Karakteristik Demografik dan Klinis Subjek Penelitian

sampel di drop out. Fungsi ginjal diperiksa saat pasien masuk dan pada hari ketiga setelah pemberian manitol 20.

IV.2.1. Karakteristik Demografik dan Klinis Subjek Penelitian

Subjek penelitian terdiri dari 39 orang, yaitu 21 orang laki-laki 53,8 dan 18 orang perempuan 46,2, dengan rerata usia subjek adalah 53,85 tahun, dengan rentang umur 23-69 tahun, dengan klasifikasi subjek berumur 45 tahun sebanyak 5 orang 12,82, 45-64 tahun sebanyak 28 orang 71,8, dan 65 tahun sebanyak 6 orang 15,38. Hal ini sesuai dengan hasil survei ASNA ASEAN Neurological Association di 28 rumah sakit di seluruh Indonesia, pada penderita stroke akut yang dirawat di rumah sakit ditemukan bahwa penderita laki-laki lebih banyak dari perempuan dan profil usia di bawah 45 tahun 11,8, usia 45- 64 tahun berjumlah 54,7 dan usia 65 tahun 33,5 Misbach, 2011. Qureshi dkk pada tahun 2001 melaporkan insidens stroke perdarahan intraserebral sebesar 10 – 20 kasus per 100.000 populasi dan meningkat seiring dengan peningkatan usia. Stroke perdarahan intraserebral lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan dan rerata usia sekitar 55 tahun Qureshi dkk, 2001. Rerata tekanan darah sistolik subjek penelitian saat masuk adalah 177,4 mmHg dan rerata tekanan darah diastolik adalah 103 mmHg, dimana 28 orang 71,8 memiliki tekanan darah sistolik 160 mmHg dan 26 orang 66,7 memiliki tekanan darah diastolik 100 mmHg. Universitas Sumatera Utara Tekanan darah tinggi telah dilaporkan dalam beberapa penelitian sebelumnya sebagai faktor risiko mayor terjadinya stroke perdarahan. Sturgeon dkk 2007 menemukan bahwa individu dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg memiliki kemungkinan 5,55 kali mengalami stroke perdarahan dibandingkan dengan individu tanpa hipertensi. Lepalla dkk 1999 juga menemukan bahwa individu dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg memiliki kemungkinan risiko 3,78 kali mengalami stroke perdarahan dibandingkan dengan individu tanpa hipertensi. Berdasarkan riwayat medis subjek penelitian, 34 orang 87,2 memiliki faktor resiko hipertensi, dan 21 orang 53,8 merokok. Faktor resiko yang lain adalah diabetes mellitus sebanyak 4 orang 10,3 dan penyakit jantung sebanyak 2 orang 5,1. Hasil diatas sesuai dengan penelitian Broderick dkk 1992 terhadap populasi birasial, yang menemukan bahwa sekitar 73 kulit putih dan 71 Afrika-Amerika penderita perdarahan intraserebral juga menderita hipertensi. Hipertensi menyebabkan elastisitas arteri menjadi berkurang, sehingga meningkatkan risiko ruptur pada saat terjadi peningkatan tekanan intravaskular yang akut Plesea dkk, 2005. Hipertensi yang kronik menyebabkan proliferasi sel otot polos arteriol atau hyperplastic arteriolosclerosis. Seiring waktu, sel-sel otot polos tersebut mati dan tunika media digantikan oleh kolagen sehingga tonus pembuluh darah menurun. Arteriol akhirnya menjadi dilatasi aneurisma. Mikroaneurisma Universitas Sumatera Utara aneurisma Charcot-Bouchard tersebut rentan pecah dan menyebabkan terjadinya perdarahan intraserebral Testai dkk, 2008. IV.2.2. Hubungan antara penggunaan manitol 20 dengan fungsi ginjal pada penderita stroke perdarahan intraserebral dengan peningkatan TIK Pada penelitian ini didapatkan bahwa rerata GFR menurun setelah pemberian manitol 20. Rerata GFR sebelum pemberian manitol 20 adalah 82,95 + 52,68 mLmenit dan menurun menjadi 68,64 + 29,06 mLmenit pada hari kedua serta menjadi 68,09 + 32,32 mLmenit pada hari ketiga setelah pemberian manitol 20. Berdasarkan analisa statistik dijumpai penurunan rerata GFR yang signifikan pada hari kedua p =0,014 dan pada hari ketiga setelah pemberian manitol 20 p =0,015 dibandingkan dengan sebelum pemberian manitol 20. Berdasarkan definisi gagal ginjal menurut NKF-KDOQI yaitu apabila GFR 15 mlmenit1,73 m 2 Peningkatan ekskresi zat terlarut yang disebabkan oleh manitol dapat memicu terjadinya tubuloglomerular feedback TGF yang menyebabkan vasokonstriksi arteriolar aferen dan menurunnya GFR Sakemi dkk, 1996. Perubahan konsentrasi natrium, kalium dan klorida , maka tidak ada subjek yang mengalami gagal ginjal setelah pemberian manitol 20 pada penelitian ini. Hasil ini sejalan dengan penelitian Dziedzic dkk 2003 terhadap 51 subjek stroke akut yang tidak menemukan satupun subjek yang mengalami gagal ginjal pada hari kedua setelah mendapatkan terapi manitol 20. Universitas Sumatera Utara pada cairan tubular akan disensor oleh makula densa melalui kotransporter NKCC2 Na + K + 2Cl - cotransporter. Peningkatan konsentrasi natrium dan klorida pada cairan tubular menyebabkan pelepasan adenosin yang mengakibatkan meningkatnya tonus arteriolar aferen glomerular dan menurunnya GFR Legrand dkk, 2011. GFR menurun juga disebabkan oleh peningkatan tekanan intratubular dan dilatasi arteriolar eferen Visweswaran dkk, 1997. IV.2.3. Perbedaan kadar kreatinin serum penderita stroke perdarahan intraserebral dengan peningkatan TIK selama pemberian Manitol 20 Pada penelitian ini didapati peningkatan rerata kadar kreatinin serum setelah pemberian manitol 20. Kadar kreatinin serum meningkat sekitar 1,1 kali pada hari kedua p = 0,007 dan 1,2 kali pada hari ketiga p = 0,014 setelah pemberian manitol 20 dibandingkan dengan rerata kadar kreatinin serum sebelum pemberian manitol 20. Rerata kadar kreatinin serum sebelum pemberian manitol 20 adalah 1,27 + 0,72 mg dan meningkat menjadi 1,41 + 0,75 mg pada hari kedua serta menjadi 1,48 + 0,86 mg pada hari ketiga setelah pemberian manitol 20. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Dziedzic dkk 2003 yang menemukan peningkatan kadar kreatinin serum sekitar 1,2 kali pada Universitas Sumatera Utara hari kedua setelah pemberian manitol 20 dan 1,3 kali pada hari kelima setelah pemberian manitol 20. Peningkatan kadar kreatinin serum diduga berhubungan dengan menurunnya GFR. Salah satu fungsi ginjal adalah mengeluarkan produk- produk sisa metabolisme yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, termasuk kreatinin produk metabolisme kreatin otot dan urea produk akhir metabolisme asam amino. Ekskresi dari produk tersebut dipengaruhi oleh tiga proses, yaitu laju filtrasi glomerulus, proses reabsorpsi pada tubulus, dan proses sekresi dari darah ke dalam tubulus renal. Atau dengan kata lain, ekskresi urin = laju filtrasi – laju reabsorpsi + laju sekresi Guyton dkk, 2006. IV.2.4. Perbedaan kadar ureum serum penderita stroke perdarahan intraserebral dengan peningkatan TIK selama pemberian Manitol 20 Pada penelitian ini didapati peningkatan rerata kadar ureum serum setelah pemberian manitol 20. Rerata kadar ureum serum sebelum pemberian manitol 20 adalah 45,24 + 24,13 mg dan meningkat menjadi 54,28 + 24,88 mg pada hari kedua setelah pemberian manitol 20 serta meningkat menjadi 63,69 + 35,10 mg pada hari ketiga setelah pemberian manitol 20. Berdasarkan analisa statistik dijumpai peningkatan rerata kadar ureum serum yang signifikan. Kadar ureum Universitas Sumatera Utara serum meningkat sebanyak 1,2 kali pada hari kedua setelah pemberian manitol 20 p = 0,000 dan sebanyak 1,41 kali pada hari ketiga setelah pemberian manitol 20 p = 0,000. Hasil ini serupa dengan penelitian sebelumnya yang menemukan peningkatan rerata kadar ureum serum. Dziedzic dkk 2003 menemukan rerata kadar ureum serum sebelum pemberian manitol 20 adalah 6,3 + 2,5 mmolL dan meningkat menjadi 9,1 + 4,7 mmolL pada hari kedua setelah pemberian manitol 20 p 10 -6 serta menjadi 13,3 + 6,9 mmolL pada hari kelima setelah pemberian manitol 20 p 10 -5 Peningkatan kadar ureum serum juga diduga berhubungan dengan menurunnya GFR. Karena ureum diekskresi oleh ginjal, maka ureum akan terakumulasi di darah jika fungsi ginjal terganggu. . IV.2.5. Perbedaan osmolalitas serum penderita stroke perdarahan intraserebral dengan peningkatan TIK selama pemberian Manitol 20 Penelitian ini mendapati peningkatan rerata osmolalitas serum setelah pemberian manitol 20. Didapatkan rerata osmolalitas serum sebelum pemberian manitol 20 adalah 299,19 + 12,40 mmolkgH 2 O dan meningkat menjadi 299,92 + 14,16 mmolkgH 2 O pada hari kedua setelah pemberian manitol 20. Sedangkan, pada hari ketiga setelah pemberian manitol 20 dijumpai peningkatan osmolalitas serum menjadi 307,83 + 20,64 mmolkgH 2 O. Berdasarkan analisa statistik tidak dijumpai Universitas Sumatera Utara perbedaan rerata osmolalitas serum yang signifikan pada hari kedua setelah pemberian manitol 20 p 0,05. Akan tetapi, pada hari ketiga setelah pemberian manitol 20 dijumpai peningkatan rerata osmolalitas serum yang signifikan p = 0,005. Hal ini sejalan dengan penelitian Ambuhl dkk 1997 yang menemukan peningkatan rerata osmolalitas serum sebelum dan setelah pemberian manitol 20, dengan peningkatan rerata dari 288 + 1,1 menjadi 293 + 1,2 mOsmolkg. Penelitian lain oleh Chatterjee dkk 2007 menemukan rerata osmolalitas serum sekitar 298,4 + 13,4 mOsmkg pada saat 4 jam setelah pemberian manitol 20, dibandingkan dengan sebelum pemberian manitol 20 terjadi peningkatan osmolalitas serum 4,3 + 3,2 mOsmkg. Peningkatan osmolalitas serum setelah pemberian manitol 20 disebabkan oleh proses diuresis dan deplesi intravaskular sehingga terjadi hemokonsentrasi. Keadaan hemokonsentrasi tersebut dapat mengakibatkan terjadinya efek samping nefrotoksik seperti rhabdomyolisis Infanti, 2008.

IV.2.6. Perbedaan o utput urin penderita stroke perdarahan