3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani tanaman
kakao di Desa Kuala Lau Bicik melalui survey maupun data kuisioner yang telah disiapkan. Sedangakan data sekunder diperoleh melalui kantor atau instansi yang
terkait seperti kantor Dinas Perkebunan Kabupaten Deli Serdang dan Kantor Camat Kutalimbaru
3.4. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan di dalam penelitian ini adalah: a
Untuk tujuan 1 digunakan analisis deskriptif, yaitu dengan mengamati keadaan teknologi budidaya yang dilakukan petani dan ketersediaan input
produksi bibit, obat-obatan, dan tenaga kerja di daerah penelitian. b
Untuk tujuan 2 dianalisis dengan tabulasi sederhana untuk melihat besarnya penerimaan usahatani, biaya usahatani kakao, pendapatan usahatani kakao,
yaitu sebagai berikut: a. Penerimaan Usahatani
TR = Y x Py Keterangan:
TR : Total penerimaan usahatani kakao
Y : Produksi usahatani kakao
Py : Harga komoditi kakao
Soekartawi, 2002
b. Biaya Usahatani
TC = FC + VC
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : TC
: Total Biaya Usahatani Kakao FC
: Biaya Tetap Usahatani Kakao VC
: Biaya Tidak Tetap variabel Usahatani Soekartawi, 2002
c. Pendapatan Usahatani
Pd = TR – TC Keterangan :
Pd : Pendapatan Usahatani Kakao
TR : Total Penerimaan Usahatani i Kakao
TC : Total Biaya Usahatani Kakao
Soekartawi, 2002 c
Untuk tujuan 3 dianalisis dengan Analisis Kelayakan :
1. NPV =
∑
=
+ −
n o
t t
i Ct
Bt 1
Keterangan:
Bt = Benefit Sosial Kotor sehubungan dengan proyek tahun t Ct = Biaya Sosial kotor sehubungan dengan proyek t pada tahun t termasuk segala
jenis pengeluaran. t = Waktu
n = Umur ekonomis Proyek i = Tingkat Suku bunga
Analisis kelayakan:
1. Bila Nilai NPV 0 maka proyek dikatakan layak
2. Bila Nilai NPV = 0 maka proyek tersebut mengembalikan persis sebesar Sosial Opportunity Cost of Capital.
3. Bila Nilai NPV 0 maka proyek dikatakan tidak layak
Universitas Sumatera Utara
∑ ∑
= =
+ −
+ −
=
n t
t n
t t
i Ct
Bt i
Ct Bt
C B
Net 1
1 .
2
Keterangan:
Bt = Benefit Sosial Kotor sehubungan dengan proyek tahun t Ct = Biaya Sosial kotor sehubungan dengan proyek t pada tahun t, tidak
dianggap apakah tersebut dianggap bersifat modal. n = Umur ekonomis Proyek
I =
Merupakan
Social Opportunity Cost of Capital yang ditunjuk sebagai Sosial Discount Rate.
I = Tingkat suku bunga
Analisis kelayakan: 1. Net BC Ratio
≥ 1 proyek dikatakan layak 2. Net BC Ratio 1 proyek dikatakan tidak layak
3. IRR =
i i
NPV NPV
NPV i
− −
+
Keterangan:
i’ = Nilai Social Discount rate yang ke-1
i’’ = Nilai Sosial Discount rate yang ke-2
NPV’ = Nilai Net Present Value yang pertama NPV’’ = Nilai Net Present Value yang kedua
Universitas Sumatera Utara
Analisis kelayakan: 1.
Bila IRR tingkat suku bunga berlaku maka usaha tersebut layak
untuk dilaksanakan. 2.
Bila IRR tingkat suku bunga berlaku maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.
3.5. Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:
3.5.1. Defenisi
1 Petani tanaman kakao adalah petani yang mengusahakan tanaman kakao
sebagai pekerjaan utamanya. 2
Usahatani adalah suatu penataan dimana petani mengolah usahataninya berdasarkan tanggapan terhadap faktor lingkungan fisik, biologis dan
sosial ekonomi sesuai dengan kemampuan petani. 3
Produksi tanaman kakao adalah hasil panen buah tanaman kakao yang merupakan biji tanaman kakao kering.
4 Faktor produksi adalah komponen utama yang mutlak harus diperlukan
dalam melaksanakan proses produksi, pada usahatani tanaman kakao, terdiri dari lahan, modal, tenaga kerja dan sarana produksi.
Universitas Sumatera Utara
5 Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani selama
proses produksi masih berlangsung. 6
Komponen biaya produksi termasuk biaya tenaga kerja, biaya penyusutan dan biaya sarana produksi seperti bibit, pupk, obat-obatan yang
dikorbankan selama satu periode produksi yang dinilai dalam rupiahperiode.
7 Penerimaan usahatani adalah total produksi yang dihasilkan dikalikan
dengan harga oleh tanaman usahatani kakao selama satu periode masa produksi yang dihitung dalam rupiahperiode.
8 Pendapatan bersih adalah selisih antara penerimaan dari usahatani tanaman
kakao dengan total biaya produksi usahatani kakao. 9
Kriteria kelayakan adalah kriteria yang digunakan dalam pelaksanaan suatu usahatani untuk mengukur apakah usahatani itu layak atau tidak
layak untuk diusahakan dengan menggunakan NPV, IRR, Net BC.
3.5.2. Batasan Operasional
1 Daerah penelitian adalah Desa Kuala Lau Bicik, Kecamatan Kutalimbaru,
Kabupaten Deli Serdang 2
Waktu Penelitian adalah tahun 2008 3
Petani sampel adalah petani yang melakukan usahatani kakao.
Universitas Sumatera Utara
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1. Luas dan letak geografis lokasi penelitian
Desa Kuala Lau Bicik merupakan salah satu desa dari 14 desa di Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Desa
ini terletak sekitar 4 Km dari Kecamatan Kutalimabaru, luas Desa Kuala Lau Bicik adalah sekitar + 860 Ha. Secara adaministratif Desa Kuala Lau Bicik
mempunyai batas wilayah: -
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Namore -
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Suka Dame -
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kutalimbaru -
Sebelah Timur berbatasan dengan Salam Tani
4.1.2. Tata Guna Tanah
Desa Kuala Lau Bicik memiliki luas sebesar 860 Ha, dengan pola penggunaan tanahnya dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Tata Guna Tanah Desa Kuala Lau Bicik Tahun 2008 No.
Jenis Penggunaan Tanah Luas Ha
Persentase
1. Bangunan dan Pekarangan
45 5,25
2. Tanah sawah
125 14,5
3. Kebun rakyat
645 75
4. Dll
45 5,25
Jumlah 860
100
Sumber : Kantor Kepala Kuala Lau Bicik 2008
Berdasarkan Tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa penggunaan lahan produktif yang terbesar adalah untuk kebun rakyat sebesar 645 Ha 75, dan
tanah sawah sebesar 125 Ha 14,5 dari seluruh lahan. Kebun rakyat sebagian
Universitas Sumatera Utara