suratmasih kurang maksimal dalam penerapannya. Polisi masih cenderung memeriksa ketat isi surat dari tahanan anak sebelum surat tersebut dikirim.
Persepsi yang berbeda antara petugas tahanan dan penyidik dalam hal menerima surat dari anak juga memberikan kesulitan bagi anak untuk menentukan kepada
siapa surat tersebut diberikan. Padahal berdasarkan ketentuan Pasal 62 KUHAP, tersangka anak sebenarnya diberikan kebebasan mengirim surat kepada
keluarganya. Surat hanya boleh diperiksa isinya oleh petugas apabila ada unsur kecurigaan. Bila tidak ada unsur kecurigaan terhadap isi surat itu maka, tidak ada
alasan bagi polisi untuk melakukan sensor terhadap surat tersebut. Prosedur yang benar bagi tersangka dalam mengirim surat adalah bebas melalui siapa saja yang
dipercaya oleh para tersangka. Namun kadang-kadang ada kekhawatiran dalam diri tersangka, apabila mengirim surat melalui petugas jaga tahanan suratnya akan
disobek sehingga tidak sampai ke tujuaan. Akibatnya tersangka lebih senang mengirim surat kepada keluargannya, melalui rekannya pada saat besuk tahanan.
4.2.7 Hak tersangka untuk menerima kunjungan rohaniawan
kedalam ruang tahanan.
Hari Rabu tanggal 4 April 2011 pukul 13.05 WIB penulis wawancara dengan perwira urusan tahanan dan barang bukti TAHTI, Ajun Komisaris Polisi
Kumarsini, SH selaku penaggung jawab penempatan tahanan. Penulis diterima di ruang kerjanya unit tahanan dan barang bukti dan menjelaskan sebagai berikut :
Hak tersangka untuk menerima kunjungan rohaniawan kedalam ruang tahanan sejauh ini sudah kita upayakan dengan baik.Sebenarnya kita sudah
punya agenda tentang pemberian siraman rohani kepada para tahanan baik itu tahanan dewasa maupun anak-anak setiap minggunya. Setiap jumat bagi
yang bergama muslim dan minggu buat yang non-muslim. Akan tetapi
karena ini sifatnya sukarela bagi para rohaniawan jadi kadang-kadang mereka tidak bisa rutin untuk datang dan memberi pencerahan rohani bagi
para tahanan. Hasil wawancara dengan Kumarsini, Rabu tanggal 4 April 2011 pukul 13.05 WIB di Polrestabes Semarang
Ketika hal ini penulis tanyakan kepada PD Anak mantan narapidana yang juga pernah mengalami penahanan dia menyebutkan bahwa :
Selama saya diruang tahanan itu, saya hanya sekali didatangi oleh rohaniawan untuk memberikan ceramah.Selebihnya kami hanya beribadah
di Masjid yang sudah disediakan.Hasil wawancara dengan anak mantan narapidana yang juga pernah mengalami penahanan, Jumat tanggal 12
Agustus 2011 pukul 10.05 WIB
Hak tersangka ini diatur dalam Pasal 63 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana KUHAP, berbunyi sebagai:
Tersangka atau terdakwa berhak menghubungi dan menerima kunjungan dari rohaniawan.
Maksudnya adalah walaupun didalam tahanan para tersangka diberikan kebebasan untuk menyelenggarakan kegiatan agama secara bersama-sama namun
perlu juga untuk memberikan pencerahan kepada para tahanan melalui para rohaniawan yang diundang oleh polisi.
Di Polrestabes Semarang, kunjungan rohaniawan keruang tahanan untuk memberikan bimbingan rohani kepada tahanan, hanya dilaksanakan oleh
rohaniawan dari agama kristen. Secara umum, penyidik atau penyidik pembantu telah memberikan hak kepada para tersangka untuk menerima kunjungan
rohaniawan, hanya saja terkadang rohaniawan tidak rutin dalam memberikan bimbingan rohani kepada tahanan setiap minggunya.
Memang tidak ada peraturan perundangan yang mewajibkan polisi harus menyiapkan rohaniawan untuk memberikan bimbingan rohani kepada seluruh
tersangka.Karena itu tidak merupakan kewajiban bagi polisi, maka penyiapan rohaniwan dari masing-masing agama tergantung kesukarelaan dari para
rohaniawan masing-masing agama untuk datang dan memberikan bimbingan kepada para tahanan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Polrestebes Semarang, bahwa untuk penerapan hak tersangka anak dalam menerima kunjungan rohaniawan kedalam
ruang tahanan masih kurang baik dalam penerapannya. Kunjungan rohaniawan keruang tahanan untuk memberikan bimbingan rohani kepada tahanan, hanya
dilaksanakan oleh rohaniawan dari agama kristen. Secara umum, penyidik atau penyidik pembantu telah memberikan hak kepada para tersangka untuk menerima
kunjungan rohaniawan, hanya saja terkadang rohaniawan tidak rutin dalam memberikan bimbingan rohani kepada tahanan setiap minggunya, karena memang
sifanya sukarela.
4.2.8 Hak untuk ditempatkan secara khusus yang diperuntukkan