Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

yaitu dari aspek hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain dan hubungan dengan lingkungan. Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Spiritualitas berdasarkan Dimensi Spiritualitas pada Pasien Diabetes Mellitus n=60 Dimensi Spiritualitas Frekuensi Persentase Hubungan dengan Tuhan Tinggi 56 93 Rendah 4 7 Hubungan dengan Diri Sendiri Tinggi 53 88 Rendah 7 12 Hubungan dengan Orang Lain Tinggi 51 85 Rendah 9 15 Hubungan dengan Lingkungan Tinggi 53 88 Rendah 7 12 Tabel 5.7. menunjukkan bahwa hasil penelitian tentang tingkat spiritualitas pada pasien diabetes mellitus mayoritas berada pada spiritualitas tinggi 92 dan tingkat spiritualitas rendah 8. Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Spiritualitas pada Pasien Diabetes Mellitus n=60 Tingkat Spiritualitas Frekuensi Persentase Tinggi 55 92 Rendah 5 8

5.2 Pembahasan

Menurut Young dan Koopsen 2007, spiritualitas merupakan aspek pribadi manusia yang memberi kekuatan dan mempengaruhi individu dalam menjalani hidupnya. Spiritualitas merupakan suatu dimensi yang berhubungan dengan menemukan arti dan tujuan hidup, menyadari kemampuan untuk Universitas Sumatera Utara menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri, mempunyai perasaan yang berkaitan dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain, dan lingkungan Burkhardt, 1993 dalam Hamid, 2009. Menurut hasil penelitian mengenai gambaran spiritualitas pada pasien diabetes mellitus yang telah dilakukan terhadap 60 orang responden di Puskesmas Kampung Baru Medan, diperoleh 92 responden tingkat spiritualitasnya tinggi dan 8 responden tingkat spiritualitasnya rendah. Penelitian Muna 2012 menyatakan bahwa tingkat spiritualitas pada pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga 60 berada pada tingkat spiritualitas tinggi. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yulianti 2010 mengenai tingkat spiritualitas pada pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa di Unit Hemodialisa Rumah Sakit PKU Muhammadiah Yogyakarta mayoritas responden mengalami penolakan terhadap penyakit yang dialami, mengisolasi diri, marah, tawar menawar dan depresi. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa spiritualitas pada pasien diabetes mellitus berada pada tingkat spiritualitas tinggi, hal ini dipengaruhi oleh usia responden yang umumnya berada di usia pertengahan dan lansia. Menurut pendapat Nugroho 2008, sebagian besar tingkat spiritualitas pada seseorang yang berusia lanjut mengalami peningkatan, dimana lansia semakin teratur dalam menjalankan kehidupan spiritualnya sehari-hari. Hal yang sama dikemukakan oleh Hamid 2009 bahwa kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai dan menyediakan lebih banyak waktu untuk kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti nilai-nilai agama yang diyakini sebagai respon terhadap kesadaran Universitas Sumatera Utara individu dalam menjalani kehidupan beragama. Hasil penelitian ini juga seiring dengan pendapat Taylor 1997 dan Craven Hirnle 1996 dalam Hamid 2000 yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi spiritual seseorang adalah usia. Di samping itu, faktor lain yang mempengaruhi spiritualitas seseorang adalah keluarga, latar belakang etnik budaya, pengalaman hidup sebelumnya, krisis dan perubahan, terpisah dari ikatan spiritual, isu moral terkait terapi dan asuhan keperawatan yang kurang sesuai. Dari hasil penelitian ini, spiritualitas pada pasien diabetes mellitus berdasarkan aspek hubungan dengan Tuhan mayoritas berada pada tingkat spiritualitas tinggi, yaitu mencapai 93. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas responden yang menyatakan selalu berdoasembahyangmeditasi untuk mendapatkan ketenangan, yaitu sebanyak 49 responden 82. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryani 2010 yang menyatakan bahwa 80 penderita diabetes mellitus dewasa yang melakukan meditasi secara rutin dapat meningkatkan kedisiplinannya terhadap pengobatan dan menunjukkan tingkat kesembuhan yang baik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasanya seluruh responden selalu percaya bahwa Tuhan membantu dalam kesembuhan penyakit. Hal ini dapat dilihat dari karakteristik responden yang keseluruhannya memiliki kepercayaan yang dianut, sehingga seluruh responden memiliki keyakinan akan kekuasaan Tuhan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Hawari 2005 yang menyatakan kepercayaan kepada Tuhan dapat membangkitkan motivasi seseorang dalam menjalani hidup, termasuk dalam keadaan sakit, dimana keyakinan tersebut Universitas Sumatera Utara menjadi medikasi terapeutik individu sehingga dapat meningkatkan kesembuhan penyakit. Dari hasil penelitian ini, spiritualitas pada pasien diabetes mellitus berdasarkan aspek hubungan dengan diri sendiri mayoritas berada pada tingkat spiritualitas tinggi yaitu mencapai 88. Hal ini dapat dilihat dari responden yang menyatakan selalu optimis menjalani hidup sebanyak 41 orang 68. Menurut Rusli 2011, diabetes mellitus merupakan penyakit degeneratif yang berkembang atau bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama yakni lebih dari 6 bulan. Dari hasil penelitian ini, 67 responden menderita diabetes mellitus lebih dari sepuluh tahun. Hal ini seiring dengan penelitian yang dilakukan Heriani, Nauli, Woferst 2013 yang menyatakan bahwa seseorang yang mengalami penyakit kronis seperti diabetes mellitus dalam waktu yang lama akan mempengaruhi pengalaman individu tersebut dalam pengobatan penyakit diabetes mellitus. Hal yang sama dikemukakan oleh Notoatmodjo 2003 bahwa pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami dijalani, dirasakan dan ditanggung oleh seseorang sehingga pengalaman dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan yaitu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman karena lamanya menderita penyakit diabetes mellitus dapat meningkatkan keoptimisan penderita terhadap penyakitnya. Dari hasil penelitian ini, 70 responden selalu merasa bahwa kesulitan merupakan pengalaman positif menjalani hidup lebih baik. Hal ini seiring dengan pendapat yang dikemukakan Kozier, Erb, Blais Wilkinson 1995 bahwa Universitas Sumatera Utara kekuatan yang timbul dari diri seseorang membantunya menyadari makna dan tujuan hidupnya, diantaranya memandang pengalaman hidupnya sebagai pengalaman yang positif, kepuasan hidup, optimis terhadap masa depan, dan tujuan hidup yang semakin jelas. Hasil penelitian ini menunjukkan 59 responden selalu percaya bahwa penyakit yang diderita dapat disembuhkan. Hal ini dapat dilihat dari motivasi responden untuk berobat dan mencari tahu pengobatan penyakitnya. Mayoritas responden berobat ke puskesmas dalam rentang waktu 4-6 kali bulan, yaitu sebanyak 70. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kuatnya keyakinan responden terhadap kesembuhan penyakitnya yang ditunjukkan dari frekuensi berobat ke puskesmas yang cukup rutin. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Fowler Keen 1985 bahwa kepercayaan dan keyakinan dapat memberikan arti hidup dan kekuatan bagi individu ketika mengalami kesulitan atau stres. Mempunyai kepercayaan berarti mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang sehingga dapat memahami kehidupan manusia dengan wawasan yang lebih luas. Menurut hasil penelitian, spiritualitas pada pasien diabetes mellitus berdasarkan aspek hubungan dengan orang lain mayoritas pada tingkat spiritualitas tinggi yaitu mencapai 85. Hal ini dapat dilihat dari responden yang menyatakan selalu menginginkan orang lain berdoa untuk kesembuhannya sebanyak 44 orang 73. Hal ini menunjukkan bahwa pasien diabetes mellitus membutuhkan orang lain untuk memberikan dukungan serta doa untuk kesembuhannya. Hal yang sama dikemukakan oleh Hart 2002 bahwa setiap Universitas Sumatera Utara manusia memiliki keinginan untuk menjalin dan mengembangkan hubungan antar manusia yang positif melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta kasih. Teman dan keluarga dekat dapat memberikan bantuan dan dukungan emosional untuk melawan banyak penyakit Hasil penelitian ini juga menunjukkan mayoritas responden yang menyatakan selalu membina hubungan baik dengan keluargakerabat sebanyak 43 orang 72. Hal ini menunjukkan peran keluargakerabat sangat penting bagi penderita diabetes mellitus, dimana keluarga menjadi sistem pendukung setiap orang untuk mempertahankan kehidupannya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Soegondo 2004, yang menyatakan 75 penderita diabetes mellitus yang mendapatkan dukungan dari keluarga maupun orang terdekatnya, mengalami peningkatan kepatuhannya terhadap pengobatan dan peningkatan kesembuhan yang signifikan. Sedangkan pernyataan lain tentang spiritualitas dari aspek hubungan dengan orang lain, yaitu selalu diperhatikan oleh keluarga walaupun sakit sebanyak 48. Menurut penelitian Coffman 2008, penderita diabetes mellitus umumnya mendapat dukungan dari keluarga selain dari teman dan petugas kesehatan, karena keluarga merupakan sistem pendukung utama bagi seseorang. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Goz 2007, yang menyatakan bahwa dukungan sosial dapat meningkatkan kualitas hidup serta kesembuhan pasien diabetes mellitus. Dari hasil penelitian ini, spiritualitas pada pasien diabetes mellitus dari aspek hubungan dengan lingkungan mayoritas pada tingkat spiritualitas tinggi Universitas Sumatera Utara yaitu mencapai 88. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan responden yang menyatakan selalu merasa nyaman tinggal di lingkungan rumah sebanyak 46 orang 77. Hal ini dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal responden yang nyaman dan kondusif dalam jangka waktu yang cukup lama. Hal yang sama dikemukakan oleh Kozier, et al. 1995 bahwa pemenuhan spiritualitas yaitu melalui kedamaian dan lingkungan atau suasana yang tenang. Kedamaian merupakan keadilan, empati, dan kesatuan. Kedamaian membuat individu menjadi tenang dan dapat meningkatkan status kesehatan. Hasil penelitian juga menunjukkan 85 responden selalu merasakan ketenangan saat bersama keluargakerabat. Hal ini dipengaruhi oleh status perkawinan responden yang mayoritas menikah dan memiliki pasangan yaitu 82. Pasangan hidup merupakan salah satu sistem pendukung kesembuhan penyakit bagi penderitanya sehingga tercipta kedamaian dalam diri seseorang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cattich Knudson-Martin 2009, yang menyatakan hubungan perkawinan yang baik dapat menurunkan tingkat stres pada pasien diabetes mellitus. Ketika pasangan mendukung dan berpartisipasi terhadap perawatan pasangannya, maka pasien diabetes mellitus akan membuat perubahan gaya hidup yang signifikan, sehingga meningkatkan status kesehatannya. Dari hasil penelitian, 52 responden selalu menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan. Hal ini menunjukkan rasa kepedulian responden terhadap lingkungan serta menyediakan waktu untuk bersatu dengan alam seperti mengunjungi alam yang indah, merawat alam yang dapat dilakukan dengan Universitas Sumatera Utara merawat tanaman atau hewan peliharaan sehingga terciptanya kedamaian dalam hidup seseorang. Pernyataan ini seiring dengan pendapat Kozier, Erb, Blais Wilkinson 1995 bahwa hubungan seseorang dengan alam yang meliputi pengetahuan tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim dan berkomunikasi dengan alam serta melindungi alam tersebut dapat menciptakan kedamaian. Dengan kedamaian, seseorang akan merasa lebih nyaman dan tenang sehingga dapat meningkatkan status kesehatan seseorang Hamid,2009. Namun dari hasil penelitian diketahui bahwa ada 5 orang responden yang memiliki tingkat spiritualitas rendah, di antaranya adalah responden yang tidak menikah, tidak memiliki pekerjaan, penghasilan kurang dari Rp. 1.500.000, tidak patuh terhadap pengobatan serta responden yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga. Hal ini sesuai dengan pendapat Roper 2002 yang menyatakan bahwa rendahnya atau bahkan kehilangan spiritualitas kalau seorang individu menunjukkan sikap putus asa, sikap pesimis, memiliki harapan yang buruk terhadap suatu kejadian, tidak dapat mencari sistem pendukung di kehidupannya, tidak dapat menerima penderitaan hidup yang dialami, tidak melaksanakan ibadah sesuai agamanya, merasa bahwa penyakit merupakan peringatan dari Tuhan dan tidak meyakini adanya kekuasaan Tuhan. Dari hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa spiritualitas pasien diabetes mellitus di Puskesmas Kampung Baru Medan berada pada tingkat spiritualitas tinggi dikarenakan mayoritas pasien diabetes mellitus berada pada usia pertengahan dan usia lanjut sehingga spiritualitasnya mengalami peningkatan, selain itu semua responden memiliki keyakinan yang tinggi atas Universitas Sumatera Utara kekuasaan Tuhan sehingga memiliki harapan yang positif terhadap penyakit yang dialami yang dibuktikan dengan peningkatan kepatuhan pasien diabetes mellitus terhadap pengobatan. Universitas Sumatera Utara 47

BAB 6 PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan terhadap terhadap 60 orang pasien diabetes mellitus di Puskesmas Kampung Baru Medan menggambarkan mayoritas responden memiliki tingkat spiritualitas tinggi.

6.2. Rekomendasi

6.2.1. Rekomendasi Bagi Puskesmas

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi informasi dan saran bagi perawat yang bertugas di puskesmas untuk memberikan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga akan pentingnya spiritualitas bagi pasien diabetes mellitus sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan dan diet sehingga tingkat kesembuhan pasien dapat meningkat. 6.2.2. Rekomendasi Bagi Keluarga Pasien Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan kepada keluarga pasien dalam keadaan apapun untuk selalu memberikan dukungan kepada pasien diabetes mellitus baik materiil, moral dan spiritual agar dapat meningkatkan motivasi pasien terhadap kesembuhan penyakitnya.

6.2.3. Rekomendasi Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pendidikan keperawatan tentang spiritualitas dan diabetes mellitus sehingga Universitas Sumatera Utara