PENDAHULUAN Analisis Usahatani Kakao(Studi Kasus : Desa Kuala Lau Bicik, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang bagus untuk mengembangkan sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor perkebunan. Sebagai suatu kepulauan yang terletak di daerah tropis sekitar khatulistiwa, Indonesia memiliki beragam jenis tahan yang mampu menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun, konsisi alam yang memenuhi persyaratan tumbuh tanaman, dan curah hujan rata-rata per tahun yang cukup tinggi, semua kondisi itu merupakan faktor-faktor ekologis yang baik untuk membudidayakan tanaman perkebunan Rahardi, 1995. Berbagai usaha telah dilaksanakan untuk pengembangan coklat. Perbaikan teknik budidaya pada akhirnya akan membawa manfaat dalam usaha pengembangan tersebut. Teknik pembibitan yang efisien, usaha mendapatkan bahan tanam unggul melalui hibridasi, metode pemangkasan untuk membentuk habitat yang baik, pengaturan jarak tanam, usaha perlindungan terhadapa hama dan penyakit ditujukan kepada ditemukannya suatu priode penanaman dan pemeliharaan coklat yang efisien dengan sasaran produksi maksimum. Siregar, Tumpal HS., 2003 Tanaman kakao merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan berperan penting bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam penyediaan lapangan pekerjaan, sumber pendapatan bagi petani dan sumber devisa bagi negara disamping mendorong berkembangnya agribisnis kakao dan agroindustri dan sejak awal tahun 1980-an perkembangan tanaman kakao sangat pesat Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004. Universitas Sumatera Utara Biaya produksi tanaman cokelat adalah nilai korbanan yang dikeluarkan selama proes produksi berlangsung dalam satu siklus produksi. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap yaitu biaya yang nilainya tetap sampai pada batas tertentu yang tidak dipengaruhi oleh volume hasil. Biaya tidak tetap yaitu biaya yang nilainya tambah sesuai dengan volume produksi yang dihasilkan. Siregar dan Tumpal HS., 2000. Biaya usahatani cokelat pada umumnya dapat dibagi menjadi 2 dua jenis, yaitu biaya prasaranasarana produksi dan biaya tenaga kerja. Pada usahatani cokelat biaya prasarana dan sarana produksi meliputi pembelian bibit cokelat, pupuk, obat-obatan dan peralatan yang diperlukan. Adapun biaya tenaga kerja meliputi biaya pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, penyerbukan, maupun biaya tenaga kerja lainnya yang berkaitan dengan kegiatan usahatani cokelat Siregar dan Tumpal HS., 2000. Dalam merencanakan usahatani tanaman cokelat dalam satu luasan areal diperlukan penyusunan farm budget. Tujuan dari penyusunan farm budget adalah untuk mengevaluasi taksiran biaya cost maupun manfaat benefit yang akan dihasilkan selama umur proyek dari tanaman coklat tersebut. Untuk mendapatkan gamabaran tingkat kelayakan perlu dilakukan analisis finansial. Langkah yang akan mendukung dalam analisis finansial dalam suatu proyek usahatani adalah menentukan koefisien teknis. Koefisien teknis ini merupakan acuan dalam analisis finansial. Adapun koefisien teknis yang perlu diperhatikan dalam usahatani tanaman cokelat antara lain adalah: - Jarak tanam, misalnya 3m X 3m. - Jumlah keperluan tanaman pelindung tetap, misalnya 300 batang. Universitas Sumatera Utara - Jumlah keperluan bibit cokelat, misalnya 1200 batang. - Umur tanaman cokelat pertama kali berproduksi diperkirakan 4 tahun. - Umur proyek tanaman cokelat diperkirakan 20 tahun. - Nilai sisa dari proyek usahatani tanaman cokelat. Dengan demikian akan dapat diketahui secara pasti tingkat kelayakan usahatani cokelat. Pengolahan biji cokelat, meliputi pembuangan pulp, pematian biji, pembentukan aroma, pengeringan dan kesesuaian kandungan biji serta berat keringnya sehingga siap digunakan untuk berbagai kebutuhan. Sistem tata niaga komoditi cokelat di dalam negeri sebagian besar bergantung pada produksi cokelat yang dihasilkan. Tata niaga produksi cokelat yang berasal dari perkebunan rakyat jalur tata niaganya berbeda. Hal ini disebabkan oleh volume cokelat yang dihasilkan oleh petani masih dalam jumlah kecil. Siregar dan Tumpal HS., 2000 Perkembangan tanaman kakao dewasa ini ditinjau dari penambahan luas areal sungguh memuaskan, terutama perkebunan rakyat dan perkebunan swasta. Kakao merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang memiliki prospek cukup cerah sebab permintaan didalam negeri juga semakin kuat dengan semakin berkembangnya sektor agroindustri Susanto, 1994. Pada masa yang akan datang, komunitas biji tanaman kakao di Indonesia diharapkan memperoleh posisi yang sejajar dengan komoditas perkebunan lainnya, seperti karet, kopi, dan kelapa sawit, baik dalam luas areal maupun produksinya. Sumbangan nyata biji kakao terhadap perekonomian Indonesia dalam bentuk devisa dari ekspor biji kakao dan hasil industri tanaman kakao. Sumbangan lainnya adalah penyediaan bahan baku untuk industri dalam negeri, Universitas Sumatera Utara baik industri bahan makanan, maupun industri kosmetik dan farmasi. Yang tidak kalah penting dari munculnya industri kakao adalah tersedianya lapangan pekerjaan bagi jutaan penduduk Indonesia dari tahap penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan, industri, dan pemasaran. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004 Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang mengelola perkebunan tanaman kakao di Propinsi Sumatera Utara, salah atu diantaranya adalah perkebunan rakyat.

1.2. Identifikasi masalah

Sesuai dengan latar belakang penelitian, maka berikut ini diidentifikasi beberapa masalah yang akan diteliti: 1 Bagaimana teknis pengelolaan usahatani kakao di daerah penelitian? 2 Berapa Biaya produksi, penerimaan dan pendapatan usahatani kakao di daerah penelitian? 3 Bagaimana kelayakan finansial usahatani kakao di daerah penelitian? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian yang sesuai dengan identifikasi masalah diatas adalah sebagai berikut: 1 Untuk mengidentifikasi teknis pengelolaan usahatani kakao di daerah penelitian. 2 Untuk mengidentifikasi besar biaya produksi, penerimaan dan pendapatan usahatani kakao di daerah penelitian. Universitas Sumatera Utara 3 Untuk menentukan kelayakan finansial usahatani kakao di daerah penelitian. 1.4. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Sebagai bahan informasi bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam mengambil kebijaksanaan khususnya dalam bidang analisis usahatani tanaman kakao. 2 Sebagai bahan masukan bagi para pembaca dan khalayak ramai yang ingin mengetahui sejauh mana perkembangan usahatani tanaman kakao. 3 Sebagai bahan untuk melengkapi skripsi yang merupakan salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana di Fakultas Pertanian USU, Medan. Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN