Teori Tentang Sikap Karakteristik Sikap

2.4. Teori Tentang Sikap

Sikap adalah suatu konsep paling penting dalam psikologi sosial. Pembahasan yang berkaitan dengan psikologi sosial hampir selalu menyertakan unsur sikap, baik sikap individu maupun sikap kelompok sebagai salah bagian pembahasan. Ada beberapa teori tentang sikap di antaranya Wismanto, 2008: 1. Teori Keseimbangan Fokus dari teori ini adanya upaya individu untuk tetap konsisten dalam bersikap dalam hidup. Teori keseimbangan dalam bentuk sederhana: melibatkan hubungan antara seseorang dengan dua objek sikap. Ketiga elemen tersebut dihubungkan dengan sikap menyenangkan baik, suka, positif dan sikap tidak menyenangkan buruk, tidak suka, negatif. Pembentukan sikap tersebut dapat seimbangtidak seimbang. Melalui hubungan afeksi dapat menghasilkan sistem yang tidak seimbang menjadi seimbang. 2. Teori Konsistensi Kognitif-Afektif Teori ini berpusat pada bagaimana seseorang berusaha membuat kognisi mereka konsisten dengan afeksinya. Penilaian seseorang terhadap suatu kejadian akan mempengaruhi keyakinannya. 3. Teori Ketidaksesuaian Dissonance Theory Teori ini mengatakan peranan individu menyelaraskan elemen-elemen kognisi, pemikiranstruktur konsonansi, selaras. Disonansi ketidakseimbangan yaitu pikiran yang amat menekan dan memotivasi seseorang untuk memperbaikinya. Terdapat dua elemen kognitif, di mana terjadi jika kedua elemen tidak cocok sehingga mengganggu logika dan pengharapan. 4. Teori Atribusi Pada teori ini individu mengetahui akan sikapnya dengan mengambil kesimpulan dari perilakunya sendiri dan persepsinya tentang situasi. Implikasinya adalah perubahan perilaku yang dilakukan seseorang menimbulkan kesimpulan pada orang tersebut bahwa sikapnya telah berubah.

2.5. Karakteristik Sikap

Menurut Daroesan 1986 lima karakteristik sikap yaitu: 1. Sikap selalu berhubungan dengan objek seperti benda, nilai-nilai sosial, pandangan hidup, hukum dan sebagainya. 2. Sikap tidak dibawa sejak lahir melainkan dapat dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman. 3. Sikap berubah-ubah sesuai dengan lingkungan 4. Di dalam sikap ada faktor motivasi dan perasaan. 5. Sikap tidak dapat menghilang walaupun kebutuhan sudah terpenuhi. Menurut Sax dalam Saefudin 1988, lima karakteristik sikap yaitu arah, intensitas, kekeluargaan, konsistensi, dan spontanitas. Karakteristik pertama disebutkan bahwa sikap mempunyai arah, artinya apabila seseorang dihadapkan pada suatu objek, maka akan mempunyai dua kecenderungan. Dua kecenderungan ini menyatakan suatu arah sikap yang bersifat ambivalen. Kecenderungan pertama seseorang mempunyai arah yang positif terhadap objeknya, yang selanjutnya disebut sikap positif. Hal ini berarti bahwa seseorang akan mempunyai kecenderungan untuk melaksanakan objek yang dihadapannya. Arah ini diwujudkan dalam perasaan menyetujui, mendukung, menikmati, atau menyenangkan terhadap objek tersebut. Sebaliknya kecenderungan kedua seseorang mempunyai arah yang negatif terhadap objek yang selanjutnya disebut sikap negatif. Hal ini berarti seseorang mempunyai kecenderungan untuk tidak menyetujui atau tidak menyenangkan terhadap objeknya. Karakteristik kedua, sikap mempunyai intensitas, artinya kekuatan atau derajat sikap seseorang terhadap objek. Arah yang sama, mempunyai kekuatan yang berbeda-beda, contohnya, suatu kelompok diketahui mempunyai sikap positif terhadap objek tertentu. Hal ini bukan berarti bahwa individu-individu dalam kelompok itu mempunyai kekuatan sikap yang sama. Keyakinan yang terjadi adalah, individu yang satu mempunyai kekuatan yang lebih positif daripada individu yang lain atau bahkan sebaliknya. Demikian juga, hal ini terjadi pada sekelompok orang yang mempunyai sikap negatif terhadap suatu objek. Barangkali individu yang satu, mempunyai arah yang lebih negatif dari individu yang satu atau sebaliknya. Karakteristik ketiga, yaitu sikap mempunyai kekuasaan, artinya kekuasaan cakupan aspek yang dimiliki objek sikap. Apabila seseorang bersikap positif terhadap seluruh cakupan aspek yang dimiliki objek, maka dikatakan mempunyai sikap yang kuat. Karakteristik keempat, sikap mempunyai konsistensi, artinya seseorang mempunyai kekuatan yang sangat positif dan adanya kecenderungan untuk melaksanakan objek yang dihadapinya. Hal ini ditunjukkan oleh tidak adanya kebimbangan yaitu seseorang menyetujui ditunjukkan oleh tidak ada kecenderungan melaksanakan objek sikap. Demikian juga sikap netral yang tidak mendukung dan juga menerima terhadap objek sikap. Karakteristik kelima yaitu sikap mempunyai spontanitas artinya sejauh mana kesiapan subjeknya untuk menyatakan sikapnya secara spontan. Spontanitas disebut tinggi apabila subjek menyatakan sikapnya tanpa adanya tekanan dari pihak lain. Sebaliknya sikap mempunyai spontanitas yang rendah, apabila subjek dalam menyatakan sikapnya dengan desakan atau mendapat tekanan.

2.6. Pembentukan Sikap