yang saling mendukung tanda positif dan saling bertentangan tanda negatif antara komponen aspek baik lingkungan, sosial dan ekonomi. Model Casagrandi
dan Rinaldi menggunakan kerangka berpikir yang mengintegrasikan tiga aspek tersebut yakni lingkungan environment, sosial tourism dan ekonomi capital.
Model ini juga merupakan suatu sistem yang saling terkait baik hubungan yang positif maupun hubungan negatif. Hubungan tersebut digunakan untuk
membangun dan menganalisis model wisata yang optimal.
2.11. Pendekatan Sistem Dinamik
Konsep utama sistem dinamik adalah pemahaman tentang bagaimana semua objek dalam suatu sistem saling berinteraksi satu sama lain atau cara
pemahaman sifat dinamis dari suatu sistem yang kompleks. Sistem dinamik menurut system dynamics society adalah metodologi untuk mempelajari dan
mengelola sistem umpan balik yang kompleks, seperti yang biasa ditemui dalam dunia bisnis dan sistem sosial lainnya secara keseluruhan holistik. Paradigma
sistem dinamik berangkat dari cara berpikir secara sistemik yang mempelajari keterkaitan objek dari pengamatan dan penyelidikan dalam dunia nyata. Berpikir
sistem telah ada pada proses berpikirnya manusia dalam memecahkan permasalahan hidupnya dengan mencari tahu know terhadap realitas yang
dihadapinya. Dalam menyelidiki dan mengamati realitas, manusia senantiasa melihat keterkaitan antara faktor-faktor yang diamatinya dengan memilah-milah
analisis kemudian merangkainya sintesa, sehingga akan dicapai sebuah solusi yang komprehensif menyeluruh.
Metode sistem dinamik berlandaskan pada cara pandang bahwa struktur suatu sistem bentuk hubungan antar komponen seperti hubungan sirkular, saling
bergantung, dan time delayed adalah penentu dari sifat sistem, dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana interelasi dari suatu keputusan, kebijakan, struktur
dan delay, dalam mempengaruhi pertumbuhan dan stabilitas sistem tersebut. Salah satu kelebihan sistem dinamik adalah kemampuannya menggambarkan tingkah
laku sistem menurut waktu. Kata dinamik memiliki arti perubahan atau variasi, dan suatu sistem yang dinamik adalah sistem yang menunjukkan sifat bervariasi
menurut waktu Haaf et al. 2002. Artinya persoalan yang dapat dengan tepat dimodelkan menggunakan metodologi system dynamics adalah masalah yang:
1 mempunyai sifat dinamis berubah terhadap waktu; dan 2 struktur fenomenanya mengandung paling sedikit satu struktur umpan-
balik feedback structure. Dengan demikian dapat diartikan bahwa analisis sistem dinamik adalah
suatu studi tentang sistem dan atau entitas dengan menggunakan prinsip-prinsip ilmiah yang dapat menghasilkan suatu konsepsi atau model. Konsepsi dan model
tersebut dapat digunakan sebagai landasan kebijakan, perubahan struktur, taktik dan strategi pengelolaan sistem tersebut. Analisis sistem dinamik bertujuan untuk
mengidentifikasi berbagai elemen penyusun sistem, memahami prosesnya serta memprediksi berbagai kemungkinan keluaran sistem yang terjadi akibat adanya
distorsi di dalam sistem itu sendiri, sehingga didapatkan berbagai alternatif pilihan yang menguntungkan secara optimal.
Metode sistem dinamik dapat dipergunakan hampir pada semua bidang, tidak terkecuali untuk menganalisis dinamika pengembangan wilayah
pesisir untuk kurun waktu tertentu. Konsep utama dina mika sistem adala h bagaimana semua elemen atau obyek dalam suatu sistem saling berinteraksi
satu dengan yang lainnya melalui lingkaran-lingkaran loop-loop feedback, dimana perubahan satu variabel akan mempengaruhi terhadap variabel lainnya
dalam kurun waktu perencanaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi variabel aslinya, demikian selanjutnya saling mempengaruhi antar variabel
berlanjut sepanjang kurun waktu perencanaan. Tujuan dan metodo logi siste m d ina mik ada lah mendapatkan
pemaha man yang mendalam tentang cara kerja suatu sistem. Permasalahan dalam suatu sistem dilihat tidak disebabkan oleh pengaruh luar namun dianggap
disebabkan oleh struktur internal sistem. Fokus utama dari metodologi sistem dinamik adalah pemahaman atas sistem sehingga langkah-langkah pemecahan
masalah memberikan umpan balik pada pemahaman sistem.
2.12. Mitigasi Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi bencana. Dalam upaya mitigasi ini maka pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengacu pada penataan ruang.
Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menjelaskan bahwa ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi, sebagai tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya, pada dasarnya ketersediaannya
tidak tak terbatas. Undang-Undang ini mengamanatkan perlunya dilakukan penataan ruang yang dapat mengharmoniskan lingkungan alam dan lingkungan
buatan, yang mampu mewujudkan keterpaduan penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan, serta yang dapat memberikan pelindungan terhadap
fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan hidup akibat pemanfaatan ruang.
Selanjutnya pada pasal 29 disebutkan bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 tiga puluh persen dari luas wilayah kota.
Proporsi 30 tiga puluh persen merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan sistem
mikroklimat, maupun sistem ekologis lain, yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat
meningkatkan nilai estetika kota. Kaidah penataan ruang ini harus dapat diterapkan dan diwujudkan dalam setiap proses perencanaan tata ruang wilayah
demi keberlanjutan ekosistem. Keberlanjutan yang dimaksud adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan menjamin kelestarian dan kelangsungan
daya dukung dan daya tampung lingkungan dengan memperhatikan kepentingan generasi mendatang. Berdasarkan hal tersebut, maka untuk menjaga
keberlanjutan ekosistem laut diperlukan minimal 30 dari luas wilayahnya yang tidak boleh dikelola atau dimanfaatkan untuk kepentingan budidaya.
Rahmat 2009 menyatakan bahwa upaya mitigasi fisik secara buatan dikenal dengan pendekatan hard structural ountermeasure, misalnya pembuatan
breakwater pemecah gelombang, seawall tembok laut, rivetmen, groin, jetty, dan retrofitting penguatan bangunan rumah. Di Indonesia tidak mudah
melakukan pencegahan bencana dengan membangun tembok laut atau breakwater untuk keseluruhan pantai seperti yang dilakukan di Jepang karena biayanya sangat
mahal. Selain itu tembok laut menimbulkan masalah social karena penduduk yang tinggal di belakang bangunan merasa tidak nyaman, baik dari segi kemudahan
akses maupun dari segi sikologis dimana penduduk merasa dipenjara. Upaya mitigasi fisik secara alami dilakukan misalnya dengan menanam cemara laut,
waru , laut, dan mangrove. Tetapi upaya perlindungan alami ini sering terkendala dengan permasalahan kesesuaian lahan. Upaya mitigasi non fisik diantaranya
dengan pendidikan, pelatihan, penyadaran masyarakat, tata ruang, zonasi, tata guna lahan, relokasi, peraturan perundangan, AMDAL, dan pengelolaan wilayah
pesisir terpadu Integrated Coastal Zone Management-ICZM.
Upaya mitigasi dapat dilakukan dalam bentuk mitigasi struktur dengan
memperkuat bangunan dan infrastruktur yang berpotensi terkena bencana, seperti membuat kode bangunan, desain rekayasa, dan konstruksi untuk menahan serta
memperkokoh struktur ataupun membangun struktur bangunan penahan longsor, penahan dinding pantai, dan lain-lain. Selain itu upaya mitigasi juga dapat
dilakukan dalam bentuk non struktural, diantaranya seperti menghindari wilayah
bencana dengan cara membangun menjauhi lokasi bencana yang dapat diketahui melalui perencanaan tata ruang dan wilayah serta dengan memberdayakan
masyarakat dan pemerintah daerah.
3. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Taman Wisata Alam Laut TWAL Gili Indah Kabupaten Lombok Utara Propinsi Nusa Tenggara Barat,
Lokasi ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa kawasan Gili Indah merupakan kawasan wisata yang telah berkembang dan berpotensi terjadinya
degradasi lingkungan. Waktu penelitian dilaksanakan selama empat bulan yaitu pada bulan September sampai Desember tahun 2009.
Gambar 3. Lokasi dan Stasiun Pengamatan Penelitian
3.2. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan yang meliputi data hasil
kondisi ekologi, ekonomi, sosial budaya, dan kelembagaan masyarakat. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari kajian terhadap
laporan-laporan hasil penelitian dan hasil kegiatan di lokasi yang sama, publikasi ilmiah, peraturan daerah, data dari instansi pemerintah, swasta maupun lembaga
swadaya masyarakat.