42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin merupakan salah satu koridor utama dari kawasan Kampung Madras yang terdapat di kota Medan. Koridor Jalan K.H.
Zainul Arifin merupakan koridor yang sangat berkembang dan berpotensi untuk dikaji, hal ini dapat dilihat karena koridor Jalan K.H. Zainul Arifin merupakan
salah satu kawasan komersil yang padat dengan generator aktivitas berupa perdagangan dan sarana hiburan. Banyaknya bangunan pada koridor Jalan K.H.
Zainul Arifin yang dialih fungsikan dari fungsi perumahan menjadi fungsi campuran perumahan dan perdagangan. Menurut Rencana tata ruang wilayah
kota Medan tahun 2010 – 2030, kawasan Kampung Madras merupakan salah satu
kawasan yang strategis ditinjau dari segi sosial dan budaya.
4.1 Analisa Orientasi
Pengertian orientasi dalam studi kasus ini adalah proses pengamatan dalam gerakan yang disebut juga sebagai
sequence
, yang akan terjadi apabila berjalan dari ujung ke ujung dalam suatu kawasan atau kondisi dengan langkah
yang teratur yang disebut juga sebagai serial vision. Salah satu ciri khas yang menarik bagi suatu koridor untuk dikunjungi adalah adanya kenikmatan
pemandangan dalam proses pengamatan dalam suatu
sequence
. Analisa serial vision pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin dilakukan dengan melihat apakah
koridor jalan ini memiliki elemen pengarah pada suatu tujuan baik dari arah Jalan Diponegoro maupun Jalan S. Parman Medan. Pengamatan serial vision koridor ini
Universitas Sumatera Utara
43
meliputi kondisi ketinggian bangunan beserta aspek keruangan yang ditimbulkan, bangunan dan vegetasi sebagai pengarah tujuan. Untuk mengetahui dan
memahami hasil kajian pola elemen berdasarkan sequence serial vision dapat dilihat pada kajian berikut.
1
2 Pada titik ini, pada bagian kiri
badan jalan, mata kita akan dimanjakan oleh desain kuil Shri
Mariamman. Desain fasad dan warna
bangunan sangat
memberikan pengaruh
dan menjadi ciri khas tersendiri bagi
bangunan ini. Bangunan
yang paling
menonjol jika di tinjau dari titik ini bagian kanan badan jalan
adalah Sun
Plaza dengan
vegetasi sebagai fungsi estetika dan barier.
Tabel 4.1 Analisa
sequenc
e dari simp. Diponegoro menuju simp. S.Parman
1 2
3 4
5 6
7
Universitas Sumatera Utara
44
3 Jika kita tetap berada pada bagian
kanan badan
jalan, setelah
melewati Sun Plaza, pada titik ini akan di perlihatkan sederetan
pertokoan lama yang telah mulai mengalami
renovasi dengan
ketinggian bangunan
yang bermacam - macam yaitu 3
hingga 4 lantai. 4
Pada titik ini setelah melewati titik 3, berada pada bagian kanan
badan jalan, kita akan disuguhkan dengan deretan pertokoan lama
yang masih tidak terlalu banyak direnovasi dan terlihat berjejer
sangat rapi, dengan ketinggian 3 lantai.
5 Pada titik ini, akan tampak
bangunan lama yang telah banyak mengalami perubahan, baik dari
ketinggian
bangunan maupun
tampilan dan warna bangunan. Pada malam hari, jajanan kuliner
pagaruyung akan menjadi hal yang mencolok sebagai tempat
yang
cukup ramai
didatangi pengujung.
6 Dari sisi kiri jalan, hal menonjol
lainnya adalah
tower dari
Cambridge City Square. Dari sisi ini, tampak deretan pertokoan
yang dilatar belakangi oleh tower dari Cambridge City Square.
Tower Cambridge yang cukup tinggi menjadi point interest jika
kita tinjau pada titik ini.
Universitas Sumatera Utara
45
7 Jika kita berjalan di atas jembatan
kebajikan pada sebelah kiri, makan
akan tampak
sungai Babura yang tidak terawat adanya
penumpukan sampah
dengan permukiman liar di sepanjang sisi
sungai.
1 Kondisi sungai Babura pada sisi
kiri, pada bagian ini terdapat lahan kosong kecil yang biasanya
merupakan tempat bermain bagi anak
– anak yang tinggal di sekitar Sungai Babura.
Tabel 4.2 Analisa
sequenc
e dari simp. S.Parman menuju simp. Diponegoro
1 2
3 4
5 6
Universitas Sumatera Utara
46
2 Pada titik ini disebelah kiri badan
jalan, kita dapat melihat deretan bangunan lama dengan latar
belakang Fasad dari Sun Plaza dan Wisma BII. Tampak depan
dari Sun Plaza yang menonjol menjadikan Sun Plaza sebagai
point interest pada titik ini. Pada titik
ini seharusnya
tampak bangunan
dari bank
Sumut, namun terhalangi oleh papan
reklame yang
cukup besar
sehingga memberikan kesan yang negatif.
3 Kuliner Pagaruyung jika dilihat
pada titik ini, cukup memberikan kesan ramai pada malam hari,
apalagi dengan adanya gapura yang berdiri pada bagian masuk
utama kawasan kuliner, dapat memberikan identitas bagi kuliner
Pagaruyung.
4 Dari titik ini, kita dapat melihat
bagian belakang dari kuil Shri Mariamman, namun tidak terlalu
menonjol dan menarik hal ini dikarenakan pada sisi ini, hanya
tampak belakang dari kuil yang terlihat. Namun dengan adanya
oranamen yang tembok berelief yang terdapat pada kuil ini, dapat
menimbulkan kesan ingin tahu dan merasakan tampak depan dari
bangunan ini bagi pengunjung baru koridor Jalan K.H. Zainul
Arifin.
Universitas Sumatera Utara
47
5 Berikut tampak bangunan dari
Bank Sumut yang dapat dilihat dari kejahuan setelah melewati
papan reklame. Tampak bangunan terkesan simple, namun cukup
kontekstual
dengan keadaan
disekitarnya.
6 Pada titik ini, kita dapat melihat
jalur pedestrian di depan Sun Plaza yang cukup nyaman untuk
dialui. Vegetasi dan suasana aliran air dari Sun Plaza cukup
memberikan kesegaran bagi setiap orang mata yang memandang di
tengah
– tengah penatnya keadaan koridor K.H. Zainul Arifin
Selain serial vision atau sequence juga diperhatikan kesan ruang yang diciptakan saat kita berada dalam koridor K.H. Zainul Arifin. Kesan ruang ini,
dapat dirasakan melalui skala perbandingan antara tinggi bangunan dan lebar jalan. Bangunan - bangunan dan pertokoan pada kedua sisi jalan, rata
– rata merupakan pertokoan 3 hingga 4 lantai dengan ketinggian bangunan sekitar 9
hingga 12 meter. Untuk menetapkan kesan ruang yang dihasilkan berdasarkan ketinggian bangunan dan lebar jalan, maka diambil rata
– rata ketinggian bangunan yang merupakan nilai tengah dari 9 dan 12 yaitu sekitar 10,5 meter.
Lebar jalan pada koridor Jalan Zainul Arifin adalah 16 meter. Berdasarkan data diatas, maka dapat dihitung berdasarkan rumus teori Zahnd 1999 yaitu Jika lebar
jalan sama dengan seperempat hingga setengah dari tinggi bangunan, maka akan
Universitas Sumatera Utara
48
memberikan kesan sempit. Jika lebar jalan sama dengan tinggi bangunan hingga dua kali tinggi bangunan maka akan menghasilkan suasana yang harmonis dan
nyaman. Sedangkan jika lebar jalan sama dengan 3 kali hingga 4 kali dari tinggi bangunan maka akan memberikan kesan sunyi.
Berdasarkan rumus diatas, maka dapat diajabarkan sebagai berikut : Lebar bukaan Jalan K.H Zainul Arifin = 22 m
Tinggi bangunan = 10,5 m LT = 2210,5
LT = 2,0 L = 2 T
Berdasarkan hasil di atas, maka kesan ruang yang dihasilkan menurut teori Zahnd 1999 adalah netral atau harmonis. Dimana kita tidak merasakan keadaaan
yang mencekam dari bangunan yang terlalu tinggi, dan juga tidak merasa kosong atau sunyi diakibatkan oleh deretan bangunan yang terlalu rendah. Rata
– rata Gambar 4.1 Potongan koridor K.H. Zainul Arifin Medan
Sumber gambar
:
dokumentasi pribadi
Universitas Sumatera Utara
49
ketinggian bangunan pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin, sesuai dengan lebar jalan, sehingga tercipta suasana yang menyenangkan.
4.2 Analisa Posisi Ruang dalam koridor