Pembentukan Sikap TINJAUAN PUSTAKA

melaksanakan objek yang dihadapinya. Hal ini ditunjukkan oleh tidak adanya kebimbangan yaitu seseorang menyetujui ditunjukkan oleh tidak ada kecenderungan melaksanakan objek sikap. Demikian juga sikap netral yang tidak mendukung dan juga menerima terhadap objek sikap. Karakteristik kelima yaitu sikap mempunyai spontanitas artinya sejauh mana kesiapan subjeknya untuk menyatakan sikapnya secara spontan. Spontanitas disebut tinggi apabila subjek menyatakan sikapnya tanpa adanya tekanan dari pihak lain. Sebaliknya sikap mempunyai spontanitas yang rendah, apabila subjek dalam menyatakan sikapnya dengan desakan atau mendapat tekanan.

2.6. Pembentukan Sikap

Selain karakteristiknya, sikap mempunyai struktur yang terdiri dari tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif Mar’at, 1982; Saefudin, 1988. Komponen kognitif berhubungan dengan gejala pikiran dan pemahaman seseorang terhadap objek yang sedang dihadapi. Komponen afektif merupakan perasaan seseorang secara subjektif terhadap objek yang dihadapi. Komponen konatif merupakan kecenderungan seseorang untuk berperilaku secara konsistensi terhadap subjek sikap. Ketiga komponen itu mempunyai interaksi antara satu dengan yang lain dalam proses pembentukan sikap seseorang. Interaksi antara komponen-komponen sikap berpengaruh terhadap terbentuknya sikap. Interaksi antara tiga komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Komponen kognitif, membentuk pemahaman dan keyakinan seseorang. Pembentukan sikap diawali dengan persepsi. Dalam komponen kognitif, persepsi akan menimbulkan ide gagasan dan konsep mengenai objek yang sedang dihadapinya. Persepsi seseorang akan dipengaruhi oleh empat faktor yaitu: pengalaman, proses belajar sosialisasi, cakrawala dan pengetahuan Mar’at: 1982. Selain itu, nilai dan norma subjek akan mempengaruhi persepsi seseorang. Jadi pada tahap kognitif, seseorang akan memahami objek yang dihadapinya untuk diyakininya. Selanjutnya pemahaman ini akan menjadi masukan pada komponen afektif untuk menilai suatu objek. Komponen afektif akan memberikan penilaian seseorang terhadap objek pemahaman. Yang terbentuk pada komponen kognitif akan menjadi pertimbangan seseorang untuk menilai objek. Penilaian tersebut secara emosional masih bersifat ambivalen, artinya penilaian tersebut masih bersifat dua kutub yang bernilai positif atau negatif terhadap objek. Penilaian positif ini akan diwujudkan dalam perasaan senang, setuju, mendukung atau menyenangkan terhadap objek. Sebaliknya bentuk penilaian negatif berupa perasaan tidak senang, tidak setuju, tidak mendukung atau tidak menyenangkan terhadap objek. Penilaian seseorang akan menentukan kesiapan seseorang untuk bertindak. Penilaian yang dilakukan seseorang pada tahap afektif secara psikis akan diteruskan pada komponen ketiga yaitu komponen konatif. Komponen ini merupakan kesiapan dan kesediaan seseorang untuk berperilaku secara konsisten terhadap objek sikap. Jadi, sikap belum merupakan tindakan, tetapi berupa prediposisi perilaku seseorang yang mengarah pada objek.

2.7. Sikap Positif