kurun waktu lima tahun terjadi peningkatan kunjungan wisatawan sebanyak 172,44 atau sekitar 34,48 pertahun. Kondisi ini tentu sangat berpotensi
mempengaruhi ekosistem pesisir dan laut yang berada di kawasan Gili Indah. Dampak lain dari semakin bertambahnya tingkat kunjungan wisatawan
adalah membuat kawasan ini mengalami pencemaran lingkungan, terutama masalah sampah. Kurangnya kesadaran masyarakat dan pengunjungwisatawan
serta kurangnya dana dalam penanganan masalah sampah ini membuat penanganannya belum bisa diatasi sampai dengan sekarang ini. Pada umumnya
sampah yang ada disekitar TWAL Gili Indah merupakan sampah plastik dan bekas minuman kaleng dan sejenisnya, jika sampah ini tidak dikelola dengan baik,
maka akan berakibat pencemaran disekitar perairan yang pada gilirannya akan mengganggu ekosistem di Gili Indah.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kondisi ekosistem di kawasan Gili Indah cenderung mengalami degradasi akibat
meningkatnya jumlah wisatawan dari waktu ke waktu dan meningkatnya pembangunan sarana pariwisata. Kondisi ini sangat memprihatinkan mengingat
daya dukung kawasan tersebut sangat terbatas, sehingga diperlukan upaya untuk mengoptimalkan penggunaan kawasan agar tercipta pengembangan wisata bahari
yang berkelanjutan di kawasan tersebut. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah dengan mengembangkan konsep mitigasi dalam pemanfaaan dan
pengembangan kawasan wisata tersebut.
1.2. Perumusan Masalah dan Kerangka Pikir Penelitian
Sejak tahun tahun seribu sembilan ratus delapan puluhan investor mulai masuk dan membangun fasilitas wisata yang lebih bagus dan modern seperti
hotel, bungalow, café, restaurant dan fasilitas wisata lainnya. Hal ini tentu saja berdampak terhadap lingkungan disekitarnya dan menyebabkan terjadinya
perubahan lingkungan. Perkembangan aktifitas wisata bahari di kawasan TWAL Gili Indah telah menimbulkan berbagai dampak antara lain adanya kecenderungan
sumberdaya laut dan pesisir semakin terdegradasi. Dahulu masyarakat melakukan penangkapan ikan dengan cara destruktif
yaitu menggunakan bom, potassium dan alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan jaring muroami. Tentu saja hal ini berdampak terhadap kondisi
lingkungan dan menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan terutama rusaknya ekosistem terumbu karang. Dalam kurun waktu sekitar 30 tahun terjadi perubahan
drastis pada kondisi lingkungan di TWAL Gili Indah terutama pada ekosistem terumbu karang dan jenis-jenis ikan yang ada di sekitarnya. Berdasarkan hasil
kegiatan inventarisasi kerusakan terumbu karang yang dilakukan oleh team dari kantor Balai KSDA NTB, digambarkan bahwa terumbu karang diwilayah TWAL
Gili Indah cukup bervariasi. Di kedalaman 10 meter, hampir 100 terumbu karang mempunyai kondisi yang jelek, sedangkan di kedalaman 3 – 5 meter,
terumbu karang yang termasuk kategori baik sekitar 16. Masalah lain yang terjadi di Kawasan Gili Indah adalah tidak sinkronnya
kebijakan pengelolaan antara kawasan laut dan darat. Seperti diketahui bahwa kawasan lautnya dikelola oleh Balai KSDA NTB yang merupakan unit dari
Departemen Kehutanan RI yang telah diserahkan kepada Departemen Kelautan dan Perikanan, sedangkan daratnya dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Lombok Utara. Implikasinya adalah pengembangan pengelolaan kawasan darat dan laut terkesan jalan sendiri-sendiri bahkan cenderung tumpah tindih
pengelolaannya. Hal ini menimbulkan masalah ketidak terpaduan pengelolaan kawasan, padahal kawasan darat sangat mempengaruhi ekosistem perairan
sekitarnya. Apalagi aktifitas berbagai sarana wisata seperti hotel dan restauran serta aktifitas penduduk sekitar 3.575 jiwa sangat berpotensi memberi dampak
pada kawasan perairan sekitarnya. Jika hal ini tidak segera diatasi, maka dikhawatirkan pada masa yang akan datang, ekosistem di kawasan Gili Indah
menjadi terdegradasi secara signifikan yang pada gilirannya akan mengganggu keberlanjutan sustainability kawasan tersebut.
Keberadaan kegiatan wisata bahari di kawasan Gili Indah juga berdampak terhadap masyarakat sekitar, berupa kesempatan berusaha dan peningkatan taraf
hidup serta yang menyangkut aspek-aspek sosial dan budaya masyarakat. Aktifitas wisatawan terutama wisatawan asing, telah memberikan dampak
terhadap pola kehidupan masyarakat, sehingga perlu upaya untuk meningkatkan dampak positif dan mengurangi dampak negatif yang bisa ditimbulkan. Sehingga
keberadaan wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan asing dapat memberikan kemaslahatan bagi masyarakat sekitar kawasan wisata. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memperhatikan aspek-aspek mitigasi dalam pengelolaan kawasan wisata bahari tersebut. Mitigasi sebagai upaya untuk
mengurangi dampak negatif diperlukan untuk lebih mendukung upaya-upaya optimalisasi dari pemanfaatan kawasan Gili Indah untuk kegiatan wisata bahari.
Memperhatikan berbagai degradasi ekosistem di kawasan TWAL Gili Indah di atas, maka perlu suatu kajian optimasi pemanfaatan wisata bahari bagi
pengelolaan pulau-pulau kecil berbasis mitigasi dengan memperhatikan dimensi ekologi, sosial budaya, ekonomi, dan kelembagaan masyarakat di kawasan
tersebut. Sehingga akan diperoleh suatu konsep pengelolaan kawasan TWAL Gili Indah yang optimal dan berkelanjutan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka beberapa permasalahan pokok di kawasan wisata bahari Gili Indah adalah Perkembangan aktifitas wisata bahari,
termasuk pemanfaatan lain, cenderung membuat ekosistem di kawasan Gili Indah mengalami degradasi. Disamping itu belum ada suatu konsep pengelolaan
sumberdaya yang terintegrasi dan terpadu antara kawasan pesisir dan daratan. Pengembangan yang ada masih parsial dengan hanya memperhatikan kawasan
pesisir atau daratan saja dan belum terintegrasi menjadi satu kesatuan pengelolaan. Kebijakan pengelolaan antara kawasan pesisir dan darat masih
parsial dimana kawasan lautnya dikelola oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, sedangkan daratnya dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Lombok Utara.
Dalam pengelolaan kawasan Gili Indah belum
mempertimbangkan dimensi ekologi, sosial budaya, ekonomi dan kelembagaan secara terpadu dalam pengembangannya. Sejalan dengan hal tersebut di atas,
optimasi pengelolaan wisata bahari pulau-pulau kecil yang berbasis mitigasi belum diterapkan di kawasan tersebut. Sehingga diperlukan suatu strategi
pengelolaan wisata bahari yang berkelanjutan di Kawasan wisata bahari Gili Indah gambar 1.
1.3. Tujuan dan Kegunaan :