mengatasi kelangkaan sumber daya energi terus diupayakan namun kelangkaan ternyata masih menjadi momok bagi sebagian masyarakat.
Perbedaan kondisi tersedianya sumber daya energi akan membatasi pertumbuhan potensial suatu perekonomian sebab kelangkaan sumber daya energi dalam segala
bentuknya akan sangat mempengaruhi ruang gerak dalam berproduksi. Pembangunan ekonomi mencakup pengertian yang sangat luas dan tidak hanya
sekedar menaikkan pendapatan per kapita per tahun saja, bahkan indikator PNB sebagai, sebagai indikator utama, tidak selalu dapat menggambarkan suksesnya suatu
pembangunan. Indikator-indikator yang lain seperti pendidikan, distribusi pendapatan, jumlah penduduk miskin juga menunjukkan keberhassilan pembangunan. Menurut
Sukirno, tujuan dari pembangunan ekonomi adalah mencapai kesejahteraan masyarakat yang ditujukan oleh kecenderungan kenaikan pendapatan per kapita dalam jangka
panjang. Tujuan pembangunan tidak saja berorientasi pada kemakmuran ekonomi atau
peningkatan pendapatan masyarakat, tetapi juga harus menyentuh aspek-aspek non ekonomi.
2.4. Peranan Energi dalam Pembangunan di Indonesia
Energi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan bagi tercapainya sasaran pembangunan. Peranan energi untuk pembangunandi Indonesia mencakup dua
hal yaitu sebagai sumber dana pembangunan penerimaan pemerintah yang berasal dari devisa ekspor dan yang utama untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri yang
dibutuhkan dalam pembangunan.
Universitas Sumatera Utara
a. Peranan energi sebagai sumber penerimaan negara
Penerimaan negara dari sektor minyak dan gas bumi penerimaan migas memberikan sumbangan yang cukup penting dalam perekonomian
Indonesia.Walaupun peranan migas dalam hal penerimaan negara relative semakin menurun, namun dalam jangka waktu lima tahun terakhir, rata-rata
penerimaan migas masih mencakup yaitu sekitar 30 dari total penerimaan negara. Dimana sektor non-migas lebih mendominasi terutama di sektor pajak.
Besarnya penerimaan dari sektor migas dipengaruhi antara lain oleh besarnya tingkat produksi minyak mentah dan kondesat, volume ekspor LNG dan LPG,
harga minyak mentah dan biaya produksi. Unsur lain yang juga penting dan mempengaruhi besarnya penerimaan minyak dan gas adalah nilai tukar mata uang
kurs. Rincian penerimaan negara dari sektor migas tahun anggaran 199798-2001 dapat
dilihat dalam table dibawah ini.
Tabel 2.1 Penerimaan Negara dari Minyak dan Gas Bumi
Tahun 19971998-2001
Tahun Penerimaan
Dalam Negeri
Penerimaan Minyak dan Gas Kontribusi
Pendapatan Migas
Minyak Bumi
Gas Alam
Jumlah
199798 112.126,1
22.244,0 8.315,0
30.559,0 27.25
199899 158.042,4
25.957,4 15.410,9 41.368,3
26,10 19992000
a
201.942,3 38.023,7 20.457,8
58.481,5 29,00
2000
b
204.942,3 58.542,9 26.769,6
85.312,5 41,63
2001 286.844,6
67.855,1 67.855,1 104.192,6 36,32
Sumber: Ditjen MigasDMB
Universitas Sumatera Utara
Catatan:
ii. APBN-P
iii. Tahun 2000=April-Desember
b. Peranan energi untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri
Konsumsi energi Indonesia pada era permulaan industrialisasi tahun 1984 terbesar sebagai berikut: sektor industri 36,4, sector transportasi 32,51 dan
sektor rumah tangga 31,09 dari total energi sebesar 958,26 PJ. Perubahan distribusi konsumsi pada tahun 19971998, dimana sektor transportasi menjadi
pemakai energi terbesar, dengan pangsa 39,95. Sektor industri 36,9 dan sektor rumah tangga 23,16 dari total konsumsi 2.369,17 PJ. Salah satu faktor
yang menyebabkan perubahan tersebut adalah krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan sebagian besar negara-negara di Asia saat itu.
Dari kondisi diatas terlihat bahwa hubungan perekonomian dengan energi sedemikian kuat, peningkatan kegiatan ekonomi biasanya diikuti dengan
meningkatnya konsumsi energi. Di Indonesia tercermin dari meningkatnya pertumbuhan ekonomi sebesar 7 per tahun mengakibatkan pertumbuhan
konsumsi energi meningkat sebesar 10. Hubungan tersebut dikenal dengan “elastisitas energi” terhadap kegiatan energi, atau dapat didefenisikan sebagai
perubahan pertumbuhan energi sebagai akibat perubahan kegiatan ekonomi. •
Konsumsi energi sektor industri Perkembangan teknologi turut mempengaruhi pangsa penggunaan sumber
energi di sektor industri, dari total 48 PJ yang digunakan tahun 1969, BBM mendominasi pangsa tersebut sebesar 86,76, disusul gas bumi 5,74,
Universitas Sumatera Utara
listrik 4,81 dan batubara 2,68. Besarnya konsumsi energi di sektor industri selain disebabkan oleh bermunculnya jenis industri baru, juga
disebabkan oleh penggunaan peralatan di sektor industri yang sangat padat energi atau dikenal energi intensive.
• Konsumsi energi sektor transportasi
Pertumbuhan konsumsi energi di sektor transportasi sangat dramatis. Jika di tahun 1969 sebesar 71,02 PJ hampir seluruhnya berasal dari BBM yakni
sebesar 97,87 dan sisanya batubara sebesar 2,31, maka konsumsi energi sektor ini meningkat hampir 13 kali di tahun 1999 menjadi 903,1 PJ. Dari
konsumsi energi sebesar itu, BBM mendominasi pasokannya yakni sebesar 99,88. Sisanya gas bumi yakni sebesar 0,12. Dapat dilihat bahwa
penyediaan bahan bakar sektor transportasi hanya terbatas pada media cair dan gas, terlihat bahwa ketergantungan sektor transportasi sangat tinggi
terhadap BBM dan gas. •
Konsumsi energi sektor rumah tangga Distribusi pemakaian energi di sektor rumah tangga sangat tergantung pada
kegiatan rumah tangga. Berdasarkan data Ditjen Migas DMB, pada tahun 1999 total konsumsi energi sektor rumah tangga sebesar 610,245 PJ, kegiatan
memasak mengkonsumsi 64 persennya, penerangan 23, hiburan 8, komersil 1 dan lain-lain sebesar 4. Selain itu berdasarkan jenis energi
yang digunakan, minyak tanah merupakan energi yang paling dominan dengan pangsa pasar 70,83, listrik 23,78 dan LPG 5,31.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Listrik Sebagai Sumber Daya Energi