HUBUNGAN WORK-FAMILY CONFLICT DENGAN CONTINUANCE

ekonominya. Sehingga mereka harus pindah ke rumah yang lebih kecil atau tinggal dengan orang tua atau anak yang sudah menikah.

D. HUBUNGAN WORK-FAMILY CONFLICT DENGAN CONTINUANCE

COMMITMENT PADA WANITA YANG BERPERAN SEBAGAI SINGLE PARENT Continuance commitment tergolong dalam bentuk komitmen organisasi yang rasional. Hal ini berkaitan dengan kerugian yang akan diterima karyawan jika kelua dari organisasi tempatnya bekerja. Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi continuance commitment individu yaitu investasi dan ketiadaan alternatif yang tersedia. Investasi yang diberikan oleh individu bagi organisasi akan membuat dirinya merasa sulit untuk meninggalkan organisasi karena akan mengakibatkan kerugian baginya dan ketiadaan alternatif juga akan membuat individu merasas rugi jika harus meninggalkan organisasinya karena sulitnya untuk mencari alternatif pekerjaan lain yang lebih baik daripada pekerjaan yang dimiliki saat ini Allen Meyer, 1997. Karyawan pada umumnya akan menunjukkan continuance commitment apabila mereka menerima keuntungan personal School, 1981. Keuntungan personal yang diterima pada umumnya berhubungan dengan alasan ekonomi. Alasan ekonomi dapat menjadi salah satu alasan yang kuat dan mempengaruhi continuance commitment individu untuk tetap menjadi bagian dari sebuah organisasi. Alasan ekonomi menjadi sebagian besar alasan individu untuk bekerja dan menjadi bagian dari sebuah organisasi, hal tersebut juga yang dirasakan oleh Universitas Sumatera Utara single parent. Bagi single parent, ekonomi menjadi suatu permasalahan utama yang akan dihadapi Egelman, 2004. Dengan menjadi bagian dari organisasi dapat melindungi single parent dari masalah ekonomi yang dihadapi tetapi dapat menimbulkan masalah baru seperti adanya work-family confict. Work-family conflict merupakan bentuk dari konflik antar peran yaitu adanya tekanan atau ketidakseimbangan peran antara peran dipekerjaan dengan peran didalam keluarga yaitu menjalankan peran di pekerjaan akan menjadi lebih sulit karena individu juga harus menjalankan peran di keluarga, begitu juga sebaliknya, menjalankan peran di keluarga menjadi akan menjadi lebih sulit karena individu juga harus menjalankan peran di dalam pekerjaan Greenhaus Beutell, 1985. Menurut Greenhasus Beutell 1985 terdapat beberapa aspek dari work-family conflict yaitu time-based conflict, strain- based conflict dan behavior based-conflict. Time-based conflict merupakan konflik yang terjadi karena waktu yang digunakan untuk memenuhi salah satu peran tidak dapat digunakan untuk menjalankan peran lainnya Greenhaus Beutell, 1985 . Dengan menjadi bagian dari organisasi individu memiliki keharusan untuk menyediakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab mereka. Waktu yang digunakan individu untuk bekerja dianggap menjadi bagian dari investasi yang dilakukan oleh karyawan yang memiliki continuance commitment karena dengan memberikan waktu mereka untuk bekerja diharapkan akan memberikan keuntungan dalam bentuk lain. Universitas Sumatera Utara Strain-based conflict merupakan ketegangan atau keadaan emosional yang dihasilkan oleh satu peran yang menyulitkan seseorang untuk memenuhi tuntutan peran yang lain. Ketegangan yang bisa dihasilkan seperti stress, tekanan darah meningkat, kecemasan, keadaan emosional dan sakit kepala Greenhaus Beutell, 1985. Ketegangan yang dihasilkan dari konflik yang ada dapat menyebabkan individu mengalami kesulitan dalam menjalani pekerjaan dan mengurus keluarga terutama bagi single parent yang harus menjalani pekerjaan dan juga mengurus keluarganya. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Burden yang menyatakan dalam Martin Colbert, 1997 yang menyatakan bahwa wanita yang berperan sebagai single parent memiliki tingkat stres yang paling tinggi ketika harus menangani berbagai tanggung jawab atas rumah tangga dan pekerjaan. Stres dan ketegangan yang dirasakan dapat mempengaruhi komitmen individu terhadap organisasinya dan berpikir untuk keluar dari organisasi tetapi individu yang memiliki continuance commitment akan merasa sulit untuk melakukan hal tersebut karena akan merasa kesulitan dalam mencari alternatif pekerjaaan lain yang lebih baik. Behavior-based conflict merupakan konflik yang muncul ketika suatu tingkah laku yang efektif untuk satu peran tetapi tidak efektif digunakan untuk peran yang lain. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya adalah tanggung jawab yang harus dijalankan seseorang dalam pekerjaan dan dukungan keluarga Greenhaus Beutell,1985. Bagi seorang pekerja yang memiliki continuance commitment sangat penting bagi mereka untuk mampu melakasanakan tanggung jawab dalam Universitas Sumatera Utara pekerjaan dengan lebih baik karena hal tersebut dianggap menjadi suatu investasi yang nantinya akan digantikan dengan keuntungan yang lainnya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa alasan ekonomi menjadi alasan yang kuat yang mempengaruhi continuance commitment dari individu dan hal tersebut juga merupakan hal yang dirasakan oleh wanita yang berperan sebagai single parent yang juga menghadapi permasalahan ekonomi. Wanita yang berperan sebagai single parent memiliki kewajiban untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehingga individu memiliki kebutuhan untuk tetap bertahan dalam organisasi. Wanita yang berperan sebagai single parent lebih dihadapkan pada permintaan untuk menjalankan peran kerja dan peran keluarga yang secara bersamaan memerlukan prioritas dalam menjalankan kedua peran tersebut. Ketika kedua peran tidak dapat dijalankan secara seimbang akan menimbulkan work-family conflict yang dapat mempengaruhi continuance commitment individu dalam bekerja.

E. HIPOTESA PENELITIAN