V
bb
= Volum bahan bakar liter N
kb
= Nilai kalor bahan bakar kJliter N
kl
= Nilai kalor listrik kJkWh P
k
= Daya listrik kW t
= Lama penggunaan alat jam 6.
Energi Output Q
o
2 1
Q Q
Q
o
+ =
...............................................................................7 7.
Efisiensi Total Sistem η
T
Merupakan perbandingan antara total energi yang digunakan untuk menurunkan kadar air produk Q
o
dengan total energi yang masuk ke dalam sistem.
4 3
Q Q
Q
o T
+ =
η ..............................................................................8
B. Persamaan Pindah Massa
Untuk mengetahui jumlah sirkulasi yang tepat sehingga tercapai kadar air akhir yang diinginkan, maka Kamaruddin 2007 memberikan rumusan
persamaan sebagai berikut :
lim
= +
− =
− =
− =
Λ −
Λ =
−
→ Λ
Λ +
Λ +
X m
Dns K
dz dX
Dns X
K dz
dX m
Dns N
dz dX
m Dns
N z
X X
m z
Dns N
X m
X m
g g
A A
z z
z z
A z
z z
π π
π π
π
29
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
− =
m Dnsz
K C
z X
g
π exp
....................................................... 9
X = Kadar air basis basah
C =
Konstanta -
K
g
= Koefisien pindah massa kgm
2
s D
= Diameter dalam pipa pemanas m n
= Jumlah pipa - s
= Jumlah sirkulasi - z
= Panjang pipa pemanas m = Laju massa kgs
m
30
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PERFORMANSI EVAPORATOR
Fungsi utama evaporator adalah menguapkan sebagian air dari bahan sehingga diperoleh suatu produk yang kental. Dengan menghitung laju
evaporasi, ekonomi steam dan konsumsi energi pada proses evaporasi, maka dapat diketahui kinerja dari evaporator tersebut.
1. Laju Evaporasi
Laju evaporasi didefinisikan sebagai banyaknya air yang diuapkan per jam. Semakin besar nilai laju evaporasi berarti proses pindah panas
dan pindah massa yang terjadi semakin efektif. Nilai laju evaporasi
pada masing-masing debit dan ulangan disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Nilai laju evaporasi
Debit Input Bahan litermenit
Ulangan Laju Evaporasi
litermenit 1 1
0.44 1 2
0.53 1 3
0.50 Rata-rata
0.49
1.4 1 0.50
1.4 2 0.55
1.4 3 0.53
Rata-rata 0.53
1.8 1 0.61
1.8 2 0.56
1.8 3 0.57
Rata-rata 0.58
Nilai laju evaporasi tertinggi sebesar 0.61 litermenit terjadi pada percobaan dengan debit input bahan 1.8 litermenit. Sedangkan nilai
laju evaporasi paling rendah terjadi pada percobaan dengan debit input bahan 1 litermenit, dengan nilai sebesar 0.44 litermenit.
Berdasarkan debit input bahan pada percobaan, nilai laju evaporasi rata-rata terbesar terjadi pada percobaan dengan debit input bahan 1.8
litermenit, yaitu sebesar 0.58 litermenit. Sedangkan nilai laju
31
evaporasi rata-rata paling rendah terjadi pada percobaan dengan input bahan 1 litermenit, yaitu sebesar 0.49 litermenit.
Dari nilai laju evaporasi yang didapatkan, terlihat bahwa semakin besar debit input bahan, maka persentase jumlah bahan yang menguap
terhadap debit input bahan semakin kecil. Hal ini disebabkan ketebalan bahan yang melapisi dinding bagian dalam pipa semakin meningkat
seiring dengan peningkatan debit input bahan menuju evaporator, sehingga panas yang berasal dari steam membutuhkan waktu lebih
lama untuk menguapkan bahan yang berada di lapisan terluar. Dilihat dari jumlah sirkulasi bahan, semakin besar debit input
bahan, maka semakin bertambah pula jumlah sirkulasi bahan dan jeda antar sirkulasi semakin cepat. Dengan memperbesar kapasitas tangki
produk sealpot yang sekarang berkapasitas 18 liter menjadi sekitar 50 liter, operator akan merasa lebih nyaman dalam menjalankan
evaporator dan pompa produk tidak terlalu sering dinyalakan karena jumlah sirkulasi bahan berkurang dan jeda antar sirkulasi lebih lama.
2. Ekonomi Steam
Ekonomi steam merupakan banyaknya jumlah air yang diuapkan per jumlah air yang digunakan sebagai media pemanas steam. Pada
evaporator efek tunggal, nilai ekonomi steam-nya hampir selalu kurang dari satu, tetapi pada evaporator efek ganda, ekonomi steam-nya bisa
jauh lebih besar. Nilai ekonomi steam hasil percobaan dapat dilihat pada Tabel 7.
32
Tabel 7. Nilai ekonomi steam
Debit Input Bahan litermenit
Ulangan Ekonomi steam
literkg 1 1
0.73 1 2
0.80 1 3
0.80 Rata-rata
0.77
1.4 1 0.78
1.4 2 0.82
1.4 3 0.81
Rata-rata 0.80
1.8 1 0.87
1.8 2 0.85
1.8 3 0.84
Rata-rata 0.86
Nilai ekonomi steam tertinggi sebesar 0.87 liter air yang diuapkankg steam terjadi pada percobaan dengan input bahan 1.8
litermenit. Sedangkan nilai ekonomi steam paling rendah terjadi pada percobaan dengan debit input bahan 1 litermenit, yaitu sebesar 0.73
liter air yang diuapkankg steam. Nilai ini termasuk cukup baik karena evaporator yang digunakan merupakan evaporator efek tunggal.
Rata-rata nilai ekonomi steam terbesar terjadi pada percobaan dengan debit input bahan 1.8 litermenit, yaitu sebesar 0.86 liter air
yang diuapkankg steam. Pada percobaan dengan debit 1 litermenit, rata-rata nilai ekonomis steam-nya merupakan nilai yang paling
rendah, yaitu sebesar 0.77 liter air yang diuapkankg steam. Nilai ekonomi steam ini menggambarkan tingkat efisiensi dari
penggunaan steam terhadap jumlah air yang dievaporasikan oleh evaporator. Evaporator yang digunakan pada percobaan merupakan
evaporator jenis efek tunggal yang nilai ekonomi steamnya kurang dari satu. Pada evaporator jenis ini, uap evaporasi yang masih cukup panas
langsung didinginkan melalui kondensor, sedangkan pada evaporator efek jamak, uap tersebut digunakan kembali untuk pemanasan bahan.
Meskipun konsumsi air boiler per jam semakin meningkat seiring dengan bertambahnya debit input evaporator, namun nilai ekonomi
33
steam pada debit terbesar tetap merupakan nilai yang paling tinggi. Hal
ini disebabkan oleh jumlah uap yang dievaporasikan per jam juga meningkat melebihi peningkatan konsumsi air boiler. Pada Gambar 5,
6 dan 7 disajikan perbandingan jumlah uap evaporasi dan konsumsi air boiler pada masing-masing nilai debit percobaan.
Perbandingan Jumlah Uap Evaporasi dan Konsumsi Air Boiler Debit 1.4 litermenit
150 144
186 160
198.8 164.6
238.2 200.5
50 100
150 200
250 300
Ulangan 1 Ulangan 2
Ulangan 3 Rata-rata
Li te
r
Jumlah Uap Evaporasi Konsumsi Air Boiler
Perbandingan Jumlah Uap Evaporasi dan Konsumsi Air Boiler Debit 1 litermenit
179 110
186 158
246.1 137.1
234.6 205.9
50 100
150
Ulangan 1 Ulangan 2
Ulangan 3 Rata-rata
Li te
r
20 25
30
Jumlah Uap Evaporasi Konsumsi Air Boiler
Gambar 5. Perbandingan jumlah uap evaporasi dan konsumsi air boiler pada debit 1 litermenit
Gambar 6. Perbandingan jumlah uap evaporasi dan konsumsi air boiler pada debit 1.4 litermenit
34
Perbandingan Jumlah Uap Evaporasi dan Konsumsi Air Boiler Debit 1.8 litermenit
189 145
135 156
218 170
159.8 182.6
50 100
150 200
250
Ulangan 1 Ulangan 2
Ulangan 3 Rata-rata
Li te
r
Jumlah Uap Evaporasi Konsumsi Air Boiler
Gambar 7. Perbandingan jumlah uap evaporasi dan konsumsi air boiler pada debit 1.8 litermenit
3. Konsumsi Energi
Proses evaporasi merupakan salah satu bagian dari proses pengolahan gelatin yang jumlah konsumsi energinya paling tinggi.
Pada proses pemekatan gelatin, ada tiga jenis energi yang digunakan yaitu energi manusia, energi bahan bakar dan energi listrik.
Sebagian besar operasi di bidang pertanian dan industri membutuhkan tenaga manusia untuk melakukan kerja mekanis.
Walaupun pada operasi tersebut telah menggunakan alat bantu elektromotor, tetapi tenaga manusia tetap dibutuhkan baik sebagai
operator atau pengawas dari alat tersebut. Namun, penjabaran tentang perhitungan energi manusia belum dapat dianalisis dan dievaluasi
menggunakan metode yang sama dengan tipe energi lainnya, karena faktor yang mempengaruhi perhitungan energi manusia sangat
beragam. Karena itulah pada pembahasan tentang konsumsi energi ini, hanya energi bahan bakar dan energi listrik yang akan dibahas
selanjutnya. Penggunaan energi pada proses evaporasi disajikan pada Tabel 8.
35
Tabel 8. Konsumsi energi spesifik pada proses evaporasi
Debit Input Bahan litermenit
Ulangan Konsumsi Listrik
kWhliter uap Konsumsi Bahan Bakar
literliter uap 1
1 0.26
0.13 1
2 0.22
0.11 1
3 0.23
0.11 Rata-rata
0.24 0.12
1.4 1
0.23 0.12
1.4 2
0.21 0.11
1.4 3
0.22 0.11
Rata-rata 0.22
0.11
1.8 1
0.19 0.10
1.8 2
0.21 0.11
1.8 3
0.20 0.11
Rata-rata 0.20
0.11
Dari data yang disajikan diatas, konsumsi energi listrik paling rendah yaitu sebesar 0.19 kWhliter uap yang dievaporasikan terjadi
pada percobaan dengan debit input bahan 1.8 litermenit. Sedangkan konsumsi energi listrik tertinggi terjadi pada percobaan dengan debit
input bahan 1 litermenit, yaitu sebesar 0.26 kWhliter uap yang dievaporasikan.
Rata-rata konsumsi energi listrik tertinggi terjadi pada percobaan dengan debit input bahan 1 litermenit, yaitu sebesar 0.24 kWhliter
uap yang dievaporasikan. Sedangkan rata-rata konsumsi energi listrik paling rendah terjadi pada percobaan dengan debit input bahan 1.8
litermenit, yaitu sebesar 0.20 kWhliter uap yang dievaporasikan. Konsumsi bahan bakar tertinggi yaitu sebesar 0.13 literliter uap
yang dievaporasikan terjadi pada percobaan dengan debit input bahan 1 litermenit. Sedangkan konsumsi bahan bakar paling rendah terjadi
pada percobaan dengan debit input bahan 1.8 litermenit, yaitu sebesar 0.10 literliter uap yang dievaporasikan.
Rata-rata konsumsi bahan bakar tertinggi sebesar 0.12 literliter uap yang dievaporasikan terjadi pada percobaan dengan debit input
bahan 1 litermenit. Sedangkan rata-rata konsumsi bahan bakar paling rendah terjadi pada percobaan dengan debit input bahan 1.8 litermenit
36
dan 1.4 litermenit, yaitu sebesar 0.11 literliter uap yang dievaporasikan.
Energi spesifik didefinisikan sebagai energi yang dibutuhkan untuk pembuatan suatu massa produk. Pada proses evaporasi ini, nilai energi
spesifiknya merupakan perbandingan jumlah konsumsi energi listrik dan konsumsi energi bahan bakar terhadap jumlah uap evaporasi. Pada
debit input bahan 1 litermenit, energi spesifiknya sebesar 4.92 MJliter uap evaporasi, pada debit input bahan 1.4 litermenit sebesar 4.66
MJliter uap evaporasi dan pada debit input bahan 1.8 litermenit, energi spesifiknya sebesar 4.40 MJliter uap evaporasi.
a. Energi listrik
Energi listrik sangat penting untuk mendukung proses evaporasi, walaupun energi listrik hanya menyumbang 17 dari
total energi input untuk pengoperasian evaporator, namun seluruh alat yang terpasang pada evaporator memerlukan energi listrik agar
dapat berjalan dengan baik. Masing-masing alat memiliki daya yang berbeda untuk mengoperasikannya, seperti yang tersaji pada
Tabel 9. Tabel 9. Daya dan konsumsi listrik pada evaporator
Konsumsi Listrik kWh Peralatan Listrik
Daya kW
Debit 1 ltrmnt
Debit 1.4 ltrmnt
Debit 1.8
ltrmnt Pompa Input Bahan
0.75 4.28
3.99 3.51
Pompa Input Air Kondensor 0.2 1.10
1.02 0.91
Pompa Vakum 1.5
8.27 7.67
6.79 Pompa Output Air Kondensor
0.13 0.71
0.66 0.58
Pompa dan Kipas Cooling Water 3.38 18.46 17.11 15.14
Pompa Output Produk 0.75
0.12 0.23
0.38 Boiler 0.8
4.70 4.39
3.88 Total
7.51 37.64 35.06 31.18
Nilai konsumsi energi listrik tertinggi terjadi pada pompa dan kipas cooling water, yaitu sebesar 18.46 kWh pada debit 1
litermenit, 17.11 kWh pada debit 1.4 litermenit dan sebesar 15.14 pada debit 1.8 litermenit. Hal ini sangat wajar karena daya yang
terpasang pada alat tersebut juga merupakan yang tertinggi, yaitu
37
3.38 kW. Sedangkan konsumsi listrik yang paling rendah terjadi pada pompa output produk, yaitu sebesar 0.12 kWh pada debit 1
litermenit, 0.23 kWh pada debit 1.4 litermenit dan 0.38 kWh pada debit 1.8 litermenit.
Kapasitas pompa dan kipas cooling water yang digunakan pada evaporator ini lebih besar dari yang dibutuhkan. Kapasitas yang
terpasang adalah untuk mendinginkan air sebesar 150 litermenit, sedangkan air yang keluar dari kondensor hanya sekitar 30
litermenit.
PERSENTASE KONSUMSI LISTRIK Debit 1 litermenit
12.49 0.32
49.04 1.89
11.38 21.96
2.93
Pompa Input Bahan Pompa Input Air Kondensor
Pompa Vakum Pompa Output Air Kondensor
Pompa dan Kipas Cooling Water Pompa Output Produk
Boiler
Gambar 8. Persentase konsumsi listrik pada debit 1 litermenit
38
PERSENTASE KONSUMSI LISTRIK Debit 1.4 litermenit
2.92 21.87
11.37
1.88 48.79
0.67 12.51
Pompa Input Bahan Pompa Input Air Kondensor
Pompa Vakum Pompa Output Air Kondensor
Pompa dan Kipas Cooling Water Pompa Output Produk
Boiler
PERSENTASE KONSUMSI LISTRIK Debit 1.8 litermenit
12.44 1.21
48.54 1.87
11.26 21.78
2.90
Pompa Input Bahan Pompa Input Air Kondensor
Pompa Vakum Pompa Output Air Kondensor
Pompa dan Kipas Cooling Water Pompa Output Produk
Boiler
Gambar 9. Persentase konsumsi listrik pada debit 1.4 litermenit
Gambar 10. Persentase konsumsi listrik pada debit 1.8 litermenit
Persentase konsumsi energi listrik yang disajikan pada gambar diatas menunjukkan bahwa alat listrik yang peningkatan konsumsi
listriknya cukup signifikan pada tiga percobaan yang berbeda adalah pompa output produk. Hal ini disebabkan oleh semakin
besar debit input bahan menuju evaporator, maka semakin cepat pula pengisian tangki produk, sehingga pompa output produk
39
semakin sering dinyalakan yang berakibat konsumsi listrik dari alat tersebut akan semakin meningkat.
Karena pompa input air kondensor, pompa vakum, pompa output air kondensor, serta pompa dan kipas cooling water
dinyalakan dan dimatikan secara bersamaan, maka tidak terjadi banyak perubahan persentase konsumsi energi listrik pada dua
percobaan yang dilakukan. Persentase alat-alat tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh daya yang terpasang pada masing-masing
alat. Begitu pula dengan boiler dan pompa input bahan yang lama penggunaannya hanya berbeda 10 menit dari lama evaporasi.
b. Energi bahan bakar
Bahan bakar yang digunakan untuk mendukung proses evaporasi adalah minyak tanah. Minyak tanah berfungsi sebagai
bahan bakar pada boiler untuk memanaskan air yang akan digunakan sebagai media pemanas steam pada bagian heater dari
evaporator. Energi bahan bakar minyak tanah menyumbang sekitar 83 dari total energi input untuk setiap proses evaporasi. Pada
Tabel 10 disajikan laju konsumsi minyak tanah pada masing- masing percobaan.
Tabel 10. Laju Konsumsi Minyak Tanah
Debit Input Bahan
litermenit Ulangan
Lama Evaporasi
jam Konsumsi
Minyak Tanah liter
Laju Konsumsi Minyak Tanah
literjam 1 1 6.77
24 3.55
1 2 3.45 12
3.48 1 3 6.17
21 3.41
Rata-rata 5.46
19.00 3.48 1.4 1
5.03 18
3.58 1.4 2
4.33 16
3.69 1.4 3
5.82 20
3.44 Rata-rata
5.06 18.00 3.57
1.8 1 5.18
19 3.67
1.8 2 4.33
16 3.70
1.8 3 3.92
15 3.83
Rata-rata 4.48
16.67 3.73
40
Laju konsumsi minyak tanah paling tinggi sebesar 3.83 literjam terjadi pada percobaan dengan debit input bahan 1.8
litermenit. Sedangkan laju konsumsi minyak tanah paling rendah terjadi pada percobaan dengan debit input bahan 1 litermenit, yaitu
sebesar 3.41 literjam. Rata-rata laju konsumsi minyak tanah paling rendah terjadi
pada percobaan dengan debit input bahan 1 litermenit, yaitu sebesar 3.48 literjam. Sedangkan rata-rata laju konsumsi minyak
tanah paling tinggi sebesar 3.73 literjam terjadi pada percobaan dengan debit input bahan 1.8 litermenit.
Laju konsumsi minyak tanah pada percobaan akan semakin besar seiring dengan meningkatnya debit input bahan menuju
evaporator. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah steam yang diperlukan untuk menguapkan bahan, sehingga kebutuhan
minyak tanah sebagai bahan bakar boiler akan meningkat pula.
4. Kadar air
Nilai kadar air menunjukkan persentase air yang terdapat dalam bahan, baik air bebas maupun air terikat yang dapat diuapkan. Menurut
Setijahartini 1985, bagian air yang terdapat dalam bahan basah terdiri dari air bebas, air terikat fisis dan air terikat secara kimia. Air bebas
merupakan air pada permukaan bahan padat yang dapat dengan mudah dihilangkan dan dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan mikroba. Di
dalam makanan juga terdapat air terikat bound water, yaitu air yang terdapat dalam tenunan bahan yang sulit diuapkan dan dihilangkan
karena terikat di dalam bahan. Analisa kadar air dilakukan dengan melakukan pengeringan di
dalam oven dengan suhu di atas titik didih air hingga berat bobot bahan konstan. Bahan yang dianalisa adalah gelatin hasil evaporasi
yang masih berupa gel. Nilai kadar air pada masing-masing bahan disajikan pada Tabel 11.
41
Tabel 11. Nilai kadar air hasil evaporasi
Debit Input Bahan litermenit
Ulangan Kadar Air Awal
Kadar Air Akhir 1 1 97.76
81.16 1 2 97.30
86.97 1 3 96.86
81.26 Rata-rata
97.31 83.13
1.4 1 96.46 80.86
1.4 2 97.55 82.25
1.4 3 96.78 85.25
Rata-rata 96.93
82.79
1.8 1 95.81 77.67
1.8 2 97.30 84.24
1.8 3 97.15 84.92
Rata-rata 96.75
82.28
Proses pengolahan gelatin setelah evaporasi adalah ekstrusi dan pengeringan. Berdasarkan penelitian Winata 2006, hasil evaporasi
dengan kadar air 75 merupakan nilai kadar air yang paling baik untuk pengeringan. Apabila kadar air terlalu tinggi, maka proses
ekstrusi tidak dapat berlangsung dengan baik karena gelatin akan cepat mencair dan proses pengeringan akan memakan waktu cukup lama
serta kemungkinan sebagian bahan akan melumer sehingga rendemen hasil pengolahan gelatin semakin kecil. Bila kadar air terlalu rendah,
maka proses ekstrusi sulit dilakukan karena kerasnya bahan. Hasil evaporasi pada debit input bahan 1.8 litermenit merupakan
hasil evaporasi terbaik berdasarkan nilai kadar air yang dihasilkan, yaitu 77.67. Sedangkan hasil terburuk dengan kadar air akhir 86.97
terjadi pada debit input bahan 1 litermenit. Nilai kadar air yang terlalu tinggi menyebabkan proses pengeringan awal yang dilakukan pada
suhu rendah akan membutuhkan waktu lebih lama.
B. EFISIENSI ENERGI
Energi memegang peranan penting dalam perkembangan industri dan pertanian. Efisiensi energi merupakan perbandingan antara energi output
42
dan energi input dalam suatu proses. Nilai efisiensi untuk masing-masing debit disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Nilai efisiensi evaporator
Debit Input Bahan litermenit
Ulangan Energi Input
MJ Energi Output
MJ Efisiensi
1 1 990.69
416.41 42.03
1 2 498.04
256.31 51.46
1 3 873.46
432.74 49.54
Rata-rata 787.40
368.49 47.68
1.4 1 742.61
349.61 47.08
1.4 2 656.91
335.23 51.03
1.4 3 831.84
433.97 52.17
Rata-rata 743.79
372.93 50.09
1.8 1 781.75
440.02 56.29
1.8 2 657.57
337.77 51.37
1.8 3 612.93
314.58 51.32
Rata-rata 684.08
364.12 52.99
Nilai efisiensi tertinggi terjadi pada percobaan dengan input bahan 1.8 litermenit, yaitu sebesar 56.29. Sedangkan nilai efisiensi paling
rendah sebesar 42.03 terjadi pada percobaan dengan debit input bahan 1 litermenit. Rata-rata nilai efisiensi tertinggi terjadi pada percobaan dengan
debit input bahan 1.8 litermenit, yaitu sebesar 52.99. Sedangkan rata- rata nilai efisiensi paling rendah sebesar 47.68 terjadi pada percobaan
dengan debit input bahan 1 litermenit.
43
Perbandingan Energi Input dan Energi Output
571.82
135.52 126.22
112.26 357.37
361.13 352.85
651.88 617.57
11.27 11.81
11.12 100
200 300
400 500
600 700
Debit 1 litermenit Debit 1.4 litermenit
Debit 1.8 litermenit
MJ
Energi Bahan Bakar Energi Listrik
Panas Laten Panas Sensibel
Gambar 11. Perbandingan energi input dan energi output
Dari Gambar 11 terlihat bahwa energi bahan bakar menyumbang energi terbanyak, yaitu sekitar 83 dari total energi input dan sisanya
berasal dari energi listrik. Jumlah penggunaan bahan bakar, yaitu minyak tanah ini dapat dikurangi dengan cara mengalirkan kondensat steam dari
bagian heater menuju ke boiler, sedangkan konsumsi energi listrik bergantung pada lama evaporasi. Suhu kondensat steam sekitar 50
o
C dapat mengurangi kebutuhan energi untuk mengubah air menjadi steam
sehingga konsumsi minyak tanah dapat dihemat. Energi output pada proses evaporasi ini terdiri atas panas laten
penguapan produk dan panas sensibel untuk menaikkan suhu produk. Suhu bahan masuk evaporator sebesar 40
o
C dan suhu keluar evaporator sebesar 55
o
C. Panas laten penguapan produk menyumbang sekitar 97 dari total energi output dan sisanya berasal dari panas sensibel.
C. KOEFISIEN PINDAH MASSA