Meno dan 41 responden di Gili Trawangan. Untuk wisatawan lokal dan asing diambil sampel masing 20 responden tiap Gili, sehingga keseluruhan diperoleh
contoh sebanyak 60 orang wisatawan. Disamping itu dilakukan pula wawancara mendalam indepth interview pada tokoh masyarakat dan aparat DesaDusun di
Kawasan TWAL Gili Indah yang jumlahnya sebanyak 10 orang. Data sekunder diperoleh melalui pengumpulan data dari instansi terkait
dan pernah melakukan penelitian di wilayah penelitian. Pengumpulan data sekunder dimulai dengan penelusuran data citra satelit digital Landsat dan peta
dasar guna mengidentifikasi parameter kualitas untuk satuan waktu tertentu dan posisi lokasi TWAL Gili Indah. Data citra satelit dalam penelitian ini bersumber
dari Biotrof dan Bakosurtanal, sementara jenis data sekunder lainnya diperoleh dari Bappeda NTB, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Pariwisata, BKSDA
Provinsi NTB, dan instansi terkait lainnya.
3.3. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan berbagai pendekatan untuk menganalisis aspek-aspek ekologis, ekonomi, sosial dan kelembagaan.
Dalam proses analisa tersebut, maka setiap komponen atau parameter yang terkait pada setiap aspek, akan mempertimbangkan dimensi mitigasi sebagai basis dari
penelitian ini. Pertimbangan mitigasi yang dimaksud adalah dengan lebih memperketat setiap parameter dimensi ekologis, ekonomi, sosial dan
kelembagaan agar tercipta suatu kondisi yang dapat mengurangi atau mencegah terjadi dampak yang negatif serta meningkatkan dampak positifnya.
3.3.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik sumberdaya di TWAL Gili Indah. Karakteristik sumberdaya yang dideskripsikan
tersebut yakni kondisi geografis dan administrasi, kondisi terumbu karang, ikan dan pantai, karakteristik usaha wisata bahari, perkembangan kunjungan
wisatawan, karakteristik sosial budaya dan kelembagaan pendukung kegiatan wisata bahari. Secara spesifik, analisis kelembagaan dalam penelitian ini akan
mengkaji peranan institusi formal dan non formal yang terkait dengan pengelolaan wisata bahari di TWAL Gili Indah. Tahapan analisis kelembagaan
wisata bahari dilakukan adalah mengidentifikasi jenis dan jumlah kelembagaan formal maupun non formal serta upaya legislasi lain yang terkait dengan
pengelolaan sumberdaya alam di kawasan TWAL Gili Indah. Disamping mengidentifkasi upaya-upaya pemerintah, pengusaha wisata dan lembaga terkait
dalam mengoptimalkan potensi sumberdaya alam di kawasan tersebut.
3.3.2. Analisis Kesesuaian Pemanfaatan
Kegiatan wisata bahari yang akan dikembangkan dan dikelola hendaknya disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan peruntukannya serta persyaratan
sumberdaya dan lingkungan ekologis yang sesuai dengan obyek wisata Depdagri 2009. Proses penyusunan kesesuaian lingkungan PPK untuk suatu
kegiatan pemanfaatan dilakukan dengan prinsip membandingkan kriteria faktor- faktor penentu kesesuaian lingkungan dengan kondisi eksisting, melalui teknik
tumpang susun overlay dan analisis tabular dengan menggunakan alat tools berupa Sistim Informasi Geografis SIG dengan perangkat lunak Arc View
Wahyudi 2006. Penggunaan metode analisis SIG ditujukan untuk mengoleksi, menyimpan
dan memperlihatkan informasi, meningkatkan ketepatan estimasi secara spasial dan temporal serta secara otomatis dapat mengurangi pengumpulan data lapangan
Perez et al. 2003. Nilai yang diperoleh dari analisis SIG berupa lokasi dan luasan yang sesuai dipersyaratkan menjadi bahan bagi analisis daya dukung
Bengen dan Retraubun 2006. Setelah memperoleh luasan kesesuaian secara ekologi, penentuan kesesuaian kegiatan ekowisata bahari juga mempertimbangkan
keberadaan nilai budaya masyarakat lokal untuk tujuan konservasi sumberdaya wisata bahari.
Analisis kesesuaian pemanfaatan wisata bahari berbasis konservasi mencakup penyusunan matriks kesesuaian setiap kategori ekowisata bahari yang
ada di setiap stasiun pengamatan, pembobotan dan pengharkatan, serta analisis kesesuaian setiap kategori wisata bahari.
Penentuan kriteria, pemberian bobot dan skor ditentukan berdasarkan hasil studi empiris. Langkah awal yang dilakukan adalah membangun sebuah matriks
kriteria kesesuaian pemanfaatan untuk mempermudah pembobotan weighting dan pengharkatan scoring yang berisi informasi parameter, bobot, kelas
kesesuaian dan skor. Parameter kesesuaian untuk kegiatan wisata bahari didasarkan pada dua hal, yakni parameter yang terkait dengan obyek utama wisata
bahari dan faktor-faktor lingkungan yang terkait dengan kelestarian obyek wisata, dan kenyamanan berwisata Davis and Tisdell 1995.
Besaran nilai bobot paramater tersebut didasarkan pada pertimbangan : parameter utama kegiatan wisata bahari yang pengaruhnya dominan mempunyai
faktor pembobot tertinggi bobot 5; parameter pendukung yang pengaruhnya relatif sama dengan parameter yang lain mempunyai faktor pembobot yang sama
bobot 3; dan parameter pendukung yang kurang dominan mempunyai faktor pembobot yang terkecil bobot 1. Terdapat 3 kelas kesesuaian, dimana pemberian
skor dari yang tertinggi skor 5 untuk parameter yang sesuaisangat sesuai Kelas S1, skor 3 untuk sesuai bersyarat Kelas S2, dan terendah skor 1 untuk
kategori tidak sesuai Kelas S3, dan satu kelas N yang sangat tidak sesuai. Selanjutnya menentukan indeks kesesuaian pemanfaatan untuk ekowisata
bahari dimodifikasi dari Index Overlay Model- IOM Bonham and Carter 1994; Vinh et al. 2008, dengan formulasi sebagai berikut:
IKWB = 100
max
1
x N
S B
n j
j j
∑
=
............................................................ 3.1 dimana:
IKWB = Indeks Kesesuaian Wisata Bahari kategori ke-i, i = 4 kategori B
= bobot parameter ke-j Sj
= skor setiap parameter ke-j
N max = nilai maksimum bobot dikali skor per kategori wisata bahari
Tabel 4. Matriks Kesesuaian Area untuk Wisata Bahari kategori Wisata Selam
No Parameter
Bobot Kelas S1 Skor Kelas S2 Skor Kelas S3 Skor Kelas N Skor
1. Kecerahan perairan
5 80
3 50 – 80
2 20 - 50
1 20
2. Tutupan kom. karang
5 75
3 50-75
2 25-50
1 25
3. Jenis life form 3
12 3
7 – 12 2
4 – 7 1
4 4. Jenis ikan karang
3 100
3 50 – 100
2 20 - 50
1 20
5. Kecepatan arus cmdt
1 0-15
3 15 – 30
2 30 - 50
1 50
6. Kedalaman ter. karang m
1 6 – 15
3 15 - 20
2 20 – 30
1 30
Sumber: diadaptasi dari Yulianda, 2007.
Tabel 5. Matriks Kesesuaian Area untuk Wisata Bahari kategori Wisata Pantai No Parameter Bobot
Kelas S1
Skor Kelas
S2 Skor Kelas S3 Skor Kelas N Skor
1. Kedalaman perairan m
5 0-3
3 3-6
2 6 – 10
1 10
2. Tipe pantai 5
Pasir putih
3 Pasir
putih, sdkt karang
2 Pasir
hitam, berkarang,
sdkt terjal 1
Lumpur, berbatu,
terjal 3. Lebar pantai m
5 15
3 10 - 15
2 3 - 10
1 3
4. Material dasar perairan
3 Pasir
3 Karang
berpasir 2
Pasir berlumpur
1 Lumpur
5. Kecepatan arus mdt
3 0-0,17
3 0,17-0,34
2 0,34-0,51
1 0,51
6 Kemiringan pantai 0
3 10
3 10 - 25
2 25 - 45
1 45
7 Kecerahan perairan m
1 10
3 5-10
2 3-5
1 2
8. Penutupan lahan pantai
1 Kelapa,
lahan terbuka
3 Semak,
belukar, savana
2 Belukar
tinggi 1
Hutan bakau,
pemukiman, pelabuhan
9 Biota berbahaya 1
Tidak ada
3 Bulu babi
2 Bulu babi,
ikan pari 1
Bulu babi, ikan pari,
lepu, hiu
10 Ketersediaan air tawar jarakkm
1 0.5
km 3
0.5-1 km
2 1-2
1 2
Sumber: diadaptasi dari Yulianda, 2007 Tabel 6. Matriks Kesesuaian Area untuk Wisata Bahari kategori Wisata Snorkling
No Parameter
Bobot Kelas S1 Skor Kelas S2 Skor Kelas S3 Skor Kelas N Skor 1. Kecerahan
perairan 5
100 3
80 - 100 2
20 - 50 1 20
2. Tutupan komunitas
karang 5
75 3
50-75 2
25-50 1
25 3. Jenis life form
3 12
3 7 - 12
2 4 – 7
1 4
4. Jenis ikan karang
3 50
3 30 - 50
2 10 - 30 1
10 5. Kecepatan arus
cmdt 1
0-15 3
15 - 30 2
30 – 50 1 50
6. Kedalaman terumbu karang
m 1
1 – 3 3
3 - 6 2
6 – 10 1
10 7. Lebar hamparan
datar karang m 1
500 3
100-500 2 20 – 100
1 20
Sumber: diadaptasi dari Yulianda, 2007
Selanjutnya menentukan indeks kesesuaian pemanfaatan untuk ekowisata bahari dimodifikasi dari Index Overlay Model- IOM Bonham and Carter 1994;
Vinh et al. 2008, dengan formulasi sebagai berikut:
IKWB = 100
max
1
x N
S B
n j
j j
∑
=
............................................................ 3.1 dimana:
IKWB = Indeks Kesesuaian Wisata Bahari kategori ke-i, i = 4 kategori B
= bobot parameter ke-j S
= skor setiap parameter ke-j
N max = nilai maksimum bobot dikali skor per kategori wisata bahari
Kelas kesesuaian kawasan PPK dibedakan berdasarkan kisaran nilai indeks kesesuaiannya. Ketentuan untuk masing-masing kegiatan wisata bahari:
S1 = Sangat sesuai, dengan nilai 80 – 100 S2 = Sesuai, dengan nilai 60 - 80
S3 = Sesuai bersyarat, dengan nilai 35 - 60 N = Tidak sesuai, dengan nilai 35
Tahapan selanjutnya yakni basis data untuk masing-masing parameter kesesuaian kawasan wisata disusun dalam bentuk tema layer dalam bentuk
digital yang dapat didigitasi on screen menggunakan software Arc View menjadi peta digital. Tahapannya meliputi: 1 registrasi, koordinat peta analog disamakan
terlebih dahulu dengan koordinat peta yang akan didigitasi; 2 digitasi, merubah peta analog menjadi peta digital digitasi on screen; 3 editing, memperbaiki
hasil digitasi; 4 anotasi, untuk memasukkan data atribut; 5 tipologi; 6 transparansi untuk mengubah koordinat derajat menjadi koordinat meter UTM
dan; 7 edgematching untuk mengembangkan peta jika terdiri atas beberapa lembar Wahyudi 2006. Penggunaan perangkat lunak Er Mapper untuk merubah
posisi geometri. Hasilnya berupa terklasifikasi yang dapat digitasi on screen sehingga menghasilkan peta digital yang dipakai sebagai peta tematik atau layer.
Peta hasil digitasi dan peta hasil klasifikasi diintegrasikan untuk menghasilkan peta awal atau peta dasar. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan per stasiun
digunakan untuk interpolasi data yaitu memasukkan setiap data parameter melalui titik-titik pengamatan menjadi suatu area polygon dengan menggunakan metode
Nearest Neighbour . Data dalam bentuk spasial peta digital inilah yang siap
dipakai sebagai tematiklayer dalam analisis kesesuaian.
3.3.3. Analisis Daya Dukung Ekologi Wisata Bahari