Analisa Perhitungan Tingkat Program K3

pencapaian dari suatu indicator kinerja belum tercapai atau belum mencapai target yang maksimal, meskipun nilainya sudah mendekati target. Apabila diperinci program K3 ada 8 ketegori penilaian yang belum tercapai atau belum mencapai target yang maksimal Kategori KUNING yaitu pada Penggunaan alat peindung diri dengan nilai sebesar 68 , Upaya pencegahan terjadi keadaan darurat dengan nilai sebesar 77 , Penyelidikan kecelakaan dengan nilai sebesar 77, Hubungan koordinasi dengan pihak security dengan nilaisebesar 93, Pertolongan pertama dalam kecelakaan dengan nilai sebesar 80, Peringatan keselamatan safety sign dengan nilai sebesar 73, Training dengan nilai sebesar 80 , dan Inspeksi dengan nilai sebesar 67. Namun masih ada kategori penilaian yang belum tercapai atau belum mencapai target yang maksimal Kategori MERAH, yaitu pada Kesadaran dan kualitas pekerja dengan nilai sebesar 45 Tabel 4.8.. Nilai-nilai ini mengindikasi bahwa pencapaian dari suatu indicator kinerja belum tercapai, jadi pihak manajemen harus berhati-hati dengan adanya berbagai macam kemungkinan untuk menjamin keberhasilan implementasi program K3. Pihak manajemen bertanggung jawab untuk menghimbau serta menekankan kepada karyawan untuk menerapkan semua program K3, agar tidak terjadi kecelakaan kerja dimasa yang akan datang. Alat Pelindung Diri APD mempunyai nilai kinerja sebesar 68 . Dari hasil pengamatan dan wawancara langsung dengan beberapa karyawan bagian HSE, pekerja kurang patuh atau taat pada penggunaan APD karena kurangnya kesadaran oleh para pekerja dalam memakai alat-alat pelindung diri, pemakaian alat-alat pelindung diri dirasakan tidak nyaman seperti panas dan sesak dan pekerja merasa terganggu dalam melaksanakan pekerjaan. Semua itu bisa berpotensi mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja yang lebih besar atau banyak. Kesadaran dan kualitas pekerja mempunyai nilai mencapai 45 , hal ini terjadi karena kesadaran para pekerja di proyek untuk melindungi diri mereka sendiri terhadap bahaya kecelakaan kerja rata-rata masih sangat rendah. Para responden karyawan bagian HSE dan mandor menyatakan meskipun alat-alat pengaman disediakan oleh pihak manajemen, tetapi tidak ada kesadaran dari pekerja untuk memakainya, maka akan sia-sia saja. Sedangkan kualitas pekerja akan sangat dipengaruhi oleh keahlian pekerja dan pengalaman kerjanya. Pada sisi yang lain, pekerja dengan kualitas yang baik tentunya akan bekerja sesuai dengan prosedur kerja yang ada sehingga bisa memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Jelas di sini kesadaran dan kualitas kerja sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan system keselamatan kerja. Upaya pencegahan terjadi keadaan darurat mempunyai nilai mencapai 77 . Disini perlu dicermati walaupun prosedur dalam menghadapi keadaan darurat cukup baik, tapi untuk pelatihan dalam mengatasi keadaan darurat belum terlaksana secara optoimal karena biasanya cuma diberikan bekal dalam menghadapi keadaan darurat secara lisan sesuai dengan prosedur tertulis. Penyelidikan terhadap kecelakaan memperoleh nilai sebesar 77 , ini menunjukkan kategori penilaian dirasa cukup baik. Hal ini karena pendataan sudah baik sehingga sangat membantu dalam proses penyelidikan terhadap terjadinya kecelakaan. Data sebuah kecelakaan dapat digunakan sebagai bahan koreksi dan perbaikan dimasa yang akan datang. Dengan pelaporan kecelakaan yang cepat dan akurat dampak dari kecelakaan akan lebih mudah diatasi dan korban kecelakaan dapat mendapat pertolongan dengan segera. Hubungan koordinasi dengan pihak sekuriti memperoleh nilai sebesar 93 , ini menunjukkan koordinasi pihak manajemen K3 dengan pihak sekuriti berjalan cukup baik. Sekuriti cukup baik dan siaga dalam mengawasi keluar masuknya orang pekerja atau tamu dan kendaraan kendaraan proyek atau pribadi dan juga menjaga keamanan lingkungan sekitar area proyek. Pertolongan pertama dalam kecelakaan memperoleh nilai sebesar 80 , dimana telah memperoleh nilai yang cukup baik karena pihak HSE cukup siap apabila pertolongan pertama dibutuhkan,hanya saja masih adanya kekurang lengkapan obat atau kelengkapan P3K yang sedianya dibutuhkan. Peringatan keselamatan safety sign memperoleh nilai sebesar 73 di dimana memperoleh nilai yang kurang baik karena masih banyaknya pekerja yang melanggar rambupapan peringatan karena kurangnya kesadaran dari para pekerja sendiri,hal ini yang sangat berpotensi terjadinya kecelakaan kerja Nilai implementasi program K3 pelatihan atau training memperoleh nilai sebesar 80 , training telah terlaksana dengan cukup baik, karena pekerja telah cukup mendapatkan pelatihan dan pembinaan operasional secara berkelanjutan Continue. Pelatihan dan pembinaan operasional ini mempunyai maksud untuk mereduksi hazard yang mungkin timbul. Secara umum jenis pelatihan yang dilakukan hanyalah pelatihan dasar seperti penggunaan alat pemadam dan cara evakuasi bila terjadi kecelakaan serta penjelasan tentang penggunaan alat pelindung diri dengan benar. Inspeksi dalam implementasi program K3 memperoleh nilai sebesar 67 ispeksi telah terlaksana sudah cukup baik. Inspeksi ini juga merupakan salah satu tugas dari manajemen K3 dalam menjaga kinerja proyek, khususnya dalam mencegah timbulnya kecelakaan dan bahaya yang dapat menimbulkan korban serta kerugian. Tiap minggu diadakan apel atau morning safety talk tentang sosialisasi peraturan K3 bekerja yang aman di proyek. Tapi perusahaan juga masih longgar dalam memberikan sanksi kepada pekerja yang melakukan kelalaian dalam bekerja atau kurang patuh dalam penggunaan alat pelindung diri.

4.6.2. Analisa Perhitungan Tingkat Implementasi Program K3

Dari data kecelakaan kerja yang diperoleh selama proyek berjalan terjadi 6 kecelakaan di PT. Adhi Karya Persero Tbk khususnya pada proyek pembangunan Apron dan Taxiway Bandara Juanda Surabaya. Dari seluruh kecelakaan tersebut termasuk dalam kategori HIJAU. Suatu kecelakaan dikategorikan HIJAU bila terjadi kecelakaan ringan atau luka ringan yang tidak mengganggu hari kerja hari kerja tidak hilang. Sedangkan suatu kecelakaan kerja dikategorikan KUNING apabila kecelakaan tersebut membutuhkan perawatan medis yang insentif terjadi kecelakaan sedang sehingga pekerja harus meninggalkan tugas regulernya selama satu hari kerja penuh atau lebih Mengakibatkan hilang hari kerja. Untuk kecelakaan kerja dalam kategori MERAH bila terjadi kecelakaan berat yang mengakibatkan luka berat dan cacat seumur hidup tidak mampu bekerja.

4.6.3. Analisa Penentuan Level Tingkat Implementasi Program K3

Telah ditentukan pada bab sebelumnya bahwa perhitungan tingkat implementasi program K3 adalah KUNING dan kategori kecelakaan kerja masuk dalam kategori HIJAU, maka bedasarkan tabel 4.10 level tingkat implementasi program K3 di PT. Adhi Karya Persero Tbk khususnya pada proyek pembangunan Apron dan Taxiway Bandara Juanda Surabaya pada level 2 cukup aman.

4.6.4. Analisa Hazop Analisa Perbaikan untuk mengatasi permasalahan

Pada Akses Jalan Ada 2 cara alternative yang bisa dilakukan untuk memperlancar laju kendaraan dan mencegah terjadinya kecelakaan, diantaranya dengan melakukan pemadatan jalan secara rutin dengan menggunakan material campuran sirtu pasir dan batu atau melakukan pengaspalan kasar. Maka lebih baik pada saat pemadatan jalan menggunakan sirtu pasir dan batu karena pengerjaannya cukup mudah dan cepat.

4.6.5. Analisa Hazop Analisa Perbaikan untuk mengatasi permasalahan

Pada Area Kerja Proyek Perbaikan dari permasalahan ini area kerja proyek dengan cara memperingatkan semua pekerja dengan memasang lebih banyak papan-papan peringatan dan memberi perhatian tentang kesadaran pekerja. Hal yang tepat yang bisa dilakukan pada masalah ini dengan memberi perhatian lebih berupa membangun kesadaran pekerja tentang pentingnya mentaati peratuaran atau peringatan yang suadah tertulis agar tidak membahayakan dirinya dan juga pekerja dituntut untuk berhati-hati dalam menjalankan semua aktifitas pekerjaan

Dokumen yang terkait

MANAJEMEN RESIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA SUPERMARKET DENGAN METODE HAZARD AND OPERABILITY STUDY (HAZOP) MELALUI Manajemen Resiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Supermarket Dengan Metode Hazard And Operability Study (Hazop) Melalui Perangkingan S

2 12 14

ANALISIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN METODE HAZARD AND OPERABILITY (HAZOP) DI CV. PRIMA MANDIRI TEKNIK SURABAYA.

8 27 87

ANALISIS KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DENGAN METODE HAZARD AND OPERABILITY (HAZOP) DI PT. SIANTAR TOP, SIDOARJO.

6 16 103

ANALISIS KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DENGAN METODE HAZARD AND OPERABILITY (HAZOP) DI PT. SIANTAR TOP, SIDOARJO.

1 4 103

IDENTIFIKASI KESEHATAN KESELAMATAN KERJA DAN ANALISIS PENYEBAB TINGKAT KECELAKAAN KERJA DENGAN METODE HAZARD AND OPERABILITY (HAZOP) DI PT. TUNGGAL DJAJA INDAH WARU – SIDOARJO.

7 22 82

ANALISIS KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DENGAN METODE HAZARD AND OPERABILITY (HAZOP) DI.PG CANDI BARU, SIDOARJO.

24 162 91

Evaluasi Kekuatan Perkerasan Sisi Udara (Runway, Taxiway, Apron) Bandara Juanda dengan Metode Perbandingan ACN-PCN

1 2 6

IDENTIFIKASI KECELAKAAN KERJA DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE HAZARD DAN OPERABILITY ( HAZOP ) PADA PROYEK PEMBANGUNAN APRON DAN TAXIWAY BANDARA JUANDA SURABAYA (Studi Kasus: PT.Adhi Karya (Persero) Tbk.)

0 1 14

IDENTIFIKASI KESEHATAN KESELAMATAN KERJA DAN ANALISIS PENYEBAB TINGKAT KECELAKAAN KERJA DENGAN METODE HAZARD AND OPERABILITY (HAZOP) DI PT. TUNGGAL DJAJA INDAH WARU – SIDOARJO

0 0 19

ANALISIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN METODE HAZARD AND OPERABILITY (HAZOP) DI CV. PRIMA MANDIRI TEKNIK SURABAYA

0 1 18