Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Prosedur Mutasi Jabatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43
Tahun 1999 Ditinjau Dari Persektif Hukum Administrasi Negara Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum”
B. Perumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang permasalahan diatas, penelitian ini difokuskan pada kebijakan-kebijakan manajemen dalam pengembangan karier
pegawai di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan yang secara rinci dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Bagaimana prosedur mutasi jabatan pada Dinas Pekerjaan Umum?
2. Dasar Hukum Mutasi Jabatan pada Dinas Pekerjaan Umum Pemerintahan
Kota Medan
3. Hambatan yang dihadapi dalam Pemutasian dan upaya-upaya yang
dilakukan dalam mengatasi hambatan Pemutasian di Dinas Pekerjaan
Umum Pemerintahan Kota Medan
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui prosedur mutasi jabatan pada Dinas Pekerjaan
Umum.
b. Untk mengetahui Dasar Hukum Mutasi Jabatan pada Dinas Pekerjaan
Umum Pemerintahan Kota Medan
Universitas Sumatera Utara
c. Untuk mengetahui Hambatan yang dihadapi dalam Pemutasian dan
upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan Pemutasian di
Dinas Pekerjaan Umum Pemerintahan Kota Medan
2. Manfaat Penelitian
Berpijak pada tujuan penelitian di atas, maka hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
a. Manfaat Teoritis
Untuk mendalami teori-teori dan menemukan hal-hal baru mengenai mekanisme mutasi pegawai di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kota
Medan, yang dapat bermanfaat bagi penulis khususnya maupun pihak- pihak yang berkepentingan.
b. Manfaat Praktis
1 Sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak Pemerintah Daerah Kota
Medan maupun yang berkepentingan dengan masalah ini dalam upaya melakukan mutasi pegawai
2 Bagi Pegawai Negeri Sipil, merupakan tolak ukur pengembangan
Sumber Daya Manusia SDM dan profesionalitas kerja pemerintahan, sekaligus dapat dijadikan rujukan dalam proses mengusulkan mutasi
Pegawai Negeri Sipil.
D. Keaslian Penulisan
Sepanjang penelusuran di perpustakaan Fakultas hukum USU skripsi dengan judul Prosedur Mutasi Jabatan Berdasarkan Undang-Undang No. 43
Universitas Sumatera Utara
Tahun 1999 Ditinjau Dari Persektif Hukum Administrasi Negara Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum Belum pernah diteliti dalam bentuk skripsi dari
Departemen Hukum Administrasi Negara di Fakultas Hukum USU, namun ada beberapa skripsi yang mengangkat tentang korupsi tetapi ditinjau dari segi yang
berbeda.
E. Tinjauan Kepustakaan 1. Mekanisme
Mekanisme adalah hal cara bekerjanya teori, bahwa segala sesuatunya dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip hukum yang mengatur materi.
4
Manajemen Pegawai Negeri Sipil perlu diatur secara menyeluruh, dengan menerapkan norma, standar dan prosedur yang seragam dalam penetapan formasi,
pengadaan, pengembangan, penetapan gaji, dan program kesejahteraan, serta Mekanisme aturan hukum yang dibuat oleh pemerintah terwujud dalam bentuk
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Keberadaan undang-undang ini dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional
untuk mewujudkan masyarakat madani dan taat hukum, berperadaban modern demokratis, makmur, adil dan bermoral tinggi, diperlukan Pegawai Negeri yang
merupakan unsur aparatur negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata, menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
4
Paus Abdullah, P. dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer. Arkola. Surabaya. 2005, hal. 66.
Universitas Sumatera Utara
pemberhentian yang merupakan unsur dalam manajemen Pegawai Negeri Sipil, baik Pegawai Negeri Sipil Pusat maupun Pegawai Negeri Sipil Daerah. Dengan
adanya keseragaman tersebut, diharapkan akan dapat diciptakan kualitas Pegawai Negeri Sipil yang seragam di seluruh Indonesia. Disamping memudahkan
penyelenggaraan manajemen kepegawaian, manajemen yang seragam dapat pula mewujudkan keseragaman perlakuan dan jaminan kepastian hukum bagi seluruh
Pegawai Negeri Sipil. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 yang
merupakan manajemen Pegawai Negeri Sipil diundangkan pada tanggal 30 September 1999 di Jakarta.
2. Jabatan Strktural .
Jabatan struktural sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 2000 adalah suatu kedudukan
yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi negara. Selanjutnya
Pasal 5 mengatur persyaratan untuk dapat diangkat dalam jabatan struktural adalah :
a. Berstatus Pegawai Negeri Sipil.
b. Serendah-rendahnya menduduki pangkat 1 satu tingkat di bawah jenjang
pangkat yang ditentukan. c.
Memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan yang ditentukan. d.
Semua unsure penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 dua tahun terakhir.
Universitas Sumatera Utara
e. Memiliki kompetensi jabatan yang diperlukan dan
f. Sehat jasamani dan rohani.
Kemudian Pasal 6 menyatakan, disamping persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dan Pejabat
Pembina Kepegawaian Daerah perlu memperhatikan factor senioritas dalam kepangkatan, usia, pendidikan dan pelatihan jabatan, dan pengalaman yang
dimiliki. Dan Pasal 7 mengatur Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan struktural belum mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan kepemimpinan
sesuai dengan tingkat jabatan struktural wajib mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan kepemimpinan sesuai dengan tingkat jabatan struktural wajib mengikuti
dan lulus pendidikan dan pelatihan kepemimpinan selambat-lambatnya 12 dua belas bulan sejak yang bersangkutan dilantik. Serta Pasal 8 mengatur Pegawai
Negeri Sipil yang menduduki jabatan struktural tidak dapat menduduki jabatan rangkap, baik dengan jabatan struktural maupun dengan jabatan fungsional.
Pengaturan ini dalam rangka pelaksanaan sistem karier dan sistem prestasi kerja maka harus ada pengkaitan yang erat antara kepangkatan dan jabatan atau
dengan kepangkatan pada setiap jabatan. Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam suatu jabatan pangkatnya harus sesuai dengan pangkat yang ditetapkan
untuk jabatan itu. Dan dalam jabatan structural Pegawai Negeri Sipil yang berpangkat lebih rendah tidak dapat membawahi langsung Pegawai Negeri Sipil
yang pangkatnya lebih tinggi. Untuk memberikan penilaian dan pertimbangan pengangkatan dalam jabatan telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 100 Tahun 2000 :
Universitas Sumatera Utara
Pasal 14 1.
Untuk menjamin kualitas dan objektifitas dalam pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dalam dan dari jabatan Struktural,
Eselon II ke bawah di setiap instansi dibentuk Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan, selanjutnya disebut Baperjakat.
2. Baperjakat terdiri dari :
a. Baperjakat instansi Pusat
b. Baperjakat instansi daerah Propinsi
c. Baperjakat instansi daerah KabupatenKota.
3. Pembentukan Baperjakat sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ditetapkan
oleh : a.
Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat untuk instansi pusat. b.
Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi LIMA instansi daerah Propinsi.
c. Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten, Kota untuk instansi
daerah KabupatenKota. 4.
Tugas pokok Baperjakat instansi pusat dan Baperjakat Instansi Daerah Propinsi kepada Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dan Pejabat Pembina
Kepegawaian Daerah ProvinsiKabupatenKota dalam pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural Eselon II ke
bawah. 5.
Di samping tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam ayat 4, Baperjakat bertugas untuk memberikan pertimbangan kepada pejabat yang berwenang
Universitas Sumatera Utara
dalam pemberian kenaikan pangkat bagi yang menduduki jabatan struktural, menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya, menemukan penemuan baru
yang bermanfaat bagi negara, dan pertimbangan perpanjangan batas usia pensiun Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan struktural Eselon I dan
Eselon II.
3. Pegawai Negeri Sipil
Sebelum membahas mengenai konsep manajemen kepegawaian Indonesia ,diperlukan pemahaman terlebih dahulu mengenai subjek dari hukum
kepegawaian,yaitu Pegawai Negeri Sipil.Kedeudukan dan peranan dari pegawai negeri dalam setiap organisasi pemerintahan sangatlah menentukan ,sebab
Pegawai Negeri Sipil merupakan tulang punggung pemerintahan dalam melaksanakan pembangunan nasional.Peranan dari Pegawai Negeri seperti
diistilahkan dalam dunia kemiliteran yang berbunyi not the gun,the man behind the gun,yaitu bukan senjata yang penting melainkan manusia yang menggunakan
senjata itu.Senjata yang modern tidak mempunyai arti apa-apa apabila manusia yang dipercaya menggunakan senjata itu tidak melaksanakan kewajibannya
dengan benar.
5
Menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomr 43 tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian definisi dari Pegawai Negeri adalah setiap warga
negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau
5
Muchsan, Hukum Kepegawaian, Jakarta: Bina,1982,Jakarta.hlm.12
Universitas Sumatera Utara
diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
6
Kepegawaian dimaksud dalam tulisan ini adalah pegawai negeri. Sebagai pegawai negeri telah dijelaskan sebelumnya adalah berkedudukan sebagai subyek
hukum dalam lingkungan hukum tata pemerintahan. Pegawai negeri sipil menurut Kamus Bahasa Indonesia,”Pegawai” berarti orang yang bekerja pada
pemerintahan perusahaan dan sebagainyasedangkan ”Negeri”berarti negara atau pemerintah, jadi Pegawai Negeri Sipil adalah orang yang bekerja pada pemerintah
atau negara.
7
1 Sekalian orang yang dipilih dalam pemilihan yang didasarkan atas aturan-
aturan umum, juga orang-orang yang bukan karena pemilihan menjadi anggota badan pembentukan undang-undang, Badan Pemerintah atau
Badan perwakilan Rakyat yang dibentuk pemerintah atau atas nama pemerintah, juga Dewan Daerah serta semua Kepala Rakyat Indonesia asli
dan kepala golongan Timur Asing yang menjalankan kekuasaan yang sah. Di dalam ketentuan perundangan yang pernah berlaku pengertian pegawai
negeri tidak dibuat dalam suatu rumusan yang berlaku umum, tetapi hanya merupakan suatu rumusan yang khusus berlaku dalam hubungan dengan peraturan
yang bersangkutan. Di dalam KUHP, pengertian pegawai negeri ini dijelaskan dalam Pasal 92 yang berbunyi:
6
Satoto, Sukamto, Pengaturan Eksistensi dan Fungsi Badan Kepegawaian Negara, Hanggar Kreator, Yogyakarta, 2004, hlm. 10
7
Ibid., hlm 11
Universitas Sumatera Utara
2 Yang disebut pejabat dan hakim termasuk juga ahli pemutus perselisihan,
yang disebut hakim termasuk orang yang menjalankan peradilan administrasi, serta anggota dan ketua peradilan Agama
3 Semua anggota Angkatan Perang juga termasuk pegawai pejabat.
Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999, tentang perubahan atas Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana
yang tercantum dalam pasal 17 ayat 2 menyebutkan sebagai berikut: Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam suatu Jabatan dilaksanakan
berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat objektif tanpa
membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, atau golongan. Dari bunyi pasal 17 ayat 2 UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan
atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian tersebut diatas, dapat gambaran bahwa Jabatan Negeri adalah jabatan dalam
bidang eksekutif yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan, termasuk didalamnya jabatan dalam sekretariatan lembaga Tertinggi atau tinggi
Negara, dan kepaniteraan pengadilan. Jabatan adalah kedudukan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
seorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi Negara. Jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintahan adalah jabatan karier, yaitu jabatan
dalam lingkungan birokrasi pemerintahan yang hanya dapat diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil atau Pegawai Negeri yang telah beralih status sebagai PNS.
Universitas Sumatera Utara
Dalam praktek di birokrasi pemerintahan pengangkatan jabatan struktural belum sepenuhnya dilaksanakan sebagaimana ketentuan yang berlaku diatas
dimana terjadi penyimpangan-penyimpangan atau ada kepentingan pribadi yang mendominasi Seperti, hubungan kedekatan kekeluargaan dan kepentingan partai
politik. Hal-hal inilah yang menjadi kesenjangan dalam menerapkan undang- undang yang berlaku dalam birokrasi pemerintahan.
Praktek-praktek ini dilaksanakan terselubung dan sangat sulit untuk dihilangkan seolah-olah telah menjadi tradisi dalam lingkungan birokrasi
pemerintahan saat ini, sehingga perlu adanya satu komitmen pemerintah untuk menghilangkan praktek-praktek tersebut.
Agar dapat mengoptimalkan kemampuannya dalam menjalankan tugas dan fungsinya, maka karier Pegawai Negeri Sipil perlu dikembangkan sesuai dengan
kemampuannya. Pada tahap pertama Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan dan pangkat tertentu. Jabatan adalah kedudukan yang menunjukan tugas,
tanggungjawab, wewenang, dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi negara. Pangkat adalah kedudukan yang menunjukan seorang
Pegawai Negeri Sipil berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian dan digunakan sebagai dasar penggajian.
8
Undang-Undang kepegawaian menganut prinsip bahwa dalam rangka pelaksanaan sistem karier dan sistem prestasi kerja, maka harus ada pengaitan
yang erat antara kepangkatan dan jabatan atau dengan perkataan lain, perlu adanya pengaturan tentang jenjang kepangkatan pada setiap jabatan.
8
Hanif Nurcholis, Teori dan praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Jakarta, Grasindo, 2007, hlm 255
Universitas Sumatera Utara
Pembentukan lembaga pemerintah dalam menyelenggarakan administrasi kepegawaian menunjukan setralisasi pembinaan dalam prakteknya dilakukan
melalui desentralisasi fungsional pada beberapa lembaga pemerintahan. Lembaga administrasi negara diserahi tanggungjawab dibidang administrasi negara tertentu
sesuai dengan ketentuan aturan hukum yang berlaku. Secara fungsional lembaga administrasi negara dibidang kepegawaian bertugas membina dan
menyelenggarakan pendidikan dan latihan pegawai negeri Sipil dan sebagai pembina dalam pengaturan dan penyelenggaraan pendidikan dan aparatur negara.
9
Sedangkan oleh De La Bassecour Laan didefenisikan, “Hukum Administrasi Negara adalah himpunan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi
Hukum administrasi negara juga memiliki fungsi jaminan dan fungsi perlindungan hukum, yang sudah barang tentu langsung berkaitan dengan warga
negara. Disamping itu hukum administrasi negara juga mengakomodir partisipasi warga negara, terutama dalam rangka keterbukaan pemerintahan.
Mengenai pengertian hukum administrasi negara hingga saat ini belum ada kesatuan pendapat diantara para sarjana. Oleh sebab itu dan untuk mendapatkan
pemahaman yang dirasakan cukup memadai, berikut ini akan dikemukakan batasan pengertian Hukum Administrasi Negara dari beberapa pakar ilmu hukum.
Van Vollenhoven mengatakan bahwa, “Hukum Administrasi Negara
adalah suatu gabungan ketentuan-ketentuan yang mengikat badanbadan yang tinggi maupun yang rendah apabila badan-badan itu menggunakan wewenangnya
yang telah diberikan kepadanya oleh Hukum Tata Negara.”
9
W. Riawan Tjandra, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2008, hlm 157
Universitas Sumatera Utara
sebab negara berfungsi bereaksi, maka peraturan-peraturan itu mengatur hubungan-hubungannya antara tiap-tiap warga negara dengan pemerintahannya”.
Pada bagian lain, oleh J.H Logemann diutarakan bahwa, “Hukum Administrasi Negara adalah hukum mengenai hubungan-hubungan antara jabatan-
jabatan satu dengan yang lainnya serta hubungan hukum antara jabatan-jabatan negara itu dengan para warga masyarakat.” Selain batasan pengertian dari pakar-
pakar luar negeri, berikut ini juga akan dikemukakan defenisi Hukum Administrasi Negara dari pakar ilmu hukum di Indonesia.
Menurut Muchsan bahwa, “Hukum Administrasi Negara adalah hukum Mengatur struktur dan kefungsian administrasi negara.” Sesuai rumusan tersebut
diatas, maka bentuk Hukum Administarsi Negara dapat di bedakan dalam dua jenis, yakni:
10
a. Sebagai Hukum Administrasi Negara, hukum adalah hukum
mengenaioperasi dan pengendalian dari pada kekuasaan-kekuasaan administrasi atau pengawasan terhadap penguasa administrasi.
b. Sebagai hukum buatan administrasi maka hukum administrasi adalah
hukum yang menjadi pedoman atau jalan dalam menyelenggarakan undang-undang.
Dari berbagai batasan pengertian hukum administrasi Negara tersebut diatas, maka dapatlah kiranya diketahui bahwa pada intinya Hukum Administrasi
Negara adalah Hukum yang mengatur bagaimana administrasi negara menjalankan fungsi dan tugas-tugasnya. Sedangkan materi yang diaturnya adalah
10
S.F. Marbun dkk. Dimensi-dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, UII Press Yogyakarta, 2004, hlm 22
Universitas Sumatera Utara
relatif luas. Hal ini dapat dipahami dengan mengingat betapa luasnya kegiatan maupun campur tangan administrasi negara dalam bidang-bidang kehidupan
masyarakat, yakni untuk meningkatkan kesejahteraan umum. Sebagai suatu kenyataan hukum, negara itu merupakan suatu organisasi
jabatan-jabatan ambtenorganisatie. Yang dimaksud dengan “jabatan” ialah suatu lingkungan pekerjaan tetap yang diadakan dan dilakukan guna kepentingan negara
kepentingan umum.
11
Oleh karena jabatan itu suatu pendukung hak dan kewajiban, yaitu suatu subjek hukum person, maka dengan sendirinya jabatan itu dapat melakukan
perbuatan hukum rechtstandelingen. Perbuatan hukum itu diatur oleh baik hukum publik maupun hukum privat. Hal ini diakui juga dalam peradilan
administrasi negara administratieve rechspraak. Setiap jabatan adalah suatu lingkungan pekerjaan tetap yang dihubungkan
dengan organisasi sosial tertinggi, yang diberi nama Negara. Bilamana dalam hukum negara dikatakan “jabatan”, maka yang senantiasa dimaksud ialah jabatan
negara. Jabatan itu bermacam-macam seperti: pimpinan instansi adalah Menteri, Jaksa agung, Sekretaris negara, Sekretaris Kabinet, Sekretaris militer, sekretaris
presiden, sekretaris wakil presiden, kepala kepolisian negara, pimpinan lembaga pemerintah non departemen, pimpinan kesekretariatan lembaga tertinggitinggi
negara, gubernur, dan BupatiWalikota.
12
Dalam Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 13 tahun 2002 tangggal 17 juni 2002 pada angka 7 Sesuai pasal 12 ayat 1 Peraturan
11
Ibid.
12
Utrecht E. Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Surabaya: Pustakaa Tinta Mas, 1986, hlm 145
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah Nomor 100 tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan pemerintah Nomor 13 tahun 2002, tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil
Dalam Jabatan Struktural dinyatakan bahwa untuk menjamin kepastian arah pengembangan karier ditetapkan pola dasar karier dengan Keputusan Presiden.
Setiap pimpinan Instansi wajib menyusun dan menetapkan pola karier Pegawai Negeri Sipil dilingkungan masing-masing berdasarkan pola dasar karier.
4. Jenis Pegawai Negeri
Mengenai jenis Pegawai Negeri didasarkan pada Pasal 2 ayat 2 UU No. 43 Tahun 1999 Pegawai Negeri dibagi menjadi:
13
1 Pegawai Negeri Sipil Pusat
Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada
Departemen, Lembaga Pemerintahan Nondepartemen, Kesekretariatan Lembaga Negara, Instansi Vertikal didaerah Provinsi Kabupaten Kota,
Kepaniteraan Pengadilan, atau dipekerjakan untuk menyelenggarakan tugas negara lainnya.
2 Pegawai Negeri Sipil Daerah
Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil daerah Provinsi Kabupaten Kota yang gajinya dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah Daerah, atau dipekerjakan di luar instansi induknya.Pegawai Negeri Sipil Pusat dan
13
Tjandra, W. Riawan, Hukum Administrasi Negara”, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2008, hlm. 170
Universitas Sumatera Utara
Pegawai Negeri Sipil Daerah yang diperbantukan di luar instansi induk, gajina dibebankan pada instansi yang menerima perbantuan.
5. Kewajiban dan Hak-hak Pegawai Negeri Sipil
Kewajiban pegawai negeri adalah segala sesuatu yang wajib dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan.Kewajiban pegawai Negeri dibagi
menjadi 3 golongan yaitu:
14
1 Kewajiban-kewajiban yang ada hubungan dengan suatu jabatan.
2 Kewajiban-kewajiban yang tidak langsung berhubungan dengan suatu
tugas dalam jabatan, melainkan dengan kedudukannya sebagai pegawai negeri pada umumnya.
3 Kewajiban-kewajiban lain.
Hak Pegawai Negeri adalah suatu hak yang dimiliki oleh pegawai berdasarkan suatu perundang-undangan yang berlaku. Hak-hak yang dimiliki oleh
Pegawai Negeri Menurut Undang-undang No. 43 tahun 1999 antara lain:
15
a. Hak untuk memperoleh gaji Pasal 7
b. Hak atas Cuti pasal 8
c. Hak Atas Perawatan, Tunjangan, dan uang duka Pasal 9
d. Hak atas Pensiun Pasal 10
6. Kedudukan Pegawai Negeri Sipil
Kedudukan Pegawai Negeri didasarkan pada Undang-undang No.43 Tahun 1999 Pasal 3 ayat 1, yaitu Pegawai Negeri sebagai unsur aparatur negara
14
Ibid.,173
15
Ibid., 176
Universitas Sumatera Utara
yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraannya tugas negara,
pemerintahan,dan pembangunan.Rumusan kedudukan pegawai negeri didasarkan pada pokok-pokok pikiran bahwa pemerintah tidak hanya menjalankan fungsi
secara umum pemerintahan,tetapi juga harus mampu melaksanakan fungsi pembangunan atau dengan kata lain pemerintah bukan hanya menyelenggarakan
tertib pemerintahan,tetapi juga harus mampu menggerakkan dan memperlancar pembangunan untuk kepentingan rakyat banyak.
16
F. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan
Penelitian ini adalah Penelitian Hukum Normatif yang disebut juga Penelitian Hukum Kepustakaan, karena penelitian hukum yang dilakukan hanya
dengan cara meneliti bahan pustaka saja atau data sekunder belaka. Jadi merupakan studi hukum yang doctrinal, bersifat normatif yaitu berdasarkan data-
data sekunder. Maka metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif kualitatif.
2. Jenis Data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan dititikberatkan pada data sekunder dan juga didukung dengan data primer yang diperoleh dari penelitian
16
C.S.T.Kansil, Pokok-Pokok hukum kepegawaian Republik Indonesia, Jakarta: Pradnya Paramitha ,1979, hlm.38.
Universitas Sumatera Utara
empiris untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang ada pada perumusan masalah di depan.
17
a. Data Primer
Berdasarkan penelitiannya, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden yakni pihak- pihak yang terkait dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka yang berupa literatur, penelitian ilmiah, perundang-undangan serta dokumen pendukung
yang diperoleh dalam penelitian ini.
3. Sumber Data
Berkaitan dengan data sekunder, maka dalam penelitian ini digunakan sumber hukum primer dan sumber hukum sekunder. Sumber hukum primer antara
lain berupa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pokok-pokok kepegawaian, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan
Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 dan Peraturan Pemerintah Nomor 9
Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian
17
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian hukum normatif, suatu tinjauan singkat, Jakarta: Rajawali, 1986. Cetakan Kdua. hal 14-15.
Universitas Sumatera Utara
Pegawai Negeri Sipil. Sedangkan sumber hukum sekunder meliputi bahan-bahan rujukan seperti dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah atau risalah
perundang-undangan, pendapat para pakar, hasil penelitian dan kegiatan ilmiah lainnya.
18
4. Teknik Pengumpulan Data
Dan yang berkaitan dengan data primer dalam penelitian ini yang menjadi sumber adalah para informan yaitu pejabat-pejabat yang berkompeten
memberikan informasi masalah kepegawaian di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan dengan melakukan wawancara dengan para pejabat
dimaksud.
Mengingat penelitian ini bertitik tolak pada data sekunder, maka langkah pertama dalam pengumpulan data yaitu dilakukan dengan cara mengadakan telah
bahan pustaka dan studi dokumen. Bahan pustaka dan dokumen yang diteliti berkaitan dengan permasalahan, baik yang diberikan dengan mekanisme
penempatan pegawai pada jabatan struktural maupun yang berkaitan dengan manajemen pengembangan karier pegawai. Dan disamping itu, juga dilakukan
studi lapangan melalui serangkaian wawancara dengan para pejabat di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan. Wawancara akan dilaksanakan setelah
melakukan inventarisasi permasalahan secara lebih konkrit guna mendapatkan data yang akurat mengenai mekanisme, sistem, dan kebijakan-kebijakan yang
diambil serta kendala-kendala yang dihadapi dan upaya-upaya untuk mengatasinya.
18
Ibid., hal 28
Universitas Sumatera Utara
5. Analisis Data
Data yang didapatkan sebagai hasil penelitian akan dianalisis secara kualitatif dengan penguraian secara deskriptif dan preskriptif, dengan maksud
agar penelitian ini tidak hanya menggambarkan data-data semata, tetapi juga mengungkapkan realitas mengenai bagaimana yang seharusnya dan bagaimana
pula kondisi riil di lapangan. Sebagai suatu analisis, maka ada 3 tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan atau Verifikasi. Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Agar data yang diperoleh di lapangan dapat dibaca dengan baik, maka hasil
reduksi data tersebut disajikan dalam berbagai bentuk, seperti : bagan maupun dalam bentuk teks naratif. Dari rangkaian kegiatan tersebut. Kemudian ditarik
kesimpulan-kesimpulan yang juga sekaligus diverifikasi, baik selama penelitian berlangsung maupun setelah penelitian dilaksanakan.
Analisa kualitatif yang bersifat deskriptif dan perskriptif ini, merupakan suatu kegiatan analisis yang bertumpu pada analisis yuridisempiris, yang
ditujukan untuk mengkaji dan mengungkap bagaimana yang seharusnya dan bagaimana pula kenyataannya.
G. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi yang berjudul prosedur mutasi jabatan berdasarkan Undang-
Undang No. 43 Tahun 1999 ditinjau dari persektif hukum administrasi negara
Universitas Sumatera Utara
Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum, sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan,
Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG MUTASI JABATAN Pada bab ini akan membahas mengenai pengertian mutasi, dasar
hukum mutasi jabatan, bentuk-bentuk dan jenis mutasi jabatan BAB II I
PELAKSANAAN MUTASI JABATAN DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA MEDAN
Bagian ini akan membahas tentang gambaran umum Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan, Implementasi Undang-undang
Nomor 43 tahun 1999 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974, Kelemahan-Kelemahan dalam Undang-
undang Nomor 43 Tahun 1999 Dalam Pengaturan Sistem Karier PNS dan Kebijakan Pemerintah dalam Menetapkanmenempatkan
Suatu jabatan BAB IV
PROSEDUR MUTASI JABATAN PADA DINAS PEKERJAAN UMUM PEMERINTAH KOTA MEDAN
Pada bagian ini membahas tentang prosedur mutasi jabatan pada Dinas Pekerjaan Umum, Dasar Hukum Mutasi Jabatan pada Dinas
Pekerjaan Umum Pemerintahan Kota Medan, Hambatan yang
Universitas Sumatera Utara
dihadapi dalam Pemutasian dan upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan Pemutasian di Dinas Pekerjaan Umum
Pemerintahan Kota Medan BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang
telah dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
26
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MUTASI JABATAN
A. Pengertian Mutasi