Tinjauan Perekonomian Kondisi Geografis Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara 1. Fisiografi

kecamatan cukup bervariasi. Pada umumnya pengembangan di propinsi Sumatera Utara mempunyai kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Salah satu faktor yang menyebabkan penyebaran penduduk tidak merata adalah pembangunan sarana serta prasarana, disamping itu juga karena merupakan kawasan yang ekonominya berkembang pesat. Biasanya penduduk akan berpindah dari daerah asal untuk mencari penghidupan yang lebih baik di kota. Wilayah-wilayah yang menjadi pusat pengembangan pembangunan menjadi tumpuan harapan untuk mendapatkan pekerjaan yang selanjutnya akan meningkatkan kesejahteraan hidup dan pendapatan perkapita.

4.1.3. Tinjauan Perekonomian

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan, khususnya di bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan gambaran tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Untuk melihat perkembangan ekonomi tersebut secara rinci dari tahun ke tahun, disajikan melalui PDRB atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha secara berkala pertumbuhannya. Jika terjadi pertumbuhan positif, hal ini menunjukkan adanya peningkatan perekonomian dibandingkan dengan tahun yang lalu. Sebaliknya apabila menunjukkan terjadinya penurunan perekonomian dibandingkan tahun yang lalu. Propinsi ini merupakan kampung halaman suku Batak, terutama tinggal didataran tinggi. Sementara di daerah pesisir terdapat suku bangsa Melayu di pesisir timur, dan suku bangsa Nias di pesisir barat. Selain itu, di propinsi ini juga hidup beberapa suku bangsa lain seperti Jawa, Aceh, Minangkabau, dan Tionghoa. Universitas Sumatera Utara Sektor pertanian berperan paling signifikan dalam struktur ekonomi Propinsi Sumatera Utara 24,33 PDRB. Dari sektor ini, yang paling layak dijadikan andalan adalah perkebunan terutama kelapa sawit, karet, kelapa, kopi, dan coklat. Sumatera Utara merupakan salah satu pusat perkebunan di Indonesia. Pengembangan perkebunan yang terbaik adalah dengan dilakukan dengan membentuk klaster pada daerah-daerah penghasil utama. Klaster kelapa sawit dapat mencakup Labuhan Batu, Tapanuli Selatan, Langkat, Simalungun, Asahan, Deli Serdang, Mandailing Natal, dan Serdang Bedagai. Sementara klaster karet sebaiknya dilakukan di Labuhan Batu, Mandailing Natal, Langkat, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Nias, dan Simalungun. Sedangkan pengembangan klaster kelapa sebaiknya dikonsentrasikan di Asahan, Nias, dan Nias Selatan. Klaster coklat sebaiknya dikonsentrasikan di Asahan, Simalungun, Deli Serdang, dan Nias. Sementara klaster kopi sebaiknya dikembangkan di Dairi, Simalungun, Samosir, Tapanuli Selatan, dan Mandailing Natal. Sedangkan untuk tanaman bahan makanan, Sumatera Utara menghasilkan padi sawah sebesar 2.870.944,00 ton. Produksi padi secara signifikan dihasilkan oleh Kabupaten Simalungun, Serdang Bedagai, Deli Serdang, Langkat, dan Tapanuli Selatan. Tanaman bahan makanan andalan lainnya adalah jagung dan ubi kayu. Produksi signifikan jagung dihasilkan oleh Kabupaten Simalungun, Karo, Deli Serdang, dan Langkat. Sementara produksi ubi kayu dihasilkan secara signifikan oleh Kabupaten Simalungun dan Serdang Bedagai. Peternakan di Sumatera Utara diwarnai tingginya populasi ternak. Populasi ternak besar antara lain Kerbau sebanyak 261.794 ekor dan Sapi 251.488 ekor, dan Kambing Universitas Sumatera Utara 643.860 ekor. Ternak unggas antara lain Ayam Ras Pedaging 42.763.530 ekor, Ayam Kampung 20.175.268,00 ekor, dan Ayam Ras Petelur 8.080.511 ton. Sumatera Utara juga merupakan penghasil produk kehutanan antara lain Log Pinus 1.172.316,74 M3, Pulp 147.281,50 ton, Kayu Gergajian 112.939,08 M3, dan Moulding 105.355,53 M3. Selain itu, daerah ini juga potensial mengembangkan perikanan, terutama ikan laut. Konsentrasi produksi Ikan Laut ada di Propinsi Sumatera Utara, Asahan, Sibolga, Tanjung Balai, dan Tapanuli Tengah. Di sektor industri pengolahan yang menempati tempat kedua dalam PDRB 24,08, kegiatan industri besar dan sedang menghasilkan nilai output Rp 60.374,25 milyar. Nilai output terbesar dihasilkan oleh Asahan Rp 17.042,25 milyar, Propinsi Sumatera Utara Rp 13.601,05 milyar, dan Deli Serdang Rp 9.075,19 milyar. ketiga daerah ini cocok untuk dijadikan klaster industri. 4.2. Gambaran Umum PT. PLN Persero Regional Sumatera Utara 4.2.1. Sejarah Berdirinya PT. PLN Persero Regional Sumatera Utara Perusahaan listrik pertama kali berdiri di Indonesia pada tahun 1893, di wilayah Batavia sekarang Jakarta. Kemudian disusul berturut-turut di Surabaya, medan, Palembang, Makasar Ujung Pandang dan Ambon. Pembangunan fasilitas kelistrikan di Sumatera Utara pertama kali disediakan pada tahun 1923 di Medan oleh perusahaan swasta Belanda NV.NIGEMNV.OGEM menjadi NV.OGEM menjadi DENKO KYOKU, yang kemudian sebagai pelaksanaan dari Konferensi Meja Bundar, tahun 1949 dikembalikan kepada swasta Belanda. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya pada tanggal 3 Oktober 1953 sesuai dengan Kepres No.163, NV.OGEM dinasionalisasikan dan dirubah menjadi Perusahaan Listrik Negara Distribusi Sumatera Timur, dengan area pengusahaan mencakup Sumatera Timur, Tapanuli dan Aceh. Kemudian dengan SK Menteri PUT No.16I120 tanggal 20 Mei 1961 PLN Distribusi Sumatera Timur PUTL No.01PRT73 PLN Exploitasi I berubah menjadi PLN Exploitasi II. Kemudian berdasarkan SK Menteri PUTL Nomor 013PRT75 berubah menjadi PLN Regional Sumut Sumut Sumatera Utara. Dengan keluarnya peraturan Pemerintah No.231994 tanggal 16 Juli 1994 maka ditetapkan status PLN sebagai Persero. Adapun yang melatarbelakangi perubahan status tersebut adalah untuk mengantisipasi kebutuhan listrik yang terus meningkat dewasa ini. PLN Regional Sumut Sumatera Utara sesungguhnya merupakan representasi gabungan dari semua unit PLN yang beroperasi secara bersama di wilayah kerja Propinsi Sumatera Utara. Di dalamnya terdapat 5 unit PLN yang masing-masing memiliki fungsi spesifik yang saling melengkapi dalam satu sistem operasi ketenagalistrikan, yaitu : a. PT PLN Persero Pikitring Sumut Aceh, yang tugas utamanya melakukan pembangunan Pusat Pembangkit, Jaringan Transmisi serta Gardu Induk. b. PT PLN Persero Pembangkitan Sumatera Bagian Utara, bertanggung jawab atas pengoperasian serta pemeliharaan pembangkit untuk memproduksi energi listrik dalam jumlah besar yang bersumber dari pemanfaatan berbagai energi primer. c. PT PLN Persero P3B Sumatera - Unit Pengatur Beban Sumatera Bagian Utara, bertugas menyalurkan energi listrik dalam jumlah besar dari pusat pembangkit Universitas Sumatera Utara listrik ke pusat beban melalui jaringan transmisi bertegangan tinggi, dan pengoperasian sistem energi listrik. d. PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, berfungsi mendistribusikan energi listrik dari Gardu Induk sampai ke tangan konsumen melalui Jaringan Tegangan Menengah JTM, Jaringan Tegangan Rendah JTR, Gardu Distribusi dan Sambungan Rumah SR. e. PT PLN Persero Udiklat Tuntungan, menyediakan jasa pendidikan dan pelatihan bagi pegawai PLN maupun instansi lain diluar PLN yang membutuhkan. Secara Umum PLN Regional Sumut ini melayani daerah yang meliputi 20 Kabupaten, dan 7 Kotamadya se-Propinsi Sumatera Utara. Dalam memberikan layanannya PLN didukung oleh 8 unit Kantor Cabang, 11 Rayon, 50 Ranting, 4 Sub Ranting dan 114 Kantor Jaga dengan jaringan tegangan menengah sepanjang 20.064 Kms, 21.242 Kms jaringan tegangan rendah serta 14.703 buah gardu dibawah naungan PLN Wilayah Sumatera Utara yang melayani 2.104.916 pelanggan data sd September2005. Kebutuhan listrik daerah Sumut sendiri dipasok dari 8 Unit Pembangkit yang dioperasikan PLN Pembangkitan Sumbagut. Suplai energi listrik terbesarnya berasal dari PLTGU Belawan yang terletak di Pulau Naga Putri Sicanang dengan daya tepasang sebesar 1077,9 MW. Dan untuk menyalurkan listrik agar sampai ke pelanggan, PLN juga mengoperasikan 3.295,4 Kms jaringan transmisi tegangan tinggi dan gardu induk berkapasitas 2.175 Mva kelolaan PLN P3B Sumatera - Unit Pengatur Beban Sumbagut. [PLN - 2006] Universitas Sumatera Utara

4.2.2. Struktur Organisasi PT. PLN Persero Regional Sumatera Utara