4.2.6 Hak untuk berkirim dan menerima surat
Menurut pengamatan yang dilakukan oleh penulis di Polrestabes Semarang, ada perbedaan pengertian antara petugas jaga tahanan dengan penyidik
tersangka tentang proses berkirim dan menerima surat. Petugas jaga tahanan memberikan hak kepada tersangka untuk mengirim surat dengan harus melalui
petugas jaga tahanan. Kemudian diberikan kepada penyidik tersangka yang menangani kasusnya, yang selanjutnya dikirim ke tujuan. Sebelum diberikan
kepada penyidik, isi surat dari tersangka harus diperiksa terlebih dahulu dengan alasan keamanan. Sedangkan menurut penyidik, tersangka bebas langsung
mengirim surat kepada keluargannya baik melalui petugas jaga tahanan maupun melalui keluarganya yang membesuk.
Ketika hal ini ditanyakan kepada, Ira, selaku Kordinator yang mengurusi anak yang berkonflik dengan hukum di Lembaga Swadaya Masyarakat LSM
SETARA, beliau menyebutkan dalam wawancaranya bahwa : Berdasarkan ketentuan Pasal 62 KUHAP, tersangka anak sebenarnya
diberikan kebebasan mengirim surat kepada keluarganya. Surat hanya boleh diperiksa isinya oleh petugas apabila ada unsur kecurigaan. Bila tidak ada
unsur kecurigaan terhadap isi surat itu maka, tidak ada alasan bagi polisi untuk melakukan sensor terhadap surat tersebut. Prosedur yang benar bagi
tersangka dalam mengirim surat adalah bebas melalui siapa saja yang dipercaya oleh para tersangka. Namun kadang-kadang ada kekhawatiran
dalam diri tersangka, apabila mengirim surat melalui petugas jaga tahanan suratnya akan disobek sehingga tidak sampai ke tujuaan. Akibatnya
tersangka lebih senang mengirim surat kepada keluargannya, melalui rekannya pada saat besuk tahanan. Hasil wawancara dengan Ira, Kamis
tanggal 12 Me
i 2011 pukul 08.45 WIB di Kantor LSM “SETARA” Pada dasarnya untuk hak ini diatur dalam Pasal 62 Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana KUHAP, yang berbunyi sebagai berikut:
1 Tersangka atau terdakwa berhak mengirim surat kepada penasehat
hukumnya, dan menerima surat dari penasehat hukumnya dan sanak keluarga setiap kali yang diperlukan olehnya, untuk keperluan itu bagi
tersangka atau terdakwa disediakan alat tulis menulis.
2 Surat-Menyurat antara tersangka atau terdakwa dengan dengan penasehat
hukumnnya atau sanak keluargannya tidak diperiksa oleh penyidik, penuntut umum, hakim, atau pejabat rumah tahanan negara kecuali jika terdapat
cukup alasan untuk diduga bahwa surat menyurat itu disalahgunakan.
3 Dalam hak surat untuk tersangka atau terdakwa itu ditilik atau diperiksa
oleh penyidik, penuntut umum, hakim, atau pejabat rumah tahanan negara, hal itu diberitahuakan kepada tersangka pengirimnya setelah dibubuhi cap
yang berbunyi “telah ditilik”. Dalam menerima surat dari teman dan sanak saudara tersangka harus
dijamin kebebasannya. Pemeriksaan atau sensor terhadap surat yang akan diterima tersangka hanya boleh dilakukan apabila ada unsur kecurigaan. Namun polisi
sesuai dengan tugas polisi yang selalu curiga terhadap segala sesuatu, memanfaatkan peluang ini untuk selalu memeriksa surat yang masuk melalui pos
yang ditujukan kepada tersangka. Akbatnya, dalam menerima surat tahanan anak lebih banyak memanfaatkan hari besuk tahanan tanpa sepengetahuan petugas jaga
tahanan. Secara garis besar petugas jaga tahanan telah memberikan hak tersangka
anak untuk mengirim surat walaupun melalui pemeriksaan atau sensor. Undang- undang mengijinkan petugas untuk mengadakan sensor atau memeriksa isi surat
yang akan dikirim dan diterima tersangka dalam hal ada unsur kecurigaan. Namun dalam pelaksanaannya semua surat yang keluar maupun yang masuk untuk
tersangka dianggap semua mencurigakan oleh polisi sehingga harus diperiksa isinya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Polrestebes Semarang, bahwa untuk penerapan hak tersangka anak yang ditahan untuk berkirim dan menerima
suratmasih kurang maksimal dalam penerapannya. Polisi masih cenderung memeriksa ketat isi surat dari tahanan anak sebelum surat tersebut dikirim.
Persepsi yang berbeda antara petugas tahanan dan penyidik dalam hal menerima surat dari anak juga memberikan kesulitan bagi anak untuk menentukan kepada
siapa surat tersebut diberikan. Padahal berdasarkan ketentuan Pasal 62 KUHAP, tersangka anak sebenarnya diberikan kebebasan mengirim surat kepada
keluarganya. Surat hanya boleh diperiksa isinya oleh petugas apabila ada unsur kecurigaan. Bila tidak ada unsur kecurigaan terhadap isi surat itu maka, tidak ada
alasan bagi polisi untuk melakukan sensor terhadap surat tersebut. Prosedur yang benar bagi tersangka dalam mengirim surat adalah bebas melalui siapa saja yang
dipercaya oleh para tersangka. Namun kadang-kadang ada kekhawatiran dalam diri tersangka, apabila mengirim surat melalui petugas jaga tahanan suratnya akan
disobek sehingga tidak sampai ke tujuaan. Akibatnya tersangka lebih senang mengirim surat kepada keluargannya, melalui rekannya pada saat besuk tahanan.
4.2.7 Hak tersangka untuk menerima kunjungan rohaniawan