2. Pengambilan Sampel
Pengambil sampel phytotelmata dilakukan secara langsung, sedangkan sampel air yang tergenang di bagian tubuh phytotelmata disedot
menggunakan pipetsedotan. Air yang diperoleh dimasukkan kedalam botol sampel berukuran 100 ml dan diberi label
Rosa dkk, 2012. Sampel
phytotelmata yang langsung dapat diketahui jenisnya dicatat dalam lembar pengamatan dan dipotret menggunakan kamera Nikon L310, sedangkan
phytotelmata yang belum diketahui jenisnya diambil bagian tubuhnya seperti daun, bunga, dan buahnya yang dipotong menggunakan pisau
cutter dan dimasukkan kedalam kantong plastik untuk keperluan identifikasi di Laboratorium Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
3. Pengukuran Faktor Lingkungan
Pengukuran faktor lingkungan yaitu suhu diukur menggunakan termometer dan kelembaban udara yang diukur menggunakan higrometer.
Air sampel yang ada di bagian tubuh phytotelmata diukur kedalamannya mengunakan kayu yang kemudian batas air pada kayu diukur
menggunakan penggaris. Air dimasukan ke gelas ukur 100 ml agar diketahui volumenya dan pH airnya diukur dengan kertas pH standar dan
suhu air diukur dengan termometer. Hasil pengukuran dicatat dalam tabel data yang sudah disediakan.
4. Identifikasi Sampel
Sampel phytotelmata yang belum diketahui jenisnya diidentifikasi menggunakan buku “Identifikasi Tumbuhan “ oleh van Steenis, 1981;
Cronquist A,1981; dan Keng Hsuan, 1982 dan difoto menggunakan kamera Nikon Coolpix L310. Identifikasi sampel phytotelmata dilakukan
di Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Sampel air yang diperoleh di
bawa ke Laboratorium Zoologi kemudian dipisahkan dari seresah atau kotoran kasar yang ikut terbawa menggunakan pinset, larva yang terbawa
dipisahkan dari air kemudian dimasukkan kedalam petridish dan diberi alkohol 70 menggunakan pipet tetes. Larva serangga yang ditemukan
diidentifikasi dibawah mikroskop Nikon Olympus CH 20 kemudian dipisahkan sesuai famili, dan diidentifikasi menggunakan “ Kunci
Identifikasi Aedes Jentik dan Dewasa di Jawa ” menurut Departemen
Kesehatan Indonesia 1989, O’Comnor C. T. dan A. Soepanto 1999 ; Lam-Phua Sai Gek et al., 2008 dan 2010.
C. Analisis Data
Hasil identifikasi dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan disajikan dalam bentuk tabel dan gambar. Sedangkan keanekaragaman dan dominansi
dianalisis menggunakan rumus indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, dan indeks dominansi Simpson’s Magurran, 2004 .