Definisi Epidemiologi Gejala Klinis Karsinoma Nasofaring Dhingra, 2010

2.2 Karsinoma Nasofaring

2.2.1 Definisi

Karsinoma nasofaring KNF adalah karsinoma sel skuamosa yang berasal dari sel epitel yang melapisi nasofaring.Penyakit ini disebutkan kali pertama oleh Regaund dan Schmincke pada tahun 1921 Brennan, 2006.Biasanya, patologis KNF bermulai dari sel epitel yang berada di bagian lateral nasofaring fossa of RosenműllerDavidet al., 2008.

2.2.2 Epidemiologi

Tumor ganas yang paling sering ditemukan di bidang Telinga Hidung TenggorokandanBedah Kepala Leher THT-KL adalah kanker nasofaring, angka kejadian KNF ±85-95 Rakhmatet al., 2010. Setiap tahun, insiden KNF kira-kira 1 per 100.000 di seluruh bagian di dunia namun dapat mencapai 50 per 100.000 di sebagian negara di Southeast Asia. Menurut sumber yang lain, KNF tipe II atau III klasifikasi WHO banyak dijumpai di provinsi China Selatan, Asia Tenggara, populasi Mediterranean tertentu, dan juga termasukthe Aleut Native Americans.Sumber yang lain mengatakan bahwa masyarakat di China Selatan, Taiwan dan Indonesia lebih cendurung untuk mendapat kanker ini Dhingra, 2010. Sebanyak 20 KNF berkembang pada pasien yang berusia 30tahun Lee, 2008.Laki-laki lebih sering mendapatkan penyakit ini kira-kira 3:1 dan onset penyakit ini banyak dijumpai pada usia 30-40 tahun dan 50-60 tahun David et al., 2008. Karsinoma nasofaring KNF menduduki urutan pertama keganasan kepala-leher dan urutan keempat setelah keganasan serviks, payudara dan kulit di Indonesia. Prevalensinya adalah 4,7100.000 penduduk setiap tahun. Dari tahun 1998-2002, RSUP H. Adam Malik Medan menemui 130 penderita KNF dari 1370 kasus baru tumor kepala dan leher Munir et al., 2010. Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Etiologi dan Faktor Resiko

Kanker nasofaring adalah karsinoma sel skuamosa yang sentiasanya berkembang di sekitar ostium dari tuba Eustachian di sisi dinding lateral nasofaring Jiadeetal., 2009. Kanker nasofaring disebabkan oleh tiga faktor yaitu: 1 individual yang disertai predisposisi genetik A2, B17 dan Bw46, Cantonese Chinese, 2 faktor kebiasaan diet, sebagai contoh, konsumsi ikan dan daging yang telah diawet dengan garam, 3 faktor lingkungan asap rokok, pencemaran udara dan kebiasaan konsumsi alkohol, serta 4 infeksi oleh virus Epstein-Barr EBV Clifton, 2001; David et al., 2008.

2.2.3.1 Kerentanan Genetik

Beberapa laporan penelitian menduga adanya peranan histocompatibility locus antigens HLA dengan karsinoma nasofaring terutama pada ras Chinese Ganguly et al., 2003. Bagi Chinese yang telah migrasi ke negara lain tetap mempunyai insidensi yang lebih tinggi Dhingra, 2010.

2.2.3.2 Infeksi Virus Epstein-Barr EBV

Deteksi antigen nuklear yang berasosiasi dengan virus Epstein- Barr dan DNA viral pada KNF tipe 2 dan 3 menunjukkan EBV dapat menginfeksi sel epitel serta terkait dengan transformasinya. Menurut Lo et. al., DNA EBV dapat dideteksi pada sampel plasma di antara 96 pasien KNF non-keratinizing.Selain itu, jumlah DNA EBV berkorelasi dengan respons terhadap tindakan pengobatan dan dapat digunakan untuk mencegah penyakit, disarankan bahwa ini mungkin boleh dipakai sebagai indikator prognosis Brennan, 2006. Universitas Sumatera Utara

2.2.3.3 Faktor Lingkungan

Eksposisi nonviral yang paling konsisten dan terasosiasi yang kuat dengan resiko KNF adalah konsumsi ikan asin. Membandingkan individu yang mengkonsumi ikan asin pada mereka yang tidak, resiko relative KNF berkisar di antara 1,7 – 7,5 Ellen et al., 2006. Pada sumber yang lain juga mengatakan insidensi KNF meningkat pada populasi yang banyak mengkonsumsi ikan asin. Penelitian sebelumnya mendapat bahwa di China Selatan, ditunjukkan hubungan sosioekonomi dengan KNF di mana ikan asin merupakan makanan yang paling murah untuk dikonsumsi bersama nasi Li- Min et al., 2005. Faktor lingkungan yang juga berasosiasi dengan KNF adalah paparan terhadap debu kayu, debu besi dan debu perindustrian; oli dan bahan bakar mobil; bahan cat; asap tertentu; dan asap rokok kebiasaan merokok Armstrong et al., 2000.Resiko terjadinya KNF meningkat sebanyak 2 – 6 kali dengan kebiasaan merokok. Sebuah penelitian di Amerika Syarikat mengestimasi 23 KNF berasosiasi dengan kebiasaan merokok Ellen et al.,2006.

2.2.4 Klasifikasi dan Histopatologi

Secara makroskopis, tumor ini dapat dipresentasikan dengan 3 bentuk, yaitu proliferasi – gejala penyumbatan nasal akan timbul apabila sesuatu tumor polipoid mengisi ruangan nasofaring; ulseratif – epistaksis merupakan simtom yang paling sederhana; dan infiltrative – pertumbuhan kanker menginfiltrasi jaringan submukosa. Universitas Sumatera Utara World Health Organization WHO mengklasifikasikan KNF kepada tiga subtipe, yakni:

2.2.4.1 Tipe 1 – Karsinoma sel skuamosa 25

Biasanya dijumpai pada populasi dewasa tua Brennan, 2006.KNF ini terkait dengan eksposisi terhadap tembakau dan alkohol.KNF tipe ini juga disebutkan sebagai KNF sporadik Lee, 2008.

2.2.4.2 Tipe 2 – Karsinoma non-keratinizing 12

Tipe ini juga dibagi kepada dua yaitu stroma yang tanpa disertai dengan limfoid dan stroma yang disertai dengan limfoid.

2.2.4.3 Tipe 3 – Karsinoma undifferentiated 63

Tipe ini paling sering terjadi pada anak dan remaja.Tipe 2 dan 3 berasosiasi dengan peningkatan titer EBV.Tipe 2 dan 3 dapat disertai dengan infiltrat limfosit inflamatori, sel plasma, dan eosinophil yang banyak, disebut lymphoepitheliomaBrennan, 2006.KNF Tipe 2 dan 3 juga disebutkan sebagai KNF endemik Lee, 2008; Dhinga, 2010. Dua bentuk histologi yang dapat terjadi adalah: a Tipe Regaud Pengumpulan sel epitel yang dikelilingi oleh limfosit dan jaringan ikat. b Tipe Schmincke Sel tumor tersebar secara difus dan bercampuran dengan sel inflamatori. Kedua bentuk tersebut dapat dijumpai bersamaan pada satu tumor Brennan, 2006. Universitas Sumatera Utara

2.2.5 Gejala Klinis Karsinoma Nasofaring Dhingra, 2010

Lokasi Gejala Jenis Gejala Hidung Obstruksi hidung, pengeluaran cairan dari hidung, denasal speech rhinolalia clausa dan epistaksis. Telinga Disebabkan oleh obstruksi pada tuba Eustachian, gejala yang timbul adalah tuli konduktif, otitis media serosa atau suppuratif. Tinitus dan kepusingan juga boleh terjadi. Mata Gejala ini timbul karena penyebaran tumor ke region di sekitar. Hampir semua saraf kranial akan terlibat. Antara gejala yang timbul adalah mata juling dan diplopia N VI, oftalmoplegia N III, IV dan VI, nyeri pada wajah dan penurunan reflex kornea invasi pada N V melalui foramen lacerum. Kanker juga boleh menginvasi orbit secara langsung sehingga mengakibatkan eksoftalmos dan buta. Kanker nasofaring dapat menyebabkan ketulian konduktif, neuralgia temporoparietal ipsilateral dan paralisis palatal N X – disebutkan sebagai Trotter’s triad. Metastase nodal servikal Gejala pada nodal servikal mungkin merupakan satu-satunya manifestasi KNF. Suatu benjolan nodus dapat dijumpai di antara sudut rahang dan mastoid serta beberapa nodus di sekitar aksesori spinal pada segi tiga leher posterior. Metastase nodal terjadi sebanyak 75 pada pasien pada kali pertama dikunjungnya, setengah daripada itu disertakan nodus bilateral. Metastase jauh Penyebaran kanker termasuk tulang, paru-paru, hati dan situs yang lain. Sering kali, gejala pertama yang dijumpai pada pasien adalah penyumbatan hidung atau tuba Eutachian yang kronis sehingga menimbulkan rasa penuh atau nyeri dalam telinga dan juga kehilangan kedengaran, secara spesifik pada satu sisi telinga. Apabila tuba Universitas Sumatera Utara Eutachiantersumbat maka cairan akan terakumulasi dalam telinga tengah. Seseorang pasien boleh mempunyai discharge pus dan darah dari hidung epistaxis. Pada kasus tertentu, tetapi jarang, sebagian wajah atau satu mata pasien menjadi paralise. Kanker ini selalu menyebar ke noda limfa pada leher Mark, 2003.

2.2.6 Stadium KNF