7
4. Zahnd 1999 menyebutkan bahwa koridor dibentuk oleh dua deretan massa bangunan atau pohon yang membentuk sebuah ruang untuk menghubungkan
dengan satu massa dari dua kawasan secara netral tidak mengutamakan salah satu seperti sumbu.
2.3. Elemen Pembentuk Karakter Visual
Untuk mengetahui karakter visual dari suatu tempat, perlu diketahui elemen
– elemen pembentuk karakter tersebut. Elemen – elemen tersebut akan mempengaruhi karakter dari suatu lingkungan. Berdasarkan hasil pembahasan
pada bagian karakteristik visual suatu kawasan, komponen pembentuk karakter visual dapat dibedakan menjadi dua Cullen, 1961, yaitu :
2.3.1. Existing View
Merupakan komponen utama berupa karakter fisik dari kawasan. Elemen fisik suatu kawasan menurut Cullen berupa orientasi, bentuk posisi ruang, serta
bentuk isi ruang. Dalam teorinya, Kevin Lynch 1969, mempertegas bahwa karakter visual dari suatu kawasan dapat dilihat dari aspek kualitas bentuk yang
terdiri dari, keistimewaan, kesederhanaan, kontinuitas, dominasi bentuk, kejelasan suatu pertemuan, ketersediaan petunjuk, bidang pandang. Pergerakan, rangkaian
serial waktu, identitas dan kesan koridor. Berdasarkan pembahasan pada teori Cullen, elemen fisik suatu kawasan dapat dibedakan menjadi :
Universitas Sumatera Utara
8
1. Orientasi
Pengertian orientasi dalam studi kasus ini adalah proses pengamatan dalam gerakan yang disebut juga sebagai
sequence
, yang akan terjadi apabila berjalan dari ujung ke ujung dalam suatu kawasan atau kondisi dengan langkah
yang teratur. Penyimpangan penglihatan dalam penjajaran dan variasi kecil dari bentuk
– bentuk yang menonjol atau pergeseran letak yang ditarik kedalam menyebabkan efek tiga dimensi yang tidak proporsional.
Sequence
dalam orientasi juga di pengaruhi oleh skala dan proporsi, Skala dan proporsi merupakan
salah satu kriteria yang akan memberikan kesan ruang. Berkaitan dengan skala, ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan, yaitu :
Perbandingan secara spasial antara ketinggian suatu elemen dan lebarnya. Hubungan antar objek – objek yang terdapat didalamnya terhadap lingkungan
disekitarnya secara spasial. Seperti yang telah diuraikan di atas, kesan lebar atau sempitnya suatu
ruang koridor dapat dipengaruhi oleh perbandingan
rasio
antara lebar jalan terhadap ketinggian bangunan. Proporsi ini akan memberikan kesan terhadap
orang yang berada didalamnya. Zahnd 1999 menjelaskan suatu standar umum skala bagi perkotaan dimana dapat menciptakan 3 kategori kesan ruang, yaitu
terkesan sempit, kesan netral atau harmonis serta kesan luas atau sunyi.
Universitas Sumatera Utara
9
2. Bentuk posisi ruang
Di era sekarang ini, jalan hanya difungsikan sebagai sebuah pergerakan dan bangunan dijadikan sebagai media sosial serta tujuan bisnis. Cullen
mengilustrasikan bahwa seseorang butuh akan perasaan terhadap posisinya dalam Gambar 2.1 Standar Skala Perkotaan Dengan Memperhatikan Pembatas Place
Secara Vertikal
Sumber gambar : Perancangan Kota Secara Terpadu, Zahnd 1999
Universitas Sumatera Utara
10
lingkungan, baik secara sadar maupun tidak sadar. Tinjauan bentuk dan posisi ruang dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Occupied territory Wilayah yang diduduki
Kerindangan, keteduhan, kenikmatan dan kenyamanan umumnya merupakan alasan penempatan atau pemakaian suatu tempat. Penekanan suatu
tempat oleh beberapa elemen – elemen permanen memberikan suatu gambaran
terhadap berbagai jenis pemakaian tempat dalam suatu kota. Penekanan suatu tempat dipengaruhi oleh perlengkapan yang berhubungan dengan
street furnitur
e dan
vegetasi
. Vegetasi dalam hal ini dapat bersifat sebagai penyejuk lingkungan,
pelunak iklim sekitarnya, sebagai peneduh
barier
, serta sebagai fungsi estetika. Cara perletakan vegetasi pohon dapat diatur sedemikian rupa untuk
menghasilkan suasana lingkungan yang nyaman. Pohon – pohon dapat ditanam
sehingga menciptakan suatu
serial vision
dari arah yang belum ada objek menuju kearah objek utama. Sedangkan jenis perletakannya dapat berjajar sejenis,
ataupun berjajar tidak sejenis.
Gambar 2.2 Penataan pohon secara berjajar dan sejenis
Sumber gambar : Standar Perancangan Tapak, de Chiara 1997
Universitas Sumatera Utara
11
Dalam buku
Standar Perancangan
Tapak, de
Chiara 1997
mengungkapkan fasilitas – fasilitas yang terdapat dalam suatu koridor jalan
street furniture
, antara lain : a.
Lampu penerangan, yang dapat dibagi menjadi : -
lampu sorot rendah Ketinggian lampu berada di bawah pandangan mata
Berupa lampu pijar atau neon Umumnya digunakan untuk penerangan bagian bawah
Sorotan arah lampu mengarah pada tujuan tertentu Gambar 2.3 Penataan pohon dengan cara berselang
– seling
Sumber gambar : Standar Perancangan Tapak, de Chiara 1997
Gambar 2.4 Penataan pohon sebagai serial vision
Sumber gambar : Standar Perancangan Tapak, de Chiara 1997
Universitas Sumatera Utara
12
- lampu penerangan bagi pejalan kaki
Rata – rata mempunyai ketinggian 2 meter – 3 meter Umumnya digunakan pada kawasan komersial, perumahan, daerah
rekreasi, dan area industri
- lampu parkir dan jalan raya
Mempunyai ketinggian 3 meter – 5 meter Umumnya digunakan pada daerah rekreasi, daerah industri, daerah
komersial serta jalan raya Gambar 2.5 lampu sorot rendah
Sumber gambar : Standar Perancangan Tapak, de Chiara 1997
Gambar 2.6 lampu penerangan pejalan kaki
Sumber gambar : Standar Perancangan Tapak, de Chiara 1997
Universitas Sumatera Utara
13
- lampu tiang tinggi
Rata - rata mempunyai ketinggian 6 meter – 10 meter Penerangan untuk radius yang luas
Terletak di kawasan perparkiran, rekreasi, jembatan laying
b. kursi duduk
Sebagai tempat peristirahatan sementara bagi pejalan kaki Desain serta dimensi dari kursi duduk menyesuaikan karakter serta ciri
dari lingkungan tersebut. Gambar 2.7 lampu parkir dan jalan raya
Sumber gambar : Standar Perancangan Tapak, de Chiara 1997
Gambar 2.8 lampu tiang tinggi Sumber gambar : Standar Perancangan Tapak, de Chiara 1997
Universitas Sumatera Utara
14
c. rambu – rambu
signage
Berfungsi sebagai penunjuk arah dan tujuan suatu jalur sirkulasi Sebagai alat informasi
d. telepon umum
Sebagai alat komunikasi umum bagi pengguna jalan e.
bak sampah Sebagai tempat pembuangan sampah sementara bagi para pengguna jalan
f. halte bus
Tempat pemberhentian bus, menaikkan dan menurunkan penumpang g.
pagar pengaman Sebagai penentu batasan wilayah serta pengamanan bagi pengguna jalan
B. Possesion in Movement
Selain pemakaian tempat yang statis, pemakaian tempat dalam pergerakan juga menjadi salah satu aspek dari kepemilikan manusia di luar ruangan. Pemakai
tempat yang diperlukan untuk pergerakan antara lain jalur pedestrian dan trotoar diperuntukkan bagi pejalan kaki, sedangkan jalan aspal diperuntukkan bagi
pengguna kendaraan.
C. Focal Point
Focal point merupakan pandangan yang klasik dari pembatas
enclosure
. Dibagian
– bagian kota atau perkampungan seperti jalan – jalan yang ramai, pasar – pasar, sering dibuat
focal point
sebagai titik tangkap agar orang sadar akan
Universitas Sumatera Utara
15
situasi sekitarnya, serta memberitahukan situasi yang ada di sana bahwa telah sampai di tempat tujuan.
3. Bentuk Isi ruang
Menurut Cullen 1961, orang akan membedakan dan menghubungan bahan
– bahan melalui fasad, warna, polan, sifat, skala dan lain – lain. Perasaan orang terhadap suatu keadaan pada suatu tempat tergantung pada konfirmitas
conformit
y dan krativitas
creativity
. Tinjauan bentuk dan isi ruang dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Incident
Nilai dari kejadian suatu jalan dipengaruhi oleh elemen – elemen pada
jalan tersebut, misalnya menara, bayangan, dan warna yang menyala. Hal ini akan menarik perhatian sehingga suasana menjadi tidak monoton. Perletakan bentuk
yang beraneka ragam dapat memberikan sentuhan psikologis kepada orang yang melihatnya.
B. Pedestrian ways
Jalur pejalan kaki yang menghubungkan suatu tempat dengan tempat yang lainnya memiliki pola dan bentuk yang beragam. Pola tersebut dapat berupa,
tangga, jembatan, batu pijakan dan pola – pola lantai dengan bahan tertentu
selama hal tersebut dapat terpelihara secara terus – menerus. Pola – pola
pedestrian dapat diselaraskan dengan deretan toko atau kantor, ataupun vegetasi disekitar kawasan yang mempengaruhi kenyamanan pengguna jalan. Trotoar
Universitas Sumatera Utara
16
merupakan Jalur Pejalan Kaki terletak pada Daerah Milik Jalan dengan diberi lapisan pada permukaaan trotoar dengan elevasi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan permukaan perkerasan jalan, dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan.
Menurut Aniaty dan Murtomo 1991 yang dikutip dari Listianto 2006 jalur pedestrian pada kota-kota besar memiliki fungsi terhadap perkembangan
kehidupan dalam kota, antara lain adalah: Pedestrianisasi akan mencipatakan aktivitas serta hubungan sosial yang sehat
sehingga dapat mengurangi tingkat kriminalitas Pedestrianisasi yang baik akan merangsang munculnya berbagai kegiatan
ekonomi sehingga akan tercipta suatu kawasan bisnis yang menarik Pedestrianisasi dapat digunakan sebagai ajang kegiatan promosi, periklanan,
pameran, kampanye dan sebagainya Pedestrianisasi dapat menciptakan kegiatan sosial yang baik, sehingga dapat
mengembangkan jiwa dan spiritual seseorang Pedestrianisasi akan mampu menciptakan suasana dan lingkungan yang
spesifik, unik dan dinamis khusunya pada lingkungan pusat kota Pedestrianisasi yang baik dan nyaman akan berdampak terhadap upaya
penurunan tingkat pencemaran udara dan suara, hal ini dikarenakan berkurangnya pengguna kendaraan bermotor.
Fungsi jalur pedestrian disesuaikan dengan perkembangan kota sebagai fasilitas pejalan kaki, dikembangkan sebagai unsur keindahan kota, dimanfaatkan
Universitas Sumatera Utara
17
sebagai sarana interaksi sosial, sebagai sarana konservasi kota dan dapat difungsikan sebagai tempat bersantai serta bermain.
Berdasarkan pedoman teknik Departemen Pekerja Umum 1999, ukuran jalur pedestrian yang efektif bagi pejalan kaki adalah minimum 60 cm ditambah
dengan 15 cm untuk bergerak tanpa membawa barang, sehingga kebutuhan total minimal untuk 2 orang pejalan kaki saling berpapasan yang nyaman adalah 150
cm. Penambahan lebar Jalur pedestrian apabila dilengkapi dengan fasilitas
street furniture
dapat dilihat seperti pada Tabel 2.1.
No Jenis Fasilitas
Lebar Tambahan cm 1
Kursi roda 100
– 120 2
Tiang lampu penerang 75
– 100 3
Tiang lampu lalu lintas 100
– 120 4
Rambu lalu lintas 75
– 100 5
Kotak surat 100
– 120 6
Keranjang sampah 100
7 Tanaman peneduh
60 – 120
8 Pot bunga
120
Selain ukuran dimensi jalur pedestrian, material yang digunakan pada jalur pedestrian juga akan mempengaruhi suasana dan kesan ruang. Chiara 1997
mengungkapkan 3 kesan dalam penggunaan material pedestrian yang dapat dilihat pada gambar 2.9.
Tabel 2.1 penambahan lebar jalur pejalan kaki berdasarkan penambahan fasilitas jalan
Universitas Sumatera Utara
18
Sifat khas permukaan lunak : Permukaan yang lunak dan tidak teratur akan menyulitkan perjalanan orang –
orang yang memiliki cacad fisik, terutama bagi pengguna kursi roda. Permukaan yang lunak akan rentan terhadap erosi
Permukaan lunak biasanya diperuntukkan bagi daerah rekreasi, taman, bentang alam, dan sebagainya.
Biaya pemasangan cukup rendah namum diperlukan persyaratan pemeliharaan
maintenance
yang tinggi.
Gambar 2.9 Material yang dapat digunakan pada jalur pedestrian Sumber gambar : Standar Perancangan Tapak, de Chiara 1997
Universitas Sumatera Utara
19
Sifat khas permukaan yang beragam : Permukaan yang tidak teratur akan menyulitkan perjalanan orang – orang
yang memiliki cacad fisik. Jarak antara material akan menghambat gerakan tongkat bagi tuna netra,
sehingga jarak ini harus diisi dan tidak lebih besar dari ½ inchi. Permukaan yang tidak teratur juga akan menyulitkan pengguna kursi roda dan
kendaraan kecil beroda lainnya. Persyaratan pemeliharaan dan biaya pemasangan sedang.
Sifat khas permukaan keras : Permukaan yang cukup kokoh serta teratur sehingga akan memudahkan
perjalanan bagi pengguna kursi roda dan kendaraan kecil lainnya. Biaya pemasangan cukup tinggi, namun biaya dan tingkat pemeliharaannya
cukup rendah.
2.3.2. Emerging View