Tinjauan tentang Konsep IPA

Prediksi Predict Diskusi Observasi Observe Percobaan, pengamatan Penjelasan Explain Pemecahan Masalah Aplikasi Diskusi Lanjut yang mereka harapkan dengan apa yang sesungguhnya terjadi. Tugas guru selanjutnya adalah memberikan komitmen untuk menyamakan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep sains yang mungkin berbeda dengan yang mereka prediksikan. Struktur pembelajaran Probex dapat dijelaskan sebagai berikut.

E. Tinjauan tentang Konsep IPA

IPA adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses mengamati kejadian, mencoba apa yang diamati, menggunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi, serta menguji kebenaran hipotesis tersebut. Tujuan utama pembelajaran IPA adalah agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan Pencipta alam Darliana, 1997: 2. 16 Fakta dalam IPA merupakan pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang sesungguhnyadan atau peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi dan sudah dikonfirmasikan secara objektif Iskandar, 1997: 3. Suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA tersebut, selanjutnya disebut dengan konsep IPA. Penguasaan konsep dalam pembelajaran IPA diperlukan untuk mencegah diajarkannya fakta-fakta yang terlepas sehingga menjadi kurang bermakna. Menurut Herlen 1987: 86, ada sembilan aspek ilmiah yang perlu dikembangkan oleh guru dalam melakukan pembelajaran IPA, yaitu: 1 sikap ingin tahu curiousity, 2 sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru originality, 3 sikap kerja sama cooperation, 4 sikap tidak putus asa perseverance, 5 sikap tidak berprasangka open mindedness, 6 sikap mawas diri self criticism, 7 sikap bertanggung jawab responsibility, 8 sikap berpikir bebas independence in thinking, dan 9 sikap kedisiplinan diri self discipline. Sembilan aspek ilmiah tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Sikap ingin tahu Sikap ingin tahu adalah suatusikap yang selalu ingin mendapatkan jawaban yang benar dari suatu objek yang diamati. Kata benar di sini artinya rasional, masuk akal, dan objektif, atau sesuai dengan kenyataan. A.T. Bawden dalam Hendro dan Kaligis 1992: 45, memberikan gambaran bahwa orang curiousity adalah orang yang selalu mencari kebenaran atas dasar sebab dan akibat. Anak usia sekolah akan mengungkapkan rasa ingin tahunya dengan jalan bertanya pada guru, teman, atau dirinya sendiri. Tugas guru adalah memberikan kemudahan jawaban atas pertanyaan siswa. 17 2. Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru Orang yang mempunyai sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru adalah orang yang ingin menguak “tembok ketidaktahuannya” itu untuk memperoleh sesuatu yang original meskipun dia tahu akan sampai ke tembok ketidaktahuan berikutnya. Sikap tersebut, untuk anak sekolah menengah pertama SMP, dapat ditanamkan dengan cara mengajak siswa melakkukan suatu eksperimen dan pengamatan langsung pada hasil eksperimen. Data yang peroleh akan dapat memberikan sesuatu yang baru bagi dirinya tentang objek yang diamati tersebut. 3. Sikap kerja sama Seseorang yang bersikap kooperatif menyadari bahwa pengetahuan yang dimiliki orang lain adalah mungkin lebih banyak dan llebih sempurna daripada apa yang dia miliki. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pengetahuannya dia merasa membutuhkan kerja sama dengan orang lain. Anak usia sekolah perlu dipupuk sikapnya untuk dapat bekerja sama satu dengan yang lain. Kerja sama itu dapat berbentuk kerja kelompok, pengumpulan data, maupun diskusi untuk menarik simpulan dari suatu observasi. 4. Sikap tidak putus asa Seseorang yang tidak putus asa, dia akan tetap yakin bahwa kegagalan yang dialami setidaknya memberikan petunjuk yang berguna bagi orang lain untuk tidak mengambil jalan yang serupa. Tugas guru adalah memberikan motivasi bagi anak didik yang mengalami kegagalan dalam upaya menggali ilmu di bidang IPA. 18 5. Sikap tidak berprasangka Sejak awalnya, IPA mengajarkan untuk menetapkan kebenaran berdasarkan dua kriteria, yatu rasionalitas dan objektivitas. Munculnya factor objektivitas dalam menetapkan kebenaran menjadikan orang tidak lagi berprasangka. Sikap tidak berprasangka dapat dikembangkan secara dini pada anak usia SMP dengan jalan melakukan observasi dan eksperimen untuk mendapatkan ilmu. 6. Sikap mawas diri Objektivitas tidak hanya ditunjukkan di luar diri seseorang, tetapi juga terhadap dirinya sendiri. Itulah sikap mawas diri untuk menjunjung tinggi kebenaran. Anak usia SMP harus dikembangkan sikapnya untuk jujur pada diri sendiri, menjunjung tinggi kebenaran, dan berani melakukan koreksi terhadap dirinya sendiri. 7. Sikap bertanggung jawab Berani mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuat merupakan sikap mulia. Sikap ini bukan monopoli ilmuwan dalam mencari kebenaran, namun tidak ada seorang pun yang tidak setuju bahwa anak didik perlu dibina menjadi manusia yang bersikap tanggung jawab. Sikap bertanggung jawab harus dikembangkan sedini mungkin, misalnya dengan membuat dan melaporkan hasil pengamatan kepada teman sejawat, guru, atau orang lain dengan sejujur-jujurnya. 8. Sikap berpikir bebas Dalam dunia ilmu pengetahuan, objektivitas merupakann unsur yang mutlak diperlukan karena objektivitas merupakan salah satu kebenaran kriteria ilmu. Tugas guru adalah mengembangkan pikiran bebas dari anak dan bukan 19 mendiktekan pendapatnya agar sesuai dengan buku teks. Mencatat atau merekam hasil sesuai fakta dan membuat simpulan dengan hasil kerja mereka sendiri merupakan saat penting bagi anak untuk mengembangkan sikap berpikir bebas. 9. Sikap kedisiplinan diri Kedisiplinan diri dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mengontrol atau pun mengatur dirinya sendiri menuju tingkah laku yang dikehendaki dan dapt diterima oleh masyarakat Wingo dalam Hendro dan Kaligis, 1992: 10. Tugas guru untuk dapat mengatur kapan dia harus melakukan pengontrolan secara bertahap dan tepat guna yang kesemuanya ditujukan kepada terbentuknya kedisiplinan diri pada anak didik. IPA dipandang suatu produk karena berisi prinsip-prinsip, teori, hokum, konsep maupun fakta yang kesemuanya ditujukan untuk menjelaskan tentang berbagai gejala alam. Tetapi yang lebih penting dalam pembelajaran IPA adalah siswa mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan Pencipta alam semesta Hadiat, 1996: 2. Melalui sikap dan proses tersebut, maka produk IPA akan terbentuk. IPA merupakan suatu proses dari upaya manusia untuk memahami berbagai gejala alam. Oleh karena itu, diperlukan suatu tata cara tertentu yang sifatnya analitis, cermat, lengkap, serta menghubungkan gejala alam yang satu dengan gejala alam lain, sehingga keseluruhannya membentuk sudut pandang yang baru terhadap objek yang diamati. Metode ilmiah dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan pada siswa sekolah, dengan harapan bahwa pada akhirnya akan terbentuk suatu paduan yang lebih utuh bagi anak untuk melakukan penelitian. 20 Beberapa keterampilan dalam sebuah penelitian, menurut Hendro dan Kaligis 1992: 13 meliputi: 1 keterampilan mengobservasi, merupakan keterampilan menggunakan semua pancaindera untuk memperoleh data atau informasi; 2 keterampilan mengklasifikasi, adalah keterampilan untuk menggolongkan objek pengamatan berdasarkan perbedaan dan persamaan sifat yang dimiliki; 3 keterampilan menginterpretasi, adalah keterampilan untuk menafsirkan data apabila data sudah ditata dan diklasifikasi secara teratur; 4 keterampilan memprediksi, adalah keterampilan untuk memperkirakan atau meramalkan yang akan terjadi berdasarkan kecenderungan pola hubungan yang terdapat dalam data; 5 keterampilan membuat hipotesis, adalah keterampilan membuat dugaan tentang kejadian alam melalui serangkaian proses pemikiran; 6 keterampilan mengandalkan variable, yaitu kemampuan untuk mengendalikan factor-faktor yang berpengaruh; 7 keterampilan menyimpulkan inferensi, adalah kemampuan untuk menarik kesimpulan dari data yang sudah terkumpul berdasarkan hasil pemikiran deduktif; 8 keterampilan mengaplikasikan, adalah keterampilan menerapkan konsep atau pengetahuan yang dimiliki siswa ke dalam situasi yang baru; 9 keterampilan mengkomunikasikan, merupakan keterampilan untuk menyampaikan apa yang ada dalam pikiran dan perasaan kepada orang lain, baik secara lisan maupun secara tertulis. 21

F. Tinjauan tentang Konsep Perubahan Zat