rupiah dari periode sebelumnya sebesar 443.264,5 juta rupiah atau sebesar 643.291,3 juta rupiah 145,12 persen.
4.3.4. Indeks Harga Energi Listrik
Besarnya tarif tenaga listrik ataupun harga jual energi listrik bagi energi listrik yang dihasilkan oleh Pemegang Usaha Kelistrikan dalam hal ini adalah PLN dan
Pemegang Izin Usaha Kelistrikan untuk Kepentingan Umum, yang dijual untuk kepentingan umum, ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini mengingat bahwa energi listrik
merupakan salah satu faktor yang penting dalam menggerakkan ekonomi nasional, sehingga tarif energi listrik harus diupayakan agar terjangkau oleh masyarakat luas. Di
samping itu, tarif listrik juga harus dapat membantu meningkatkan daya saing hasil-hasil produk dalam negeri.
Tabel 4.5 Indeks Harga Energi Listrik Sumut
Tahun 1990-2004 dalam satuan RupiahKWh Tahun
Indeks Harga Energi Listrik
1990 100.00
1991 112.83
1992 116.16
1993 113.16
1994 132.06
1995 138.80
1996 140.20
1997 142.93
1998 173.70
1999 180.30
2000 229.33
2001 275.26
2002 365.83
2003 444.23
2004 467.80
Sumber: Statistik Ekonomi Energi ESDM 2006
Universitas Sumatera Utara
Besarnya tarif listrik dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang tidak terlalu signifikan. Kenaikan ini disebabkan semakin meningkatnya biaya produksi dalam
meningkatkan energi listrik. Sejauh ini pembangkit energi listrik PLN Regional Sumut Sumut Sumatera Utara pada umumnya menggunakan BBM. Kebutuhan BBM untuk
operasional pembangkit PLN meningkat sehingga biaya produksi per KWh meningkat.
4.3.5. Perkembangan energi listrik hilang losses oleh PT. PLN Persero Regional Sumatera Utara
Dalam hal penyaluran energi listrik yang dilakukan oleh PT.PLN Persero Regional Sumut terjadi penyusutan yang pada akhirnya mengurangi jumlah penawaran
energi listrik di Sumatera Utara. Adapun penyusutan energi listrik losses terjadi pada jaringan transmisi dan distribusi energi listrik itu sendiri. Dari sisi penyusutan pada
transmisi, fluktuasi energi listrik yang susut tersebut diakibatkan oleh seringnya terjadi kerusakan mesin-mesin pembangkit yang umumnya sudah berumur relatif tua dan
minimnya perawatan terhadap mesin-mesin pembangkit tersebut. Dan dari sisi distribusi, penyusutan energi listrik lebih disebabkan oleh maraknya terjadi pencurian energi listrik
yang dilakukan oleh pelanggan dari sektor rumah tangga. Fluktuasi angka penyusutan energi listrik tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.10 Tingkat Energi Listrik Hilang Losses PT.PLN Persero Regional Sumut
Tahun 1990-2004 dalam satuan KWh Tahun
Energi Listrik Hilang Losses
1990 250.724.147
1991 244.991.287
1992 221.742.963
1993 194.904.575
1994 204.001.639
Universitas Sumatera Utara
1995 225.857.549
1996 236.494.008
1997 247.537.755
1998 242.376.975
1999 273.578.475
2000 581.969.663
2001 283.364.897
2002 316.209.619
2003 342.923.505
2004 380.020.020
Sumber: Statistik PT.PLN Persero Regional Sumatera Utara
Penyusutan yang terjadi dari tahun 1990-1993 mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Dimana pada tahun 1990 jumlah penyusutan tercatat sebesar 250.724.147
KWh, turun menjadi 194.904.575 KWh pada tahun 1993 atau berkurang sebesar 55.819.572 KWh 22,26 persen. Mengalami kenaikan sampai dengan tahun 1997
menjadi 247.537.755 KWh dan sedikit berfluktuasi dalam kurun waktu dua tahun berikutnya. Terjadi kenaikan yang cukup signifikan di tahu 2000 menjadi 581.969.663
KWh dari tahun sebelumnya yaitu 273.578.475 KWh atau meningkat sebesar 308.391.188 112,7 persen. Hal ini diakibatkan oleh faktor resesi ekonomi yang melanda
Indonesia di tahun 1999. Di tahun 2001 penyusutan dapat ditekan menjadi seminim mungkin walaupun di tahun berikutnya terjadi kenaikan sampai dengan tahun 2004.
4.3.6. Perkembangan Harga BBM di Sumatera Utara Tabel 4.11