METODE PENELITIAN dr. RA. Dwi Puji Astuti, M.KedNeu, Sp.S 19. dr. Chairil Amin Batubara, M.KedNeu, Sp.S

BAB III METODE PENELITIAN

III.1. TEMPAT DAN WAKTU Penelitian dilakukan di Departemen Neurologi FK-USU RSUP H. Adam Malik Medan dari tanggal 1 September 2013 sampai dengan 31 Agustus 2014. III.2. SUBJEK PENELITIAN Subjek penelitian diambil dari populasi penderita rumah sakit. Penentuan subjek penelitian dilakukan menurut metode sampling non random secara konsekutif. III.2.1. Populasi Sasaran Semua penderita stroke perdarahan intraserebral dengan peningkatan TIK yang dirawat di ruang rawat inap terpadu Rindu A4 dan Stroke Corner Departemen Neurologi FK-USU RSUP H. Adam Malik Medan yang ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan CT scan kepala. III.2.2. Populasi Terjangkau Semua penderita stroke perdarahan intraserebral dengan peningkatan TIK yang dirawat di ruang rawat inap terpadu Rindu A4 dan Universitas Sumatera Utara Stroke Corner Departemen Neurologi FK-USU RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan September 2013 sampai dengan Agustus 2014. III.2.3. Besar Sampel Semua penderita stroke perdarahan intraserebral dengan peningkatan TIK yang ditentukan menurut metode sampling konsekutif yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Ukuran sampel dihitung menurut rumus Madiyono dkk, 2008 : n = � �� +�� �,� �� [�+��−�] � � + 3 Zα = nilai baku normal berdasarkan nilai yang telah ditentukan α=0,05  Zα = 1,96 Zβ = 1,282 β=10  ditetapkan oleh peneliti r = koefisien korelasi  r = 0,73 dari pustaka Dziedzic dkk, 2003 n = � 1,96 +1,282 0,5 �� [1+0,731−0,73] � 2 + 3 n = 12,25 + 3 = 15,25 ~ 16 Dibutuhkan sampel minimal sebesar 16 kasus Universitas Sumatera Utara III.2.4. Kriteria Inklusi 1. Semua penderita stroke perdarahan intraserebral dengan peningkatan TIK yang dirawat di Bangsal Neurologi Rindu A4 dan Stroke Corner RSUP H. Adam Malik Medan. 2. Memberikan persetujuan untuk ikut serta dalam penelitian ini. III.2.5. Kriteria Eksklusi 1. Penderita dengan riwayat gagal ginjal. 2. Penderita yang mengalami insufisiensi ginjal Kreatinin serum 3 mg dL saat masuk RS. 3. Penderita yang memiliki tanda dan gejala gagal jantung kongestif. 4. Penderita yang sudah mendapatkan terapi osmotik sebelumnya. 5. Penderita yang mendapatkan terapi obat-obatan nefrotoksik. III.3. BATASAN OPERASIONAL Stroke adalah suatu episode dari disfungsi neurologis yang dianggap disebabkan oleh iskemia atau hemoragik, bertahan 24 jam atau meninggal, tapi tidak memiliki bukti yang cukup untuk diklasifikasikan Sacco dkk, 2013. Stroke perdarahan intraserebral adalah tanda klinik disfungsi neurologis yang berkembang cepat akibat perdarahan dalam parenkim otak yang tidak disebabkan oleh trauma Sacco dkk, 2013. Universitas Sumatera Utara Manitol adalah polialkohol dengan rumus kimia 1,2,3,4,5,6- hexanehexol C6H8OH6 dan berat molekul 182 yang secara luas digunakan sebagai diuretik osmotik Shawkat dkk, 2012. Fungsi ginjal adalah pemantauan fungsi ginjal dengan cara pengukuran kreatinin serum, urea BUN dan output urin. Kreatinin serum mudah untuk diukur dan spesifik dalam penentuan fungsi ginjal, sedangkan ureum dan output urin merupakan marker nonspesifik untuk fungsi ginjal Bellomo dkk, 2004. Elektrolit adalah substansi terlarut pada cairan ekstraselular dalam bentuk partikel-partikel ion. Ion positif disebut kation dan ion negatif disebut anion. Yang termasuk kation antara lain natrium Na + , kalium K + , sedangkan anion antara lain klorida Cl - Osmolalitas adalah jumlah osmol per kilogram larutan. Rumus untuk menghitung osmolalitas adalah sebagai berikut : Faller dkk, 2004. Osmolalitas = 2 [Na + mosm L mEq L mg dL mg dL ] + 0,055 [glukosa] + 0,36 [BUN] Rentang nilai normal osmolalitas yaitu 280 – 300 mmol kg H 2 Output urin adalah volume urin yang biasanya digunakan sebagai marker untuk gagal ginjal ataupun sebagai pemantau dalam resusitasi cairan di mana penurunan output urin dapat berhubungan dengan penurunan filtrasi glomerular akibat penurunan aliran darah ginjal, tekanan perfusi ginjal, faktor neurohormonal ataupun perubahan fungsional yang O Ganong, 2003. Universitas Sumatera Utara juga mempengaruhi diuresis dan natriuresis pada pasien kritis. Dikatakan oliguria apabila output urin 400 mL hari, anuria apabila output urin 100 mL hari dan poliuria apabila produksi urin 3500 mL hari PAPDI, 2006. Gagal ginjal adalah keadaan di mana pasien menjalani dialisis atau Gromerular Filtration Rate GFR kurang dari 15 mLmin1.73 m 2 Estimated Creatinine Clearance mLmin = 140 − umur x berat badan kg 72 x ����� ���������� mg dl , yang dihitung dengan menggunakan rumus Cockcroft-Gault : dikalikan 0.85 pada wanita KDIGO Clinical Practice Guideline for Acute Kidney Injury, 2012. Insufisiensi ginjal adalah keadaan dengan kadar kreatinin serum 3 mgdL Dziedzic dkk, 2003. Gagal jantung adalah sindroma klinis yang kompleks akibat kelainan fungsi atau struktural jantung yang mengganggu kemampuan jantung untuk berfungsi sebagai pompa. Diagnosis ditegakkan bila terdapat paling sedikit satu kriteria mayor dan dua kriteria minor dari kriteria Framingham PAPDI, 2006. Kriteria Mayor Paroxysmal nocturnal dispnea Edema ekstremitas Kriteria Minor Distensi vena-vena leher Batuk malam Peningkatan vena jugularis Sesak pada aktivitas Ronki Hepatomegali Universitas Sumatera Utara Kardiomegali Efusi pleura Edema paru akut Kapasitas vital berkurang 13 dari Gallop bunyi jantung III normal Refluks hepatojugular positif Takikardi 120 denyut per menit Terapi osmotik adalah berbagai zat yang bersifat osmotik, antara lain urea, gliserol, sorbitol, manitol, dan salin hipertonik White dkk, 2006. Obat-obatan nefrotoksik adalah obat-obatan yang berpotensi untuk menyebabkan terjadinya disfungsi ginjal, baik berupa gagal ginjal akut, sindroma nefrotik ataupun gagal ginjal kronik. Beberapa jenis obat- obat nefrotoksik, antara lain asiklovir, aminoglikosida, sefalosporin, siprofloksasin, kokain, inhibitor COX-2, NSAID, penisilamin, penisilin, kuinin, rifampin, sulfonamide dan asam valproat Asangansi dkk, 2005. III.4. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan metode pengumpulan data secara potong lintang dengan sumber data yang diperoleh merupakan data primer dari semua penderita stroke perdarahan intraserebral dengan peningkatan tekanan intrakranial yang dirawat inap di bangsal Departemen Neurologi FK-USU RSUP H. Adam Malik Medan. a. Studi observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran fungsi ginjal, nilai elektrolit, osmolalitas serum dan output urin sebelum pemberian manitol 20 dan setelah pemberian manitol 20. Universitas Sumatera Utara b. Studi korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kadar kreatinin serum dengan osmolalitas serum pada penderita stroke perdarahan intraserebral dengan TIK. III.5. PELAKSANAAN PENELITIAN III.5.1. Instrumen a. CT scan kepala yang digunakan adalah X-ray CT system, merk Hitachi seri W 450. Pengukuran rata-rata volume ditentukan dengan metode estimator volume dari software computer analisa, dengan ketebalan pemotongan Islice 5-10 mm. Hasilnya akan dibaca oleh dokter spesialis radiologi. b. Pemeriksaan laboratorium fungsi ginjal menggunakan alat Cobas c 501 Roche. Rentang nilai normal fungsi ginjal ureum 50 mg dL, kreatinin 0,7 – 1,2 mg dL. c. Pemeriksaan laboratorium elektrolit menggunakan alat Electrolyte Analyzer 9180 Roche. Rentang nilai normal elektrolit natrium 135 – 155 mEq L, kalium 3,6 – 5,5 mEq L dan klorida 96 – 106 mEq L. III.5.2. Pengambilan Sampel Semua penderita stroke perdarahan intraserebral dengan peningkatan TIK yang telah ditegakkan dengan pemeriksaan CT scan kepala yang dirawat di bangsal Neurologi Rindu A4 RSUP H. Adam Malik Medan yang diambil secara konsekutif yang memenuhi kriteria inklusi dan Universitas Sumatera Utara tidak ada kriteria eksklusi, diberikan manitol 20 dengan dosis 0,5 gkg berat badan selama 3 hari atau lebih sesuai dengan perbaikan klinis. Apabila sampel memperoleh terapi manitol 20 kurang dari 3 hari maka sampel di drop out. Perhitungan berat badan sampel yang tidak sadar digunakan rumus Crandall dkk, 2009 : Berat Badan = –93,2 + 3,29 x lingkar lengan cm + 0,43 x tinggi badan cm Laki – laki Berat Badan = –64,6 + 2,15 x lingkar lengan cm + 0,54 x tinggi badan cm Perempuan Pada sampel yang dijumpai tanda dan gejala gagal jantung kongestif dikonsulkan kepada bagian kardiologi untuk penegakan diagnosa gagal jantung kongestif. Semua sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak ada kriteria eksklusi tersebut diambil darah venanya untuk dikirim ke Laboratorium Patologi Klinik RSUP H. Adam Malik Medan sebanyak 3 mL setelah penderita datang ke RSUP H. Adam Malik Medan untuk pemeriksaan fungsi ginjal. Darah vena diambil kembali sebanyak 3 mL pada hari ketiga setelah pemberian manitol 20 dan dikirim ke Laboratorium Patologi Klinik RSUP H. Adam Malik Medan untuk pemeriksaan fungsi ginjal kembali. Pemeriksaan osmolalitas serum dilakukan tiap hari selama pemberian manitol 20 dan apabila nilai osmolalitas serum 320 mmol kg H 2 O maka pemberian manitol 20 dihentikan. Universitas Sumatera Utara III.5.3. Kerangka Operasional Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Neurologis CT scan kepala Laboratorium GFR, kreatinin, ureum, osmolalitas, elektrolit Penderita Stroke Perdarahan Intraserebral Dengan Peningkatan TIK Manitol 20 Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi Surat persetujuan ikut penelitian Pemeriksaan Fungsi Ginjal GFR, kreatinin, ureum, osmolalitas, elektrolit Hari 3 Analisis Data Universitas Sumatera Utara III.5.4. Variabel yang Diamati Variabel Bebas : Manitol 20 Variabel Terikat : Fungsi ginjal III.5.5. Analisa Statistik Data hasil penelitian akan dianalisa secara statistik dengan bantuan program komputer Windows SPSS Statistical Product and Science Service. Analisis dan penyajian data dilakukan sebagai berikut : 1. Analisa deskriptif digunakan untuk melihat gambaran umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, riwayat hipertensi, riwayat diabetes, riwayat merokok, riwayat gagal jantung, volume perdarahan, kadar kreatinin serum, kadar ureum serum, osmolalitas serum dan output urin penderita stroke perdarahan intraserebral. 2. Untuk melihat perbedaan nilai GFR sebelum pemberian manitol 20, hari ketiga setelah pemberian manitol 20 digunakan uji t berpasangan dengan data terdistribusi normal. 3. Untuk melihat perbedaan nilai kreatinin serum sebelum pemberian manitol 20, hari ketiga setelah pemberian manitol 20 digunakan uji t berpasangan dengan data terdistribusi normal. 4. Untuk melihat perbedaan nilai ureum serum sebelum pemberian manitol 20, hari ketiga setelah pemberian manitol 20 digunakan uji t berpasangan dengan data terdistribusi normal. Universitas Sumatera Utara 5. Untuk melihat perbedaan nilai elektrolit sebelum pemberian manitol 20, hari ketiga setelah pemberian manitol 20 digunakan uji t berpasangan dengan data terdistribusi normal. 6. Untuk melihat perbedaan osmolalitas serum sebelum pemberian manitol 20, hari ketiga setelah pemberian manitol 20 digunakan uji t berpasangan dengan data terdistribusi normal. 7. Untuk melihat perbedaan nilai output urin sebelum pemberian manitol 20, hari ketiga setelah pemberian manitol 20 digunakan uji t berpasangan dengan data terdistribusi normal. 8. Untuk melihat hubungan antara kreatinin dengan osmolalitas serum pada penderita stroke perdarahan intraserebral dengan peningkatan TIK digunakan uji korelasi Pearson dengan data berdistribusi normal. 9. Untuk melihat hubungan antara volume perdarahan dengan fungsi ginjal pada penderita stroke perdarahan intraserebral yang mendapatkan terapi manitol 20 digunakan uji t berpasangan dengan data terdistribusi normal. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN