Gambaran Umum Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan

33 BAB III PELAKSANAAN MUTASI JABATAN DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA MEDAN

A. Gambaran Umum Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan

Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di provinsi Sumatera Utara, Kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah 29 Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar barangjasa yang relatif besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2007 diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regionalnasional. 30 Secara umum ada 3 tiga faktor utama yang mempengaruhi kinerja pembangunan kota, 1 faktor geografis, 2 faktor demografis dan 3 faktor 29 http:www.pemkomedan.go.iddiakses tanggal 1 November 2013 30 Ibid Universitas Sumatera Utara sosial ekonomi. Ketiga faktor tersebut biasanya terkait satu dengan lainnya, yang secara simultan mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota termasuk pilihan-pilihan penanaman modal investasi. Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66IIIPSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Dinas Pekerjaan Umum ini adalah Intansi yang melakukan aktivitas pembinaan jalan, pembangunan, dan jembatan. Pada mulanya Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga ini sesuai dengan surat keputusan Gubernur Nomor 651 KPTSXII1989 pada tanggal 28 September 1989 hanya merupakan sub bagian dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan, akan tetapi karena semakin meningkatnya volume pekerjaan yang harus dikelola dan dilaksanakan serta adanya tantangan kemajuan teknologi dan globalisasi politik, ekonomi, sosial dan budaya, pertahanan dan keamanan rakyat yang menghendaki pembangunan di segala bidang, dalam hal ini pemerintah mengambil kebijaksanaan mangadakan reorganisasi baik administrasi maupun teknis dalam rangka ikut serta Universitas Sumatera Utara memperdayakan sumber daya manusia ke sektor-sektor dan unit terkecil untuk menjangkau dan menyebar luaskan pemerataan pembangunan di segala pelosok desa terpencil dan langkah yang diambil adalah menjadikan Bina Marga yang semula hanya sub bagian menjadi sebuah Dinas. Pemekaran yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan adalah dengan menjadikan tiga dinas. Ketiga dinas tersebut adalah : 1. Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga 2. Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya 3. Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan diawali setelah berdirinya Kota Medan pada tahun 1965, melalui Surat Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kota Medan tanggal 29 Nopember 1966 Nomor: 14KPTSDPRD-GR-TAB66 tentang pembentukan Dinas Pekerjaan Umum Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Medan serta menetapkan pembentukan susunan organisasi dan tatakerja Dinas Pekerjaan Umum Daerah dengan Peraturan Daerah. Selanjutnya pada tahun 1982 dengan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kota Medan nomor: 20 Tahun 1981 tentang pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Dinas Pekerjaan Umum Daerah. Saat itu Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan membawahi seksi Pengairan, seksi Bina Marga, Seksi Cipta Karya dan Seksi Peralatan dan Perbekalan. Pada tahun 2000 dengan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 18 tahun 2000, Seksi Bina Marga dan Seksi Pengairan digabung menjadi satu dinas yang dipimpin seorang Kepala Dinas menjadi Dinas Bina Marga dan Pengairan. Dan Universitas Sumatera Utara Seksi Cipta Karya menjadi Dinas Cipta Karya dan Pembinaan Prasarana Daerah yang juga dipimpin seorang Kepala Dinas. Dinas Bina Marga dan Pengairan memiliki tugas melaksanakan kewenangan otonomi daerah dibidang Bina Marga dan Pengairan. Dan memiliki fungsi; perumusan kebijakan teknis dibidang Bina Marga dan Pengairan, pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan umum, pembinaan terhadap unit pelaksana teknis dinas dan cabang dinas dibidang bina marga dan pengairan, pengelolaan urusan ketatausahaan dinas. Dinas Cipta Karya dan Pembinaan Prasarana Daerah Kota Medan mempunyai tugas melaksanakan kewenangan otonomi daerah dibidang Cipta Karya dan pembinaan Prasarana Daerah. Dan memiliki fungsi: Perumusan kebijakan teknis di bidang cipta karya dan pembinaan prasarana daerah, pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum, pembinaan terhadap unit pelaksana teknis Dinas dan Cabang Dinas dibidang Cipta Karya dan Pembinaan Prasarana Daerah, pengurusan ketatausahaan Dinas. 31 Dinas Pekerjaan Umum merupakan pelaksana Otonomi Daerah di bidang pekerjaan umum. Dinas Pekerjaan Umum dipimpin oleh Kepala Dinas yang dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya berada di bawah dan Pada tahun 2007 dengan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor: 10 Tahun 2007, Dinas Pekerjaan Umum dalam keorganisasiannya membawahi Bidang Bina Marga, bidang Pengembangan Kontruksi, Bidang Pengairan, dan Bidang Cipta Karya. 31 Ibid Universitas Sumatera Utara bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas Pekerjaan Umum melaksanakan tugas pokok penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pekerjaan umum. 32 1. Visi Terwujudnya sarana dan prasarana kota dan lingkungan permukiman yang berkualitas untuk pertumbuhan dan perkembangan kota yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. 2. Misi a. Meningkatkan kualitas perencanaan dan pengawasan teknis dalam penyediaan infrastruktur perkotaaan, saranaprasarana permukiman, gedung daerah dan fasilitas umum; 2. Meningkatkan kualitas pelaksanaan pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur perkotaaan, saranaprasarana permukiman, gedung daerah dan fasilitas umum; 3. Meningkatkan kualitas pelayanan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran; 4. Meningkatkan kualitas pelayanan pengujian mutu bahan bangunan dan perbengkelan; 5. Meningkatkan kualitas penataan tata ruang, optimalisasi pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan; 32 http:pu.medankota.go.iddiakses tanggal 1 November 2013 Universitas Sumatera Utara 6. Meningkatkan kualitas pelayanan administrasi umum penunjang peningkatan kinerja aparatur. 1. Tugas Pokok Dinas Pekerjaan Umum melaksanakan tugas pokok penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pekerjaan umum. 2. Fungsi a. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang pekerjaan umum; b. Penyusunan dan pelaksanaan Rencana Strategis Renstra dan Rencana Kerja Renja di bidang pekerjaan umum; c. Pelaksanaan pengaturan, pembinaan, pembangunanpengelolaan, pengawasan dan pengendalian sumber daya air; d. Pelaksanaan pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengusahaan serta pengawasan jalan kota; e. Pelaksanaan pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan drainase; f. Pelaksanaan kegiatan bidang pembangunan kawasan; g. Pemberian pertimbangan teknis perijinan di bidang pekerjaan umum; h. Pemberian dan pencabutan perijinan di bidang pekerjaan umum; i. Pelaksanaan kegiatan bidang pemungutan retribusi; j. Pengelolaan administrasi umum meliputi penyusunan program, ketatalaksanaan, ketatausahaan, keuangan, kepegawaian, rumah tangga, perlengkapan, kehumasan, kepustakaan dan kearsipan; k. Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal SPM; Universitas Sumatera Utara l. Penyusunan dan pelaksanaan Standar Pelayanan Publik SPP; m. Pelaksanaan pencatatan sipil; n. Pelaksanaan kegiatan bidang pemungutan retribusi; o. Pelaksanaan administrasi umum meliputi penyusunan program, ketatalaksanaan, ketatausahaan, keuangan, kepegawaian, rumah tangga, perlengkapan, kehumasan, kepustakaan, dan kearsipan; p. Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal SPM; q. Penyusunan dan pelaksanaan Standar Pelayanan Publik SPP; r. Pelaksanaan fasilitasi pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat IKM danatau pelaksanaan pengumpulan pendapat pelanggan secara periodik yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas layanan. s. Pengelolaan pengaduan masyarakat di bidang pekerjaan umum; t. Penyampaian data hasil pembangunan dan informasi lainnya terkait layanan publik secara berkala melalui web site Pemerintah Daerah; u. Penyelenggaraan UPT dan jabatan fungsional; v. Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi; w. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya; 1. Tujuan Mendayagunakan Potensi Sumber Daya Alam Dan Manusia Untuk Meningkatkan Kualitas Dan Kuantitas Infrastruktur Perkotaan Permukiman, Gedung DaerahFasilitas Umum Dan Pemanfaatan Ruang Yang Berkelanjutan Dan Berwawsan Lingkungan. Universitas Sumatera Utara 2. Sasaran a. Tersedianya perencanaan teknis dan pengawasan teknis dibidang Pekerjaan Umum yang akurat dan aplikatif; b. Meningkatnya kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana kota dan lingkungan permukiman; c. Meningkatnya kualitas pencegahan dan penanggulangan bencana; d. Menyediakan sarana dan prasarana gedung pemerintah ; e. Meningkatnya pelayanan air bersih dan ketersediaan sarana prasarana penyehatan lingkungan permukiman; f. Meningkatnya kesesuaian pemanfaatan ruang terhadap tata ruang kota ; g. Meningkatnya pelayanan dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah dari Pengujian Mutu Bahan dan Perbengkelan; h. Terpenuginya sarana dan prasarana kerja aparatur; i. Meningkatnya kualitas aparatur pemerintah; j. Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pemerintahan. B. Implementasi Undang-undang Nomor 43 tahun 1999 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 Dalam praktek penyelenggaraan administrasi kepegawaian menurut Undang-Undang tersebut diatas pada tiap-tiap tahun anggaran ditetapkan formasi Pegawai Negeri Sipil untuk masing-masing satuan organisasi satuan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang disusun berdasarakan analisis kebutuhan dan penyediaan pegawai sesuai dengan jabatan yang tersedia. Universitas Sumatera Utara Reformasi kelembagaan negara yang dilakukan saat ini terlihat lebih cenderung ditafsirkan sebagai reformasi institusional, hal itupun hanya menyentu segi formal lembaganya belum sampai menyentu pada paradigma visi dan kultur kelembagaan. Reformasi yang menyangkut personalia SDM dilingkungan birokrasi terlihat hanya bersifat bongkar pasang dan terbentur oleh banyak kendala serta disorientasi pemikiran. Transformasi legal framework sebagai pijakan normatif manajemen Pegawai Negeri Sipil terlihat masih dilakukan dengan setengah hati untuk tidak mengatakan dengan berat hati. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 yang seharusnya diganti ternyata hanya direfisi secara persialistik melalui Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999. Transformasi normatif manajemen Pegawai Negeri Sipil tersebut dalam Implementasinya banyak terganjal oleh kultur lama yang terlanjur mengakar dan sulit diubah sebagai akibat pola rekruitmen pegawai masa lalu yang lebih bernuansa “rekruitmen politik” untuk kepentingan membesarkan dukungan terhadap partai yang masa lalu mengkooptasi birokrasi. 33 Pelaksanaan Peraturan Perundang-undangan tersebut di Pemerintahan Pusat dan daerah meskipun secara normatif telah di gariskan harus di dasarkan pada sistem prestasi kerja merit system, artinya pengangkatan berdasarkan kecakapan, bakat, pengalaman, dan kesehatan sesuai dengan kriteria yang telah digariskan. Ternyata dalam implementasinya sebagai akibat bias dalam pola 1. Sistem yang dipakai dalam pengangkatan pegawai 33 W. Riawan Tjandra, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2008, hlm 171 Universitas Sumatera Utara rekruitmen, lebih menampakkan sistem kawan patronage system, yaitu pengangkatan pegawai didasarkan atas adanya hubungan subyektif, yaitu hubungan yang diperhitungkan antara subyek-subyeknya. Dalam sistem ini pada dasarnya terdapat beberapa hubungan subyektif antara lain: a. Hubungan yang bersifat politik spoil System b. Hubungan yang non politik nepotism. Juga mengandung unsur nepotism penerimaan pegawai yang didasarkan pada hubungan darah, clan maupun kawan, yang dapat mengakibatkan telah diangkatnya orang-orang yang tidak cakap, tertutupnya kemungkinan kesempatan bagi orang biasapenduduk untuk melamar suatu jabatan, sering timbul adanya rasa tidak puas dari para pegawai yang ada dalam organisasi yang bersangkutan karena tidak mendapat perlakuan secara adil. Disamping itu pengangkatan jabatan struktural mengandung unsure spoil system penerimaan pegawai yang dasarnya adalah pertimbangan politis untuk memberikan dukungan terutama pada partai yang berkuasa. Yang artinya jabatan-jabatan negeri yang penting dan strategis hampir seluruhnya diduduki oleh anggota partai politik yang menang dalam pemilihan umum, dan para pemegang jabatan dari partai politik yang kalah maka ia harus segera berhenti untuk mengundurkan diri dari jabatannya masing-masing. Pengangkatan jabatan stuktural dengan merit system sangat efektif dimana kesempatan bekerja selalu terbuka untuk umum, dapat diperoleh tenaga-tenaga yang cakap, dan dapat mendorong calon-calon pegawai yang belum memenuhi Universitas Sumatera Utara syarat untuk membenahi diri lebih menigkatkan profesionalismenya dalam tugas dan kewajiban sebagai Pegawai Negeri Sipil. 2. Pertimbangan dalam yuridis formal Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan stuktural yang semestinya dilakukan atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang ada dalam peraturan birokrasi kita seperti yang dijelaskan diatas, karena pada dasarnya peraturan perundangan tersebut sangat memungkinkan dilaksanakan merit system. Namun pada kenyataannya hal tersebut sulit dilakukan. Kompetensi jabatan, pendidikan, kepangkatan, kesehatan, pengalaman sangat muda diabaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian selaku “user” atau pemakai terhadap pejabat birokrasi yang ada di daerah. Setiap daerah memang telah memiliki perangkat dalam bentuk institusi yang berfungsi memberikan pertimbangan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah menyangkut jabatan struktuar yaitu Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan Baperjakat maupun institusi yang berfungsi melakukan manajemen Pegawai Negeri Sipil di daerah yaitu Badan Kepegawaian Daerah BKD. Namun kedua institusi tersebut sangat sulit melaksanakan fungsi secara benar dikarenakan Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah dengan mudah dapat melakukan penekanan dan mengatur kinerja Baperjakat dan BKD. Mudahnya bagi Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah melakukan deviasi terhadap aturan yuridis formal kepegawaian dan melakukan penekanan terhadap kinerja Baperjakat dan BKD, didasari oleh celah yang dalam aturan formal kepegawaian memungkinkan bagi Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Universitas Sumatera Utara melakukan tindakan tersebut. Lemahnya posisi Baperjakat dan BKD secara terstruktur atas Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah dan Banyaknya celah serta kelonggaran dalam aturan formal kepegawaian menjadikan Gubernur sebagai Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah mudah melakukan penekanan serta melakukan penyimpangan aturan kepegawaian pada pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural. Sehingga pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil di daerah banyak diwarnai oleh pertimbangan di luar ketentuan yuridis formal. Pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dalam dan dari jabatan struktural memang telah diatur dalam beberapa peraturan perundangan di Indonesia. Sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 bahwa pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam dan dari jabatan struktural antara lain dimaksudkan untuk membina karier Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural dengan kepangkatan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundangan yang berlaku. Karenanya dengan Surat Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 13 tahun 2002 diatur tentang ketentuan pelaksanan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural yang merupakan petunjuk pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2002. Ketentuan pelaksanaan pengangkatan dalam jabatan structural bertujuan untuk memberikan pedoman kepada pejabat yang berwenang dan pejabat yang secara fungsional membidangi manajemen Pegawai Negeri Sipil dalam dan dari jabatan struktural, serta hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut. Universitas Sumatera Utara Mengenai Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 pelaksanaannya memang selalu terjadi ketidak sesuaian antara persyaratan yang ditentukan dengan cara menempatkan seseorang dalam suatu jabatan. Apalagi ketika Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi membuat komitmen tertentu termasuk pertimbangan lain dalam penetapan jabatan struktural, maka perangkat kepegawaian di daerah tidak berbuat apa-apa Sementara juga terjadi tumpang tindi antara Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. Ada beberapa Pasal dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang juga mengatur tentang kepegawaian, sementara kepegawaian telah memiliki aturan main sendiri yaitu Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, dan perubahan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 justru disesuaikan dengan Undang- Undang Pemerintahan Daerah, bukan merubah Undang-Undang Kepegawaian yang disesuaikan dengan tuntutan perkembangan jaman. Jadi selama ini pemerintah hanya merubah bentuk petunjuk pelaksanaan di bidang kepegawaian yang disesuaikan dengan perubahan Pemerintahan Daerah. Kemudian hal lain adanya Perubahan Peraturan Perundangan yang tidak segera diikuti dengan petunjuk pelaksanaan, sehingga setiap daerah cenderung menafsirkan sendiri setiap bentuk aturan main dalam bidang kepegawaian. Di era otonomi daerah KabupatenKota memiliki kewenangan untuk menentukan segala bentuk kebijakan yang dianggap cocok dengan kebutuhan daerah termasuk dibidang kepegawaian. BupatiWalikota merupakan Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah di KabupatenKota dan Gubernur merupakan Universitas Sumatera Utara Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah di Provinsi. Provinsi tidak dapat melakukan tindakan hokum terhadap bentuk pelanggaran yang terjadi di KabupatenKota, demikian pula sebaliknya.

C. Kelemahan-Kelemahan dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 Dalam Pengaturan Sistem Karier PNS

Dokumen yang terkait

Kajian Hukum Administrasi Negara Terhadap Pelaksanaan Pelayanan Publik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 (Studi di Kecamatan Sibolga Kota)

7 136 99

Pencatatan Kelahiran Di Kabupaten Dairi Dalam Rangka Pelaksanaan Administrasi Kependudukan Menurut Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2006 Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

3 84 89

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999.

0 84 124

Prosedur Penebangan Pohon Pada Dinas Pertamanan Kota Medan Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

3 74 98

Peranan Badan Amil Zakat Berdasarkan Undang - Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Sumatera Utara (Studi Pada Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara)

0 37 186

Pengoplosan Beras Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

11 144 123

Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM Sumatera Utara)

1 56 180

undang undang no 43 tahun 1999

0 0 28

BAB II PEMUTASIAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA F. Pengertian Mutasi - Prosedur Pemutasian Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara(Studi Di Polresta Medan)

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Prosedur Mutasi Jabatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Ditinjau Dari Persektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum)

0 2 25