Teori Susut dan Biaya Pengangkutan

Geografi untuk SMA-MA Kelas XII 23 Secara umum, teori susut dan biaya pengangkutan mengemukakan hubungan-hubungan antara faktor susut dan biaya pengangkutan. Teori ini bermanfaat untuk melihat kecenderungan lokasi industri, artinya dapat mengkaji kemungkinan-kemungkinan penempatan suatu industri pabrik di tempat yang paling menguntungkan secara ekonomi Gambar 1.19 dan 1.20. Pada tabel 1.1 dijabarkan empat kasus suatu pabrik yang mengolah bahan mentah M yang berasal dari satu daerah sumber bahan mentah SM, menjadi satu macam barang jadi B, yang kemudian dijual di suatu daerah pasar P. Pada contoh, digunakan dua variabel, yaitu susut dan biaya pengangkutan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi jalannya industri dianggap sama dan diabaikan. Hasil perhitungan biaya pengangkutan seperti pada contoh diatas menunjukan pada kasus A dan B industripabrik cenderung ditempatkan di daerah sumber bahan mentah. Akan tetapi, pada kasus C dan D sebaliknya, pabrik cenderung ditempatkan di daerah sumber bahan mentah. Menurut perhitungan, ternyata jumlah biaya pengangkutan yang harus dikeluarkan lebih rendah. Pada kasus D besarnya biaya pengangkutan Tabel 1.1 Perhitungan Teori Susut dan Biaya Pengangkutan Kasus A 1000 ton M diolah menjadi 1000 ton B B 1000 ton M diolah menjadi 600 ton B C 1000 ton M diolah menjadi 400 ton B D 1000 ton M diolah menjadi 500 ton B Rasio Susut O 4 0 6 0 5 0 Jika pabriknya ditempatkan di daerah sumber bahan mentah 1000 ton B harus diangkut ke P dengan biaya Rp. 100ton. Jumlah biaya pengangkutan Rp. 100.000,00 600 ton B harus diangkut ke P dengan biaya Rp.100ton. Jumlah biaya pengangkutan Rp.60.000,00 400 ton B harus diangkut ke P dengan biaya Rp. 100ton. Jumlah biaya pengangkutan Rp.40.000,00 500 ton B harus diangkut ke P dengan biaya Rp.75ton. Jum-lah biaya pengangkutan Rp. 37.000,00 Jika pabriknya ditempatkan di daerah pasar 1000 ton B harus diangkut dari M ke P dengan biaya Rp. 50ton. Jumlah biaya pe- ngangkutan Rp. 50.000 Biaya pengangkutan = kasus A yaitu Rp. 50.000,- Biaya pengangkutan = kasus A yaitu Rp. 50.000,- 1000 ton M harus diangkut dari SM ke P Rp. 40 ton. Biaya pengangkutan Rp. 40.000 Biaya Pengangkutan Peta 24 berbeda dengan kasus A, B, dan C. Coba hitungkan kemungkinannya jika pada kasus D besarnya biaya pengangkutan disamakan dengan kasus A, B, dan C. Terdapat dua kesimpulan dalam pemilihan lokasi yang baik dengan catatan faktor-faktor lainnya sama menurut teori susut dan biaya pengangkutan. Pertama, makin besar angka rasio susut dalam pengolahan, makin kuat kecenderungan menempatkan pabriknya di daerah bahan mentah. Kedua, makin besar perbedaan biaya pengangkutan antar bahan mentah dan bahan jadi, makin kuat daerah pasar dijadikan sebagai tempat lokasi industri.

2. Teori Weber

Weber mengemukakan teorinya dalam bukunya yang terkenal Theory of The Location of Industries 1909. Teori Weber dimulai dengan beberapa premis sebagai berikut. a. Unit analisis tunggal, merupakan daerah yang terisolasi yang homogen baik mengenai iklimnya, topografi maupun penduduknya. b. Beberapa sumber alam seperti air dan pasir, mudah diperoleh dimana saja, sedangkan sumber alam lain hanya terdapat di daerah-daerah tertentu saja, misalnya batu bara dan bijih besi. c. Biaya pengangkutan adalah fungsi dari berat dan jarak, artinya makin bertambah sesuai dengan berat dan jaraknya. Beberapa contoh kasus berikut ini menunjukkan peran biaya pengangkutan terhadap kemungkinan dan kecenderungan lokasi industri. Kasus A: Satu Pasar dan Satu macam Bahan Mentah Jika suatu industri hanya mengolah satu macam bahan mentah dan memasarkannya pada satu daerah pasar maka ada tiga kemungkinan lokasi industrinya. 1 Jika bahan mentah yang dibutuhkan mudah diperoleh dimana saja maka pabriknya dapat atau cenderung ditempatkan di daerah pasar. 2 Jika bahan mentah yang diperlukan hanya terdapat di daerah tertentu saja dan mengalami susut dalam pengolahannya maka pabriknya dapat ditempatkan baik didaerah pasar maupun daerah bahan mentah. Sumber: www.itcpr.com Gambar 1.19 Pengolahan kelapa menjadi kopra di Sulawesi Tengah. Dalam kasus ini proses pengeringan kelapa segar dilakukan di perkebunan untuk menghindari besarnya biaya angkut. Sumber: www.itcpr.com Gambar 1.20 Home industry, pembuatan gitar di Solo, Jawa Tengah. Industri jenis ini cenderung bisa dilakukan di mana saja tetapi alangkah baiknya ditempat- kan dekat dengan pasar agar lebih mudah menjangkau konsumen. Geografi untuk SMA-MA Kelas XII 25 3 Jika bahan mentah hanya terdapat di daerah tertentu saja dan mengalami susut dalam pengolahannya maka industrinya akan ditempatkan di daerah sumber bahan mentah. Harus diingat bahwa besarnya biaya pengangkutan berkaitan langsung dengan berat barang yang diangkut. Kasus B: Satu Daerah Pasar dan Dua Macam Bahan Mentah Jika industri mengolah dua macam bahan mentah M1 dan M2, hasilnya hanya dipasarkan di suatu tempat tertentu saja maka industri itu akan ditempatkan di salah satu kemungkinan berikut. a. Jika M1 dan M2 mudah diperoleh dimana saja maka industri itu akan ditempatkan di daerah pasar. b. Jika M1 mudah diperoleh dimana saja sedangkan R2nya hanya terdapat di suatu daerah tertentu saja duluan daerah pasar dan jika keduanya tidak mengalami susut dalam pengolahan maka industri tersebut akan ditempatkan di daerah pasar. Biaya pengangkutan hanya dikeluarkan untuk R2. c. Jika kedua bahan mentah M1 dan M2 hanya terdapat di daerah- daerah tertentu yang berlainan dan mengalami susut dalam pengolahannya maka pemecahannya agak sulit. Untuk itu, Weber memperkenalkan teori yang disebut location triangle segitiga lokasi dengan titik sudutnya adalah daerah pasar P, dan daerah-daerah sumber bahan mentah M1 dan M2. Contohnya, suatu industri mengolah R1 dan R2. keduanya mengalami susut 50. Setiap tahunnya diperlukan masing-masing bahan mentah itu 2.000 ton. P X M 2 M 1 Jarak: M1 - P = 100km, M 2 - P = 100km, M1 - M2 = 100km, M - X = 87km Amerika menempati peringkat satu dalam jajaran ekonomi dunia. Sektor industri negara ini menguasai 40 ekonomi dunia. Eureka Diskusikan dengan guru ekonomimu, mengenai pengaruh biaya angkut dan lokasi terhadap total biaya produksi Diskusi Lintas Ilmu