)
1. Hedonic Pricing
2. Travel Cost
3. Random Utility Model
Langsung (Expressed WTP)
1. Contingent Valuation
(22)
rekreasi akan semakin menurun permintaan terhadap produk rekreasi tersebut karena biaya perjalanan yang mahal (Akliyah dan Hilwati, 2014).
Setiap metode valuasi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hendrasati (2009) menjelaskan bahwa metode yang mewakili reveled WTP atau pengukuran nilai ekonomis secara terungkap yaitu metode biaya perjalanan atau travel cost method, menggunakan proxy dari biaya dan waktu perjalanan yang dikeluarkan oleh pengunjung dalam mengunjungi suatu tempat wisata. Metode biaya perjalanan biasanya digunakan untuk menghitung nilai guna (used value) dari suatu ekosistem.
Model biaya perjalanan didasari dengan asumsi bahwa orang lain akan melakukan perjalanan berulang-ulang ke tempat tersebut sampai pada titik dimana nilai marginal dari perjalanan terakhir bernilai sama dengan jumlah uang dan waktu yang dikeluarkan untuk mencapai lokasi tersebut dan untuk mengestimasi besarnya nilai manfaat dari upaya perubahan kualitas lingkungan dari tempat rekreasi yang dikunjungi (Merryna, 2009). Lebih lanjut, Merryna (2009) menjelaskan bahwa adapun kelebihan dari metode TCM adalah 1) Hasil perhitungan manfaat berdasarkan tingkah laku pasar yang diteliti, 2) Metode ini dapat mengestimasi besarnya surplus konsumen. Sedangkan kelemahan dari metode TCM adalah 1) Biaya perjalanan yang dipakai harus valid sedangkan dalam kenyataannya susah untuk mengestimasi dengan tepat, 2) Opportunity cost harus dimasukkan dalam perhitungan, 3) Teori ekonomi gagal untuk menjelaskan hubungan jumlah kunjungan dengan biaya perjalanan. Metode ini hanya berdasarkan pada ketegasan (fitting) garis regresi pada satu set data yang dikumpulkan karena dibatasi pada nilai yang memanfaatkan lokasi tersebut,
(23)
sehingga jika pelestarian lingkungan pada lokasi tersebut penting bagi non pengguna, maka manfaat yang diestimasi jauh lebih kecil dari yang sebenarnya.
Pendekatan Contingensi Valuation
Metode CVM merupakan metode valuasi yang menentukan preferensi konsumen terhadap pemanfaatan SDA dan lingkungan dengan mengemukakan kesanggupan untuk membayar (WTP atau willingnes to pay) yang dinyatakan dalam nilai uang (Akliyah dan Hilwati, 2014). Lebih lanjut, Razif dan Achmad (2013) menjelaskan bahwa pendekatan ini dapat dilakukan dengan survei terhadap
sejumlah responden tertentu. Dalam survei, pertanyaan diolah menjadi variabel-variabel pasar, yaitu WTP mereka yang dinyatakan dalam bentuk nilai
uang dan juga berapa kompensasi yang mewakili manfaat apabila SDA dan jasa lingkungan tersebut hilang manfaatnya.
Metode CVM ini secara teknis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu teknis eksperimental melalui simulasi dan teknik survei. Metode CVM pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui keinginan membayar dari masyarakat terhadap perbaikan lingkungan dan keinginan menerima kompensasi dari kerusakan lingkungan (Fauzi, 2006).
Konsep Nilai Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain yang memiliki hubungan dengan penghasilan. Lebih lanjut menurut Melly G. Tan bahwa untuk melihat kedudukan sosial ekonomi dapat diketahui dari pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan (Sinaga, 2013).
(24)
Nilai sosial adalah sebuah konsep abstrak dalam diri manusia pada sebuah masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk, indah atau tidak indah, dan benar atau salah. Menurut Horton dan Hunt (1987) dalam Idianto (2004) bahwa nilai pada hakikatnya mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang, tetapi tidak menghakimi apakah sebuah perilaku tertentu salah atau benar. Sedangkan ciri-ciri nilai sosial yaitu tercipta dari proses interaksi antar manusia, bukan perilaku yang dibawa sejak lahir, ditransformasikan melalui proses belajar, berupa ukuran atau peraturan sosial yang turut memenuhi kebutuhan sosial, berbeda-beda pada tiap kelompok manusia, masing-masing nilai mempunyai efek yang berbeda-beda bagi tindakan manusia, dapat mempengaruhi kepribadian individu sebagai anggota masyarakat dan merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antarwarga masyarakat.
Pendidikan formal adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang ditempuh oleh seseorang dan diselesaikan di bangku sekolah. Pendidikan formal akan mempengaruhi cara berfikir yang diterapkan. Dengan cara berfikir yang baik maka akan memudahkan menerima hal-hal baru yang bisa membangun pola hidup untuk membantu meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Sedangkan Pendapatan merupakan gambaran umum mengenai keadaan perekonomian suatu rumah tangga (Sholikhotun, 2010). Lebih lanjut Nugroho (2010) menyatakan bahwa Pendapatan individu merupakan pendekatan upah/gaji yang diterima tiap bulan, untuk pelajar dan mahasiswa pendapatan sendiri merupakan uang saku perbulan, dan untuk ibu rumah tangga pendapatan merupakan total pengeluaran konsumsi tiap bulan.
(25)
Kaitan sosial ekonomi terhadap kegiatan wisata adalaha semakin jauh jarak tempat tinggal maka kesempatan berkunjung akan semakin berkurang. Sedangkan semakin tinggi usia pengunjung maka partisipasi untuk melakukan kunjungan wisata juga akan berkurang (Nugroho, 2010).
Konsep Persamaan Regresi
Regresi digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung dan memprediksi variabel tergantung dengan menggunakan variabel bebas. angka yang baik untuk dijadikan prediktor variabel tergantung (dependent variable), angka standard error of estimate harus lebih kecil dari angka standard deviasi (Sarwono, 2009).
Gambaran Lokasi Penelitian
Analisis nilai sosial ekonomi konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di kota medan melalui pengamatan dan pengambilan data di lapangan pada lokasi konservasi satwa liar yang berbeda berdasarkan tipe lahan yaitu lahan basah di Konservasi satwa liar pada komplek perumahan Cemara Asri Medan, dan lahan kering pada konservasi Ex-situ Rusa di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan adalah sebagai berikut.
Konservasi Satwa Liar di Kompleks Perumahan Cemara Asri Medan
Kompleks Perumahan Cemara Asri Medan terletak di jalan Cemara Boulevard nomor 8, kecamatan Medan Barat, Medan. Keistimewaan kompleks ini adalah dalam desain tata ruangnya terdapat area yang disediakan sebagai habitat satwa.
(26)
awal perencanaan pembangunan akan dijadikan danau buatan sebagai daya tarik
lokasi. Namun tidak disangka banyak satwa burung yang berdatangan ke rawa tersebut. Satwa tersebut diantaranya adalah kowak malam (Nycticorax nycticorax), belibis batu (Dendrocygna javanica), kuntul kecil
(Egretta garzetta), kuntul kerbau (Bulbucus ibis), cangak abu (Ardea cinerea), dan cangak merah (A. purpurea). Hal ini dikarenakan bahwa pada ekosistem rawa atau danau terdapat penyusun ekosistem yang memiliki fungsi sebagai tempat hidup komponen biotik dan abiotik serta komponen rantai makanan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soemarwoto (1983) bahwa ekosistem danau dilihat dari susunan dan fungsinya, tersusun atas tiga komponen yaitu komponen Bahan hidup (biotik) yang terdiri atas tumbuhan, hewan (termasuk manusia), dan mikroorganisme, komponen bahan tak hidup (abiotik) seperti komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air,udara, sinar matahari dan Komponen rantai makanan yaitu terdiri dari produsen, konsumen dalam berbagai tingkatan dan pengurai. Dengan demikian pihak pengelola, membiarkan rawa ini untuk dijadikan habitat alami bagi satwa burung.
Selain itu, mengingat bahwa rawa yang dijadikan habitat liar alami untuk satwa burung merupakan bagian tindakan konservasi, juga dapat dijadikan sebagai daya tarik lokasi untuk mendapatkan kesenangan dan mendatangkan investasi maka pengelola kompleks perumahan cemara asri melakukan penggalian terhadap rawa tersebut dan dijadikan sebagai tempat memelihara beberapa jenis ikan yaitu ikan mas, ikan lele, ikan nila, ikan gurami, ikan bawal, dan ikan gabus.
Investasi yang dikeluarkan oleh pihak pengelola untuk menjaga ekosistem rawa agar tetap menjadi habitat liar bagi satwa sehingga tumbuh dan berkembang
(27)
adalah dengan melakukan pemeliharaan kawasan dan satwa. Pemeliharaan kawasan yaitu dengan menjaga kebersihan rawa dengan memasang beberapa patok larangan dan pagar yang terbuat dari kawat dan batu pada pinggiran rawa. Sedangkan investasi yang dikeluarkan oleh pihak pengelola terhadap pemeliharaan satwa adalah untuk pakan satwa yaitu sebesar Rp 5.000.000 per bulan. Dengan demikian, investasi yang dikeluarkan oleh pihak pengelola untuk menjadikan area konservasi bagi satwa liar di dalam kompleks perumahan cemara asri adalah berupa lahan seluas 5 ha, perbaikan berupa pendalaman rawa, pemasangan pembatas, dan pembuatan kandang serta pemeliharaan satwa berupa pemberian pakan. Dengan begitu total biaya yang dikeluarkan oleh pihak pengelola untuk membangun area konservasi satwa liar di kompleks perumahan cemara asri Medan adalah biaya pengadaan dan biaya pemeliharaan. Biaya pengadaan adalah biaya yang dikeluarkan oleh pihak pengelola untuk mengadaan atau menyediakan manfaat konservasi bagi satwa liar yaitu dengan memberikan habitat liar alami bagi satwa untuk tumbuh dan berkembang. Biaya tersebut adalah sebesar Rp 165.000.000,- dengan rincian investasi yaitu untuk memperdalam kolam dengan melakukan penggalian terhadap kolam, memasang pembatas pada pinggiran kolam, dan membuat kandang untuk satwa seperti ular dan burung merpati.
Pemberiaan ruang bagi satwa liar oleh pihak pengelola agar satwa dapat hidup dan berkembang di tengah maraknya kegiatan pengrusakan habitat satwa akibat pembangunan dan perubahan fungsi kawasan, merupakan salah satu tindakan yang mengandung nilai konservasi yaitu bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumberdaya hayati serta keseimbangan ekosistemnya.
(28)
selain itu, Nilai-nilai yang terdapat pada usaha konservasi ini adalah adanya nilai sosial yang tercermin pada kesediaan pihak pengelola mengajak masyarakat kota untuk peduli lingkungan terutama satwa liar dengan memberikan akses gratis untuk menikmati pemandangan satwa di alam liar. dengan demikian, dapat menumbuhkan rasa kesadaran peduli terhadap lingkungan khususnya kehidupan satwa liar di alam.
Konservasi Ex-Situ Rusa di Universitas Sumatera Utara
Konservasi ex-situ rusa yang dikelola oleh lembaga Universitas Sumatera Utara terletak di jalan Dr. Mansyur, Kecamatan Medan
Selayang. Pada mulanya, penangkaran rusa tersebut hanya bersifat pemeliharaan pribadi saja yaitu dengan membiarkan rusa untuk hidup di habitat alam yang tersedia di halaman kampus USU. Selama proses pemeliharaan, rusa tersebut dapat tumbuh dan berkembangbiak dengan baik pada habitat yang tersedia di kampus USU.
Selain itu, para pemerhati satwa seperti Yayasan Rahmadsyah yang tertarik dengan habitat satwa di penangkaran USU telah menghibahkan beberapa satwa untuk diujicobakan dan dikembangkan dengan mengelolanya secara konservasi. Dengan demikian, tujuan dari penangkaran tersebut beralih dari pemeliharaan saja menjadi fungsi konservasi bagi satwa.
Area konservasi ex-situ rusa ini dibangun kembali sejak tahun 2012-2014 melalui Program Rencana Kerja Rektor yaitu Program USU Asri. Berdasarkan program tersebut, area konservasi ex-situ rusa diperbaiki dengan membuat desain habitat yang cocok untuk rusa yaitu kandang rusa dibuat pada lahan rerumputan serta membuat ruang-ruang yang dibutuhkan rusa untuk hidup dan berkembang
(29)
seperti rawa kecil dan rumah-rumahan yang terbuat dari kayu. Hal tersebut dilakukan karena berdasarkan karakteristik rusa, kebiasaan satwa tersebut adalah berendam di rawa berlumpur dan menyembunyikan anak yang baru dilahirkan dibalik-balik kayu.
Area konservasi ex-situ rusa di USU tidak hanya memiliki fungsi konservasi saja. Fungsi lainnya yang terdapat di area konservasi ini adalah fungsi ekologis, fungsi estetika, dan fungsi edukasi. Fungsi ekologis dan fungsi estetika pada area ini selain pada keunikan satwanya, terdapat juga pada taman yang dibangun di sekitar area penangkaran dengan desain taman yang terdiri dari jenis tanaman berkayu mengelilingi penangkaran dan beberapa joglo, serta air pancur di tengah area. Menurut Defriza (2015), penanggung jawab dalam proses perencaan Program Kerja Rektor pada Program USU Asri dibawah pengawasan Rektor, bahwa USU membutuhkan ruang publik yang dapat digunakan oleh para mahasiswa USU khususnya untuk beraktivitas di ruang terbuka seperti ruang terbuka hijau yang berada di halaman kampus, sehingga pembaharuan area konservasi ex-situ rusa di USU dibuat dengan konsep ruang terbuka asri yang memiiki fungsi ruang terbuka hijau yaitu ruang terbuka yang bermanfaat bagi individu atau kelompok untuk melakukan aktifitasnya dan sebagai wadah untuk makhluk lainnya seperti satwa dan tumbuhan untuk hidup dan berkembang secara alami.
Keistimewaan area ini adalah Keunikan satwa dan lokasi konservasi ex-situ rusa di USU dengan berbagai fungsinya yaitu fungsi konservasi, fungsi
edukasi, fungsi ekologis, dan fungsi estetika, sehingga memiliki daya tarik untuk dikunjungi. Berdasarkan pengamatan pendahuluan terhadap aktivitas masyarakat
(30)
yang berkunjung ke area ini, aktifitas yang dilakukan adalah seperti bersantai dan belajar, mengamati dan memberi makan satwa, serta memotret atau pengambilan gambar pemandangan di area konservasi. Dengan demikian, kawasan ini dapat juga berfungsi sebagai objek wisata mengacu pada definisi wisata berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
Jenis satwa yang terdapat di konservasi ex-situ rusa di USU adalah rusa sambar (Cervus unicolor), rusa totol Rusa totol (Axis axis), dan rusa afrika (Taurotragus sryx). Jumlah satwa yang terdapat di penangkaran yang dikelola USU saat ini adalah 16 ekor Rusa sambar (Cervus unicolor), 9 ekor Rusa totol (Axis axis), dan 2 ekor rusa afrika (Taurotragus sryx). Selain itu, terdapat satwa lainnya seperti 1 ekor kijang, 1 ekor burung merak serta itik.
Biaya yang dikeluarkan oleh pihak pengelola untuk menjaga kelestarian kawasan konservasi rusa ini adalah biaya pemeliharaan taman dan pemeliharaan satwa berupa pemberian pakan. Biaya pemeliharaan rusa yaitu meliputi biaya pemberian pakan rusa sebesar Rp 4.000.000,- per bulan. Sedangkan biaya investasi awal yang dikeluarkan oleh pihak pengelola untuk membangun area
konservasi di lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara adalah sebesar Rp 250.000.000,- dengan rincian investasi adalah untuk perbaikan kadang,
pembuatan dan perbaikan taman di sekitar area konservasi rusa, dan upah pekerja serta rumah-rumahan atau gubuk untuk rusa.
(31)
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Area Konservasi pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Medan yaitu pada tipe habitat lahan basah yaitu di Komplek
Perumahan Cemara Asri Medan dan tipe habitat lahan kering di Konservasi Ex-Situ di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Penelitian ini dilakukan dari
bulan Januari sampai dengan Mei 2015.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis, kamera, Software Statistic Package For Social Science (SPSS) dan perangkat komputer. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuisioner sebagai bahan pertanyaan/ wawancara secara langsung terhadap para pengunjung yang datang berkunjung ke area konservasi pada ruang terbuka hijau di kota Medan.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini mulai dari penentuan responden dan informasi yang dibutuhkan hingga menganalisis data sesuai tujuan penelitian.
1. Menentukan responden
Responden dalam penelitian ini adalah sampel yang digunakan untuk membuat perkiraan dari hasil survei. Responden (sampel) yang dipilih adalah responden yang melakukan perjalanan/ kunjungan dengan dimaksudkan tujuan utama responden harus merupakan ke area konservasi pada RTH di kota Medan.
Teknik penarikan jumlah sampel atau responden yang digunakan dalam
(32)
purpose sampling yaitu Menurut rozani (2003) bahwa Pengambilan sampel dilakukan hanya atas dasar pertimbangan penelitinya saja yang menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil. Keadaan yang dimaksud adalah responden yang diwawancarai merupakan pengunjung area Konservasi Ex-Situ rusa di USU dan atau di Komplek Perumahan Cemara Asri dengan umur diatas 15 tahun yang dinilai dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk diwawancarai sehingga mudah untuk mendapatkan data yang diperlukan. Berdasarkan metode tersebut, maka diambil responden sejumah 100 orang untuk masing-masing lokasi yang keseluruhannya merupakan pengunjung domestik dengan syarat dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia menjadi responden dengan menjawab keseluruhan pertanyaan dalam kuisioner.
2. Pengumpulan data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data skunder, yaitu sebagai berikut.
a. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden yang dijadikan sampel. Data diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu (dalam bentuk kuisioner).
b. Data skunder yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait seperti data dari Badan Pusat Statistik (BPS) daerah asal pengunjung dan beberapa referensi dari internet, jurnal, dan buku.
(33)
3. Membuat kuesioner untuk survey
Kuisioner dalam penelitian ini meliputi pertanyaan yang berkaitan dengan tujuan penelitian yaitu adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Jenis Data yang Dibutuhkan dalam Kuisioner Penelitian
No Jenis Data Parameter
1 Data Pribadi Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pendidikan Terahir, Jenis Pekerjaan, dan Pendapatan
2 Data sosial ekonomi pengunjung
kendaraan yang digunakan, jenis kunjungan, tujuan berkunjung, kegiatan yang dilakukan pengunjung selama di lokasi,
3 Data nilai ekonomi Biaya perjalanan, biaya WTP (Willingness To Pay) 4. Melakukan survei
Survei dilakukan dengan menentukan zona asal, biaya perjalanan, biaya kesediaan membayar (Willingness To Pay) dan mengamati karakteristik sosial ekonomi pengunjung.
Dalam penelitian ini, untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis daerah (zona) asal pengunjung konservasi pada RTH kota Medan, peneliti membagi zona asal pengunjung ke dalam dua zona yaitu zona pengunjung yang berasal dari kota Medan dan zona pengunjung yang berasal dari luar kota Medan (Non Medan).
Analisis data
1. Analisis karakteristik sosial ekonomi pengunjung
Untuk menggambarkan data karakteristik sosial ekonomi dan perilaku serta nilai sosial pengunjung konservasi satwa liar pada RTH kota Medan, menggunakan analisis deskriftif yaitu analisis yang digunakan untuk menggambarkan data dalam bentuk kuantitatif dengan tidak menyertakan pengambilan keputusan melalui hipotesis. Waktu pengamatan yang dilakukan
(34)
2. Analisis Nilai Ekonomi
Analisis nilai ekonomi atas dasar penggunaan area konservasi pada RTH kota Medan dilakukan dengan metode langsung (Expressed WTP) yaitu menggunakan pendekatan contingent valuation dan metode tidak langsung
(Revealed WTP) menggunakan pendekatan biaya perjalanan (Travel cost methode). Jumlah responden yang diamati adalah 100 orang pada
masing-masing lokasi dengan kriteria sesuai pada metode penentuan responden sebelumnya.
a. Dengan metode biaya perjalanan (travel cost method)
Nilai ekonomi diduga dengan menggunakan biaya transfortasi pergi pulang dari tempat tinggal pengunjung ke konservasi satwa liar di RTH kota Medan dan pengeluaran lain selama di perjalanan dan di dalam objek wisata mencakup biaya dokumentasi, biaya konsumsi, biaya parkir, dan biaya lainnya yang berkaitan dengan rekreasi untuk satu hari kunjungan. Sehingga biaya perjalanan dapat dirumuskan sebagai berikut.
BP = BT + BK + BPr + BL...(persamaan 1) Keterangan
BP = Biaya Perjalanan (Rp/Orang/Hari) BT = Biata Transfortasi (Rp/Orang/Hari) BK = Biaya Konsumsi (Rp/Orang/Hari) BPr= Biaya Parkir (Rp/Orang/Hari) BL = Biaya Lain-Lain (Rp/Orang/Hari)
(35)
b. Dengan metode contingent valuationn
Pendekatan ini dapat dilakukan dengan survei terhadap sejumlah
responden tertentu. Dalam survei, pertanyaan diolah menjadi variabel-variabel pasar, yaitu WTP mereka yang dinyatakan dalam bentuk
nilai uang dan juga berapa kompensasi yang mewakili manfaat apabila SDA dan jasa lingkungan tersebut hilang manfaatnya.
3. Analisis regresi
Regresi digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan memprediksi variabel terikat dengan menggunakan variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikat adalah tingkat kunjungan per 1000 penduduk (y) terhadap konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau Kota Medan berdasarkan tipe habitat lahan basah yaitu Konservasi Satwa liar pada Komplek Perumahan Cemara Asri Medan, sedangkan pada lahan kering yaitu Konservasi Ex-Situ Rusa di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Variabel bebas yang digunakan adalah biaya perjalanan (x1) dan biaya WTP/ kesediaan membayar (x2).
Analisis regresi linear sederhana dan berganda dilakukan dengan menggunakan SPSS dan dengan melakukan pengujian terhadap pengaruh parameter variabel bebas secara simultan atau parsial.
Pengujian parameter ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas (terikat) baik secara serempak maupun secara parsial. Sehingga akan dihasilkan persamaan regresi.
(36)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis nilai sosial ekonomi kawasan konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di kota medan melalui pengamatan dan pengambilan data di lapangan pada lokasi konservasi satwa liar yang berbeda berdasarkan tipe lahan yaitu lahan basah di Konservasi satwa liar pada komplek perumahan Cemara Asri Medan, dan lahan kering pada konservasi Ex-situ Rusa di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan adalah sebagai berikut.
1. Karakteristik Sosial Ekonomi Pengunjung
Karakteristik sosial ekonomi pengunjung area konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di kota medan diperoleh dari pengolahan data terhadap 200 responden yakni 100 responden mewakili karakteristik sosial ekonomi pengunjung area konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di kota medan pada tipe konservasi di lahan basah dan 100 responden pada tipe konservasi satwa liar di lahan kering.
Responden yang merupakan pengunjung area konservasi satwa liar pada RTH Kota Medan memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya. Karakteristik soaial ekonomi pengunjung area ini yang akan dibahas adalah gender (jenis kelamin), kelompok usia, tingkat pendidikan terakhir dan jenis pekerjaan/ status, serta pendapatan per bulan atau uang saku. Karakteristik ini dibahas karena status sosial pengunjung dianggap akan mempengaruhi tingkat kunjungan yaitu dalam hal pemenuhan kebutuhan akan area konservasi satwa liar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sinaga (2013) bahwa Sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara
(37)
lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain yang memiliki hubungan dengan penghasilan.
1.1.Karakteristik berdasarkan gender
Berdasarkan Gender atau jenis kelamin, pengunjung area konservasi satwa liar pada RTH kota medan untuk tipe lahan basah yaitu area konservasi satwa liar
pada kompleks perumahan Cemara Asri Medan lebih di dominasi oleh Gender laki-laki yaitu sebesar 51% dan perempuan hanya sebesar 49%. Sedangkan untuk
tipe lahan kering, pengunjung pada konservasi ex-situ rusa di USU Medan, lebih di dominasi oleh perempuan yaitu 63% dan laki-laki hanya 37% saja. Data berikut dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Persentasi Pengunjung Area Konservasi Satwa Liar pada Ruang Terbuka Hijau
di Kota Medan berdasarkan Gender
Gender/Jenis Kelamin Kelompok
Persentasi (%)
Lahan kering Lahan basah
Laki-Laki 51 37
Perempuan 49 63
Total (N) 100 100
Sumber: Data Lapangan
Berdasarkan keterangan di atas bahwa Pengunjung dengan gender laki-laki lebih banyak yang berkunjung ke tipe konservasi satwaliar pada lahan basah dibandingkan dengan tipe konservasi satwa liar pada lahan kering. Sedangkan Pengunjung dengan gender perempuan lebih banyak yang berkunjung ke tipe konservasi satwa liar pada lahan kering dibandingkan dengan konservasi satwa liar di lahan basah. Dengan demikian dapat diperoleh gambaran bahwa antara laki-laki dan perempuan memiliki kecenderungan yang berbeda dalam kebutuhan terhadap manfaat konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di kota medan.
(38)
1.2. Karakteristik berdasarkan kelompok umur
Kelompok umur Pengunjung area konservasi satwa liar pada RTH Kota Medan yang dianggap mewakili untuk dijadikan responden dalam pengambilan data adalah kelompok umur 15 tahun ke atas. Dalam penelitian ini, kelompok umur dibagi ke dalam 7 kategori untuk memudahkan penelitian yaitu a) kelompok umur 15-19 tahun, b) kelompok umur 20-24 tahun, c) kelompok umur 25-29
tahun, d)kelompok umur 30-34 tahun, e) kelompok umur 35-39 tahun, f) kelompok umur 40-44 tahun, dan g) kelompok umur 45 tahun ke atas.
Berdasarkan kelompok umur, pengunjung area konservasi satwa liar pada RTH Kota Medan untuk tipe lahan basah yaitu area konservasi satwa liar pada kompleks perumahan Cemara Asri Medan, dan untuk tipe lahan kering yaitu pengunjung pada Konservasi ex-situ rusa di USU Medan, kedua lokasi tersebut lebih didominasi oleh kelompok umur 20-24 tahun. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Persentasi Pengunjung Area Konservasi Satwa Liar pada Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan berdasarkan Kelompok Usia.
Sumber: Data Lapangan
Berdasarkan keterangan Tabel 3, maka bahwa karakteristik pengunjung dengan kelompok umur 20-24 tahun adalah yang paling dominan melakukan kunjungan ke konservasi satwa liar di ruang terbuka hijau kota medan pada kedua tipe konservasi yaitu di lahan basah dan di lahan kering. Berdasarkan hal ini,
Persentasi (%) Kelompok
Usia (tahun) Lahan basah Lahan kering
15-19 14 35
20-24 53 38
25-29 11 5
30-34 8 6
35-39 6 8
40-44 3 6
>45 5 2
(39)
dapat diperoleh gambaran bahwa kelompok umur 20-24 tahun lebih memiliki tingkat kebutuhan yang lebih tinggi terhadap manfaat konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di kota medan di bandingkan dengan kelompok umur lainnya karena pada umur tersebut umumnya masih memiliki kekuatan fisik yang lebih tinggi dibandingkan dengan umur yang lebih tua. Menurut Nugroho (2010) bahwa Semakin tinggi usia pengunjung maka partisipasi untuk melakukan kunjungan wisata juga akan berkurang.
1.3. Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan/ status
Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, karakteristik pengunjung area konservasi satwa liar pada RTH kota medan untuk tipe lahan basah yaitu area konservasi satwa liar pada kompleks perumahan Cemara Asri Medan dan tipe lahan kering yaitu konservasi ex-situ rusa di USU Medan adalah didominasi oleh tingkat pendidikan terahir Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 70% dari masing-masing 100 responden. Untuk lebih jelasnya mengenai data karakteristik sosial pengunjung area konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di kota Medan dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Persentasi Pengunjung Area Konservasi Satwa Liar Pada Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendididikan
terakhir Persentasi (%)
Lahan basah Lahan kering
SD 4 1
SMP 6 4
SMA 70 70
Akademisi 2 1
Diploma 6 5
Sarjana 11 16
Magister 1 3
Total 100 100
(40)
Sedangkan karakteristik pengunjung berdasarkan jenis pekejaan/ status dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Persentasi Pengunjung Area Konservasi Satwa Liar pada Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan Jenis Pekerjaan
Sumber: Data Lapangan
Karakteristik sosial ekonomi pengunjung area konservasi satwa liar di RTH kota Medan berdasarkan jenis pekerjaan/ status terhadap tipe konservasi di lahan basah yang dijelaskan oleh Tabel 4 di atas adalah PNS (pegawai Negeri Sipil) sebesar 2 %, Pedagang sebesar 10 % Petani sebsar 1%, Pegawai Swasta sebesar 36%, dan Lainnya sebesar 51% yaitu ibu rumah tanggga, mahasiswa, pelajar, pegawai BUMN (Badan Usaha Milik Negara), Profesi (Guru, Apoteker, Bidan, Kuli Bangunan, dan Buruh), dan tidak bekerja. Sedangkan, karakteristik sosial ekonomi pengunjung terhadap tipe konservasi di lahan kering yang dijelaskan oleh tabel 14 adalah PNS (pegawai Negeri Sipil) sebesar 5 %, Pedagang sebesar 6 % Petani sebesar 0%, POLRI sebesar 1%, Pegawai Swasta sebesar 19%, dan Lainnya sebesar 69% yaitu ibu rumah tanggga, mahasiswa, pelajar, pegawai BUMN (Badan Usaha Milik Negara), Profesi (guru, perawat, bidan, dan tukang becak), dan tidak bekerja. Persentasi untuk karakteristik pengguna yang jenis pekerjaan/ statusnya adalah termasuk dalam kelompok Lainnya dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.
Jenis Pekerjaan Persentasi (%)
Lahan basah Lahan kering
PNS 2 5
Pedagang 10 6
Petani 1 0
POLRI 0 1
Pegawai Swasta 36 19
Lannya 51 69
(41)
Tabel 6. Persentasi Pengunjung Area Konservasi Satwa Liar pada Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan berdasarkan Pekerjaan/ Status Lainnya.
Jenis pekerjaan lainnya
Persentasi (%)
Lahan basah Lahan kering
Mahasiswa 34 57
Ibu Rumah Tangga 7 2
Pelajar 2 4
Profesi 6 5
Pegawai BUMN 1 1
Tidak bekerja 1 0
Total 51 69
` Dari Tabel 5 dan Tabel 6 dapat diketahui bahwa jenis pekerjaan yang dominan pada masing-masing tipe habitat konservasi satwa liar pada RTH kota Medan adalah pegawai swasta yaitu 36 % pada konservasi satwa liar di kompleks perumahan cemara asri Medan dan mahasisiwa sebesar 57 % pada konservasi ex-situ rusa di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kebutuhan pegawai swasta dan mahasiswa terhadap area konservasi satwa liar pada RTH kota Medan yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis pekerjaan lainnya. Kebutuhan ini didasari pada perilaku pengunjung yang pada umumnya memiliki kesibukan dalam mengerjakan tugas kantor ataupun perkuliahan. Sehingga untuk menghilangkan rasa penat, kelompok pengunjung dengan karakteristik ini lebih memilih objek-objek yang terdapat pada sumber daya alam di ruang terbuka hijau kota medan sebagai sarana rekreasi yaitu untuk mengembalikan kesegaran fisik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soemarno dkk (2010) bahwa rekreasi dapat dijadikan suatu usaha untuk mengembalikan kesegaran fisik.
1.4. Karakteristik berdasarkan tingkat pendapatan
Untuk memudahkan penelitian, tingkat pendapatan per bulan pengunjung area konservasi satwa liar pada RTH kota Medan, dibagi ke dalam 5 kategori
(42)
yaitu A) < Rp 500.000,- B) Rp 500.000,- s/d Rp 1.000.000,- C) Rp 1.000.000,-
s/d Rp 2.500.000,- D) Rp 2.500.000,- s/d Rp 5.000.000,- dan E) > Rp 5.000.000,- ke atas.
Berdasarkan tingkat pendapatan per bulan, pengunjung area konservasi satwa liar pada RTH kota medan untuk tipe lahan basah yaitu area konservasi satwa liar pada kompleks perumahan cemara asri Medan, adalah didominasi oleh
pengunjung dengan tingkat pendapatan per bulan sebesar Rp 1.000.000,- s/d Rp 2.500.000,- sebanyak 40%. Sedangkan tingkat pendapatan per bulan untuk
tipe lahan kering adalah dengan tingkat pendapatan per bulan adalah < Rp 500.000,- sebanyak 28% Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Persentasi Pengunjung Area Konservasi Satwa Liar pada Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan berdasarkan Tingkat Pendapatan per Bulan
Pendapatan/Uang Saku Per Bulan (Ribu Rupiah)
Persentasi (%)
Lahan Basah Lahan Kering
< 500.000 18 28
500.000 – 1.000.000 21 25
1.000.000 – 2.500.000 40 22
2.500.000 – 5.000.000 17 18
> 5000.000 4 7
Total 100 100
Sumber: Data Lapangan
1.5.Karakteristik berdasarkan alamat tempat tinggal
Karaketristik pengguna arean konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di kota medan berdasarkan alamat tempat tinggal adalah sebagai berikut.
Tabel 8. Persentasi Pengunjung Area Konservasi Satwa Liar Pada Ruang Terbuka Hijau Di Kota Medan Terhadap Tipe Konservasi Di Lahan Basah berdasarkan alamat tempat tinggal.
Sumber: Data Lapangan
Alamat Persentasi (%)
Lahan basah Lahan kering
Medan 84 94
Non Medan 16 6
(43)
Pengunjung area konservasi dengan tipe lahan basah di RTH kota medan, berasal dari kota medan sebesar 84 %, dan selebihnya 16 % berasal dari luar kota medan. Daerah-daerah kota medan dan daerah luar kota medan yang menjadi pengguna area ini dapt dilihat pada Gambar 2. Diagram persentasi daerah asal pengguna area konsevasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di kota medan pada tipe lahan basah.
Gambar 2. Diagram Persentasi Daerah Asal Pengunjung Area Konsevasi Satwa Liar pada Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan pada Kompleks Cemara Asri Medan.
Sama hal dengan tipe konservasi di lahan basah, pengunjung area konservasi satwa liar pada tipe lahan kering yang ada di Ruang terbuka hijau kota medan juga didominasi oleh penggunjung yang berasal dari kota medan. Persentasi pengguna area konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau kota medan dengan tipe lahan kering, sebesar 94% berasala dari Kota Medan, dan 6% berasal dari luar Kota Medan. Untuk lebih jelasnya, persentasi daerah asal berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.
Series1, Binjai Barat, 1, 1% Series1,
Medan Amplas, 11,
11%
Series1, Medan Area, 1, 1% Series1, Medan
Barat, 4, 4% Series1, Medan
Baru, 4, 4%
Series1, Medan Belawan, 1, 1%
Series1, Medan Deli, 3, 3% Series1, Medan
Denai, 9, 9%
Series1, Medan Helvetia, 3, 3% Series1, Medan Kota, 3, 3% Series1, Medan
Labuhan, 4, 4% Series1, Medan
Marelan, 11, 11%
Series1, Medan Perjuangan, 6, 6% Series1, Medan
Petisah, 1, 1% Series1, Medan
Polonia, 1, 1% Series1, Medan Selayang, 5, 5% Series1 , Medan Sungga l, 5, 5% Series1, Medan Tembung, 7, 7% Series1, Medan
Timur, 5, 5%
Series1, Percut Sei Tuan , 14,
14% Series1, Tanjung
(44)
Berdasarkan keterangan di atas, dapat digambarkan bahwa pengunjung area konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di kota medan pada umunya berasal dari kota medan. Hal ini dapat dikarenakan jarak menuju lokasi tidak terlalu jauh dan masih bisa dijangkau. Selain itu, sarana dan prasarana menuju area tersebut masih tersedia dengan baik yaitu dapat di tempuh menggunakan kendaaran pribadi ataupun kendaraan umum. Sedangkan untuk pengunjung yang berasal dari luar kota medan persentasinya lebih rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nugroho (2010) yang menggambarkan tempat tinggal akan mempengaruhi kesempatan berkunjung yaitu bahwa semakin jauh jarak tempat tinggal maka kesempatan berkunjung akan semakin berkurang.
2. Perilaku Pengunjung Area Konservasi Satwa Liar pada Ruang Terbuka Hijau Kota Medan selama dalam Kunjungan
Selama Proses Pengamatan terhadap pengunjung area konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau kota medan yang melakukan kunjungan pada lokasi penelitian, didapat beberapa perilaku sosial yang diamati yaitu kegiatan selama di
Series1, Kab. Asahan, 1, 1% Series1, Medan
Kota, 1, 1% Series1, Medan
Mamun, 3, 3% Series1, Medan Marelan, 2, 2%
Series1, Medan Perjuangan, 2, 2%
Series1, Medan Polonia, 3, 3% Series1,
Medan Selayang,
47, 47% Series1, Medan
Sunggal, 2, 2% Series1, Medan Tembung, 1, 1% Series1, Medan
Timur, 2, 2% Series1,
Medan Tungtunga
n, 2, 2% Series1, Lubuk
Pakam, 1, 1%
Series1, Tanjung Morawa, 4, 4% Series1, Medan
Amplas , 6, 6% Series1,
Medan Area, 2,
2% Series1, Medan
Barat, 2, 2% Series1 , Medan Baru, 5, 5% Series1, Medan
Denai, 3, 3%
Series1, Medan Helvetia, 5, 5%
Series1, Medan Johor, 6, 6%
Kab. Asahan Medan Kota Medan Mamun Medan Marelan Medan Perjuangan Medan Polonia Medan Selayang Medan Sunggal Medan Tembung Medan Timur Medan Tungtungan Lubuk Pakam Tanjung Morawa Medan Amplas Medan Area Medan Barat Medan Baru Medan Denai Medan Helvetia Medan Johor Kec.lima puluh
Gambar 3. Diagram Persentasi Daerah Asal Pengunjung Area Konsevasi Satwa Liar pada
(45)
tempat kunjungan, jenis kunjungan, dan kendaraan yang digunakan menuju lokasi.
Kegiatan yang dilakukan oleh pengguna area konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau kota medan yang melakukan kunjungan selama proses pengamatan adalah mengamati perilaku satwa, memberi makan satwa, berwisata keluarga/ rekreasi, bersantai dan merileksasikan diri dengan melihat pemandangan, mengajarkan anak untuk mengenal satwa agar dapat mencintai lingkungan, dan berfoto atau memmotret penomena di sekitar area konservasi.
Jenis kunjungan pengguna area konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau kota medan yang melakukan kunjungan adalah jenis kunjungan peribadi, jenis kunjungan berkelompok/ rombongan, dan jenis kunjungan berdua. Jenis kunjungan bersama kelompok/ rombongan adalah jenis kunjungan bersama keluarga, bersama teman sekolah/ kampus, bersama rekan kerja, dan lainnya yaitu bersama Pasangan.
Kendaraan yang digunakan menuju lokasi konservasi satwa liar ini adalah jenis kendaraan pribadi yaitu mobil dan sepeda motor,dan jenis kendaraan umum yaitu angkutan umum dan becak, serta terdapat juga pengguna area konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau kota medan yang berkunjung ke lokasi dengan berjalan kaki.
3. Nilai Ekonomi Konservasi Satwa Liar pada Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan
Nilai ekonomi konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di kota medan dapat diperoleh dengan pendekatan valuasi ekonomi sumberdaya Teknik penilaian ekonomi sumberdaya alam pada area konservasi satwa liar di kota
(46)
medan dilakukan dengan pendekatan Non-Pasar yaitu pendekatan terhadap nilai barang atau jasa lingkungan yang tidak dapat dipasarkan sehingga untuk mendapatkan nilai ekonomi dari barang atau jasa tersebut diperhitungkan dari nilai yang bersedia dibayarkan oleh pengguna yang menerima manfaat tersebut baik secara langsung ataupun tidak lansung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mburu (2007) bahwa penilaian atau valuasi dapat didefinisikan sebagai usaha untuk menyatakan nilai moneter dalam perangkat dan pelayanan lingkungan dari sumber daya alam.
3.1.Nilai ekonomi berdasarkan metode biaya perjalanan
Nilai ekonomi kawasan konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di kota medan diperoleh dengan menggunakan prinsip valuasi ekonomi yaitu dengan
metode biaya perjalanan (travel cost methode) dan metode kesediaan membayar (willingness to pay). Data nilai ekonomi dari konservasi satwa liar pada ruang
terbuka hijau dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10 berikut ini.
Tabel 9. Nilai Ekonomi Konservasi Satwa Liar pada Konservasi Satwa Liar di Kompleks
Perumahan Cemara Asri Medan berdasarkan Metode Biaya Perjalanan
(Travel Cost Method).
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean
Total Biaya Perjalanan 100 0 250.000 4.330.000 43.300 Valid N (Listwise) 100
Keterangan: N = jumlah responden
Tabel 10. Nilai Ekonomi Konservasi Satwa Liar pada Konservasi Ex-Situ Rusa di
Universitas Sumatera Utara (USU) Medan berdasarkan Metode Biaya
Perjalanan (Travel Cost Method).
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean
Total Biaya Perjalanan 100 0 500.000 2.715.800 27.158 Valid N (Listwise) 100
(47)
Berdasarkan Tabel 9 dan Tabel 10, maka dapat diketahui bahwa rata-rata nilai ekonomi kawasan konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau kota medan dengan tipe lahan basah lebih besar Rp. 16.142,- daripada tipe konservasi satwa liar di lahan kering. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya perbedaan biaya yang dikeluarkan oleh responden selama melakukan kunjungan k e lokasi ini. Perbedaaan biaya tersebut dapat diperoleh dari perilaku pengunjung menuju dan atau selama di lokasi yaitu jenis kendaraan yang digunakan, jenis kunjungan dan kegiatan yang dilakukan selama di lokasi. Perbedaan jenis kendaraan akan menentukan perbedaan tingkat biaya yang dikeluarkan, demikian juga dengan aktifitas yang dilakukan selama di tempat kegiatan. Selain itu, jenis kunjungan yaitu individu, berdua, ataupun berkelompok juga dapat mempengaruhi biaya yang akan dikeluarkan oleh responden.
3.2. Nilai ekonomi berdasarkan metode kesediaan membayar (willingness to pay)
Nilai ekonomi konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau dapat juga diperoleh berdasarkan kesediaan membayar para pengguna yang datang berkunjung ke area ini. Kesediaan membayar menunjukan berapa biaya yang bersedia dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat dari konservasi satwaliar pada ruang terbuka hijau. Hal ini sesaui dengan pernyataan Razif dan Achmad (2013) yaitu WTP diperoleh dengan menyatakan kesediaan dalam bentuk nilai uang dan juga berapa kompensasi yang mewakili manfaat apabila SDA dan jasa lingkungan tersebut hilang manfaatnya.
Berikut persentasi kesediaan membayar dan nilai yang bersedia dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat tersebut dapat dilihat pada Tabel 11
(48)
Tabel 11. Persentasi Kesediaan Membayar Pengunjung Area Konservasi Satwa Liar pada Ruang Terbuka Hijau di Kompleks Perumahan Cemara Asri Medan dan di Universitas Sumatera Utara berdasarkan Metode Kesediaan Membayar (Willingness To Pay)
Kesediaan membayar Persentasi (%)
Cemara Asri USU
Tidak 62 56
Ya 38 44
Total 100 100
Tabel 12. Nilai Ekonomi Konservasi Satwa Liar pada Ruang Terbuka Hijau di Kompleks Perumahan Cemara Asri Medan berdasarkan Metode Kesediaan Membayar (Willingness To Pay)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Kesediaan Membayar 100 0 100.000 5.440
Valid N (Listwise) 100
Tabel 13. Nilai Ekonomi Konservasi Satwa Liar pada Ruang Terbuka Hijau di Universitas Sumatera Utara berdasarkan Metode Kesediaan Membayar (Willingness To Pay)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Kesediaan Membayar 100 0 100.000 8.150
Valid N (Listwise) 100
Jika dilihat dari Tabel 11 sampai dengan Tabel 13, dapat diketahui bahwa lebih banyak persentasi responden yang tidak bersedia membayar terhadap manfaat area konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di kota medan. Sehingga nilai WTP yang terungkap hanya sebesar Rp 5.440,- pada konservasi satwa liar di kompleks perumahan cemara asri Medan dan Rp 8.150,- pada konservasi ex-situ rusa di USU. Hal ini menunjukan bahwa keinginan membayar dari masyarakat yang menerima manfaat tersebut dipengaruhi oleh tipe habitat satwa. Habitat satwa yang berbeda akan berpengaruh pada jenis satwa yang mampu tumbuh dan berkembang, sehingga keunikan satwa akan berbeda pula. Dengan demikian, manfaat yang diterima juga akan berbeda dan mempengaruhi kesediaan membayar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Akliyah dan Hilwati (2014) bahwa kesanggupan membayar yang dinyatakan dalam nilai uang
(49)
dikemukakan berdasarkan preferensi (pilihan yang lebih disukai) konsumen terhadap pemanfaatan SDA dan linkungan.
4. Pengaruh Variabel Biaya Perjalanan dan Biaya WTP terhadap Tingkat Kunjungan per 1000 Penduduk
Untuk dapat mengetahui besarnya pengaruh biaya perjalanan dan biaya WTP terhadap tingkat kunjungan per 1000 penduduk, maka harus dilakukan zonasi asal berdasarkan kecamatan terhadap biaya perjalanan dan biaya WTP. sedangkan analisis datanya, dilakukan dengan metode regresi yaitu mengukur besarnya pengaruh variabel terikat atau tetap terhadap variabel bebas. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Gujarati (2006) bahwa analisis regresi merupakan suatu kajian terhadap hubungan satu variabel yang diterangkan (the explained variable) dengan satu atau lebih variabel yang menerangkan (the explanatory).
Variabel tetap (dependent) yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah tingkat kunjungan per 1000 penduduk pada konservasi satwa liar ruang terbuka hijau di kota medan berdasarkan tipe lahan. sedangkan variabel indenpendent-nya adalah variabel biaya perjalanan dan variabel biaya WTP (Wilingness To Pay).
4.1. Konservasi satwa liar pada kompleks perumahan cemara asri Medan 4.1.1. Analisis deskriptif
Analisis deskriftif terhadap tingkat kunjungan per 1000 penduduk bertujuan untuk menggambarkan data dalam bentuk kuantitatif dari kedua variabel bebas yang telah ditentukan. Berikut adalah Tabel mengenai jumlah pengunjung, jumlah penduduk, jumlah biaya perjalanan, dan jumlah kunjungan per 1000 penduduk berdasarkan zona asal pengunjung konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di komples perumahan cemara asri Medan.
(50)
Tabel 14 . Jumlah Pengunjung, Jumlah Penduduk, Jumlah Biaya Perjalanan, Dan Jumlah Kunjungan per 1000 Penduduk berdasarkan Zona Asal Pengunjung Konservasi Satwa Liar pada Ruang Terbuka Hijau di Komples Perumahan Cemara Asri Medan.
Zona Jumlah (1) Pengunjung (orang) Jumlah Biaya Perjalanan (Rp) Jumlah WTP (RP) Jumlah (2) Penduduk (Jiwa) Jumlah Kunjungan Per 1000 Penduduk
Binjai Barat 1 100.000 5.000 44.284 0,0226
Medan Amplas 11 494.000 65.000 116.922 0,0941
Medan Area 1 80.000 0 97.254 0,0103
Medan Barat 4 310.000 51.000 71.377 0,0560
Medan Baru 4 199.000 102.000 39.817 0,1004
Medan Belawan 1 50.000 2.000 96.280 0,0104
Medan Deli 3 52.000 2.000 171.951 0,0174
Medan Denai 9 359.000 10.000 142.850 0,0630
Medan Helvetia 3 100.000 0 146.391 0,0205
Medan Kota 3 80.000 5.000 73.122 0,0410
Medan Labuhan 4 112.000 1.000 113.314 0,0353
Medan Marelan 11 727.000 66.000 148.197 0,0742 Medan Perjuangan 6 237.000 40.000 94.088 0,0638
Medan Petisah 1 15.000 0 162.227 0,0062
Medan Polonia 1 22.000 0 53.873 0,0186
Medan Selayang 5 245.000 20.000 101.057 0,0493
Medan Sunggal 5 110.000 8.000 101.057 0,0495
Medan Tembung 7 271.000 45.000 113.644 0,0616
Medan Timur 5 180.000 55.000 134.643 0,0371
Percut Sei Tuan 14 582.000 57.000 405.434 0,0345 Tanjung Morawa 1 105.000 10.000 202.870 0,0049
Total 100 4.330.000 544.000
Std. deviasi 179455,2 30096,35 0,028
Ket:
(1) Sumber: Data Lapangan Berdasarkan 100 Kuisioner
(2) Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan, Badan Pusat Statistik Deli Serdang, dan Badan Pusat Statistik Binjai Barat
4.1.2. Analisis korelasi
Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi atau hubungan antara variabel tingkat kunjungan per 1000 penduduk dengan biaya perjalanan dan biaya WTP, maka dilakukan analisis korelasi dengan metode pearson product moment menggunakan SPSS. Kegunaan pengukuran korelasi ini adalah untuk mengukur
(51)
kekuatan hubungan antar kedua variabel tersebut. Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 14, maka dapat diketahui besarnya korelasi antara variabel tingkat kunjungan per 1000 penduduk dengan biaya perjalanan dan kesediaan membayar. Berikut adalah tabel korelasi tersebut.
Tabel 15. Korelasi Antara Tingkat Kunjungan per 1000 Penduduk dengan Biaya Perjalanan dan Biaya WTP
Correlations Tingkat Kunjungan Per 1000 Penduduk
Biaya
Perjalanan Biaya WTP Pearson
Correlation
Tingkat Kunjungan
Per 1000 Penduduk 1 0,643 0,796
Biaya Perjalanan 0,643 1 0,683
Biaya WTP 0,796 0,683 1
Sig. (1-Tailed) Tingkat Kunjungan
Per 1000 Penduduk . 0,001 0
Biaya Perjalanan 0,001 . 0
Biaya WTP 0 0 .
N Tingkat Kunjungan
Per 1000 Penduduk 21 21 21
Biaya Perjalanan 21 21 21
Biaya WTP 21 21 21
Berdasarkan Tabel 15 diatas, maka dapat dilihat bahwa besarnya hubungan antara tingkat kunjungan per 1000 penduduk dan biaya perjalanan adalah 0,643. Artinya hubungan kedua variabel tersebut kuat. Korelasi positif akan menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat kunjungan per 1000 penduduk dan biaya perjalanan adalah searah, sehingga jika biaya perjalanan meningkat maka tingkat kunjungan per 1000 penduduk akan meningkat juga.
Selanjutnya, hubungan yang dapat disimpulkan dari Tabel 15 di atas adalah bahwa hubungan antara tingkat kunjungan per 1000 penduduk dan biaya kesediaan membayar (Willingness to Pay) adalah 0,796. Artinya hubungan kedua variabel tersebut kuat.
(52)
Selain itu, dari Tabel tersebut juga dijelaskan bahwa angka signifikansi hubungan antara tingkat kunjunga per 1000 penduduk dengan biaya perjalanan adalah sebesar 0,001 (Sig < 0,05) dan hubungan tingkat kunjungan per 1000 penduduk dengan biaya kesediaan membayar adalah 0,00 (Sig < 0,05). Artinya bahwa jika angka signifikansi (Sig) < 0,05 maka ada hubungan yang signifikan antar kedua variabel tersebut.
4.1.3. analisis koefisien determinasi
Koefisien Determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya persentasi variabel terikat yaitu tingkat kunjungan per 1000 penduduk yang dapat diprediksi dengan menggunakan variabel bebas yaitu biaya perjalanan dan biaya kesediaan membayar (willingness to pay). Selain itu, Koefisien Determinasi juga dapat digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh kedua variabel bebas terhadap variabel terikat namun bergantung pada jumlah prediksi biayanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 16 berikut ini.
Tabel 16. Koefisien determinasi dengan Model summaryb
Model summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
1 .808a 0,652 0,614 0,017
a)
Prediktor : (konstan) biaya perjalanan, biaya kesediaan membayar(willingness to pay) b)
Dependent variabel: tingkat kunjungan per 1000 penduduk
Berdasarkan Tabel 16 bahwa angka R Square (angka korelasi atau r yang dikuadratkan) adalah sebesar 0,652. Berdasarkan angka R Square atau angka koefisien determinasi sebesar 0,652 (65,2%) maka dapat digambarkan bahwa sebesar 65,2% jumlah prediksi tingkat kunjungan per 1000 penduduk yang terjadi terhadap konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau kota medan di kompleks perumahan cemara asri medan dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel
(53)
jumlah biaya perjalanan dan biaya kesediaan membayar. Sedangkan sisanya, yaitu 34,8% (1,00-0,652) dapat dijelaskan oleh faktor-faktor penyebab lainnya. Sedangkan, jika dilakukan pengunjian secara parsial atau terpisah antara tingkat kunjungan per 1000 penduduk dengan biaya perjalanan, dan tingkat kunjungan per 1000 penduduk dengan biaya WTP, maka besarnya R Square adalah sebagai berikut ini.
Tabel 17. Koefisien Determinasi berdasarkan Pengujian secara Parsial
Model Summaryb
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
Biaya perjalanan .643a 0,414 0,383 0,022
Biaya WTP .796a 0,634 0,614 0,017
a)
Prediktor : (konstan) biaya perjalanan dan biaya WTP b)
Dependent variabel: tingkat kunjungan per 1000 penduduk
Berdasarkan Tabel 17, maka dapat disimpulkan bahwa persentasi prediktor biaya WTP lebih besar dibandingkan dengan biaya perjalanan dalam menjelaskan tingkat kunjungan per 1000 penduduk yang terjadi terhadap konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di kota medan yaitu pada kompleks perumahan cemara asri Medan. besarnya persentasi prediktor biaya WTP dan biaya perjalanan dalam memprediksi tingkat kunjungan per 1000 penduduk masing-masing adalah 63,4% dan 41,4%.
Selain itu, pada Tabel 16 di atas dapat juga diketahui besarnya Standard Error Of Estimate (SEE) ialah 0,017 untuk tingkat kunjungan per 1000
penduduk. Jika dibandingkan dengan angka standard deviasi (STD) tingkat kunjungan per 1000 penduduk sebesar 0,028 (Tercantum pada Tabel 14) maka angka tersebut lebih kecil. Angka tersebut menunjukan bahwa angka SEE baik untuk dijadikan angka prediktor dalam menentukan tingkat kunjungan per 1000 penduduk terhadap konservasi satwaliar pada ruang terbuka hijau kota medan
(1)
Gambar 2. Lokasi Penelitian di Konservasi Satwaliar pada Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan berdasarkan Tipe Habitat Lahan Kering yaitu Konservasi Ex-Situ Rusa di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
(2)
Medan
Gambar 3. Jenis-Jenis Satwa yang terdapat pada Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan berdasarkan Tipe Habitat di Lahan Basah yaitu Konservasi Satwa Liar di Kompleks Perumahan Cemara Asri Medan: 1) Kuntul Kerbau (Bubulcus Ibis), 2) Kura-Kura (Amyda Cartilaginea), 3) Ikan Mas (Cyprinus Carpio), 4) Kuntul Kecil (Egretta Garzetta), 5)
Cangak Besar (Ardea Alba/Egretta Alba), 6) Cangak Merah (Ardea Purpurea) dan 7) Bangau Abu-Abu (
1
2
3
4
5
6
(3)
Gambar 4. Jenis-Jenis Satwa yang terdapat pada Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan Berdasarkan Tipe Habitat di Lahan Kering yaitu pada Konservasi Ex-Situ Rusa di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan: 1) rusa sambar (Cevrus unicolor), 2) rusa totol (Axis axis), dan 3) rusa afrika (Taurotragus sryx).
1
2
3
(4)
Gambar 5. Pengambilan Data terhadap Berbagai Responden pada Konservasi Satwa Liar di Kompleks
Perumahan Cemara Asri Medan yaitu 1) Individu, 2) Berdua, 3) Bersama Keluarga, 4) Bersama Teman.
Gambar 6. Pengambilan Data terhadap Berbagai Responden pada Konservasi Ex-Situ Rusa di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan yaitu 1) Individu, 2) Berdua, 3) Bersama
1
2
3
3
3
4
3
13
3
4
4
12
(5)
4.
Perilaku Responden Selama di Lokasi
Gambar 7. Perilaku Responden dalam Kunjungan di Konservasi Satwa Liar pada Kompleks Perumahan Cemara Asri Medan yaitu 1) Memberi Makan Satwa, 2) Mengamatai Satwa, 3) Bersantai Meliahat Pemandangan Satwa, dan 4) Berfoto.
Gambar 8. Perilaku Responden dalam Kunjungan di Konservasi Satwa Liar pada Kompleks Perumahan Cemara Asri Medan yaitu 1) Memberi Makan Satwa, 2) Mengamatai Satwa, 3) Bersantai Melihat Pemandangan Satwa, dan 4) Berfoto.
1
2
2
2
2
3
4
1
2
(6)
Gambar 8. Jenis Kendaraan yang Digunakan Responden untuk Berkunjung ke Konservasi Satwaliar di Kompleks Perumahan Cemara Asri Medan.