Roman Sebagai Karya Sastra

23

Bab II KAJIAN TEORI

A. Roman Sebagai Karya Sastra

Pada awal kehidupan manusia, sastra telah hadir sebagai media ekspresi pengalaman estetik manusia berhadapan dengan alam sebagai penjelmaan keindahan. Bentuk nyata sastra pada masa itu adalah sastra lisan dan mitos-mitos. Mitos adalah karya sastra yang mengungkapkan kekuatan magis impersonal yang mengacu pada pengalaman akan hal-hal yang luar biasa indah, menakutkan, mengagumkan, dahsyat yang berkaitan dengan emosi-emosi supranatural. Jadi kehadiran sastra pada mulanya adalah untuk mengekspresikan pengalaman mistis dengan menghayati realita-realita yang paling mendasar dari eksistensi manusia seperti kelahiran, kematian, dan sebagainya. Secara umum sastra diartikan sebagai suatu tulisan yang menggunakan bahasa yang indah. Akan tetapi dalam perkembangannya sastra tidak lagi hanya menggunakan bahasa yang indah, melainkan memberikan sebuah dunia baru terhadap para penikmatnya. Sebagai contoh adalah karya-karya sadisme dan eksploitasi seksual yang ditampilkan oleh seorang sastrawan Perancis bernama Sade. Dengan demikian sastra tidak lagi sebatas karya yang menggunakan bahasa berbunga-bunga. Sedangkan menurut Semi melalui Endraswara 2008:7-8, karya sastra 24 merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar subconcious setelah mendapat bentuk yang jelas dituangkan ke dalam bentuk tertentu secara sadar concious dalam bentuk penciptaan karya sastra. Menurut Schmitt dan Viala 1982 : 17, sastra adalah “Le texte littéraire peut donc être à la fois un objet de plaisir, un réservoir d‟idées et d‟images offert au lecteur, et le lieu d‟une forme de savoir et de connaissance du réel .” Teks sastra terkadang bisa dijadikan sebagai objek kesenangan, pembawa ide dan imajinasi pada pembaca, dan juga sebagai bentuk kekuatan dan pengetahuan yang nyata. Selain itu, sastra juga didefinisikan sebagai suatu karya imajinatif yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang didasarkan pada aspek kebahasaan maupun aspek makna Luxemburg, 1984 : 3. Ada tiga jenis klasifikasi sastra, menurut Luxemburg 1984;109-113 yaitu naratif, monolog dan dialog. Dari pengklasifikasian tersebut karya sastra naratif terbagi menjadi prosa novel, novelet, cerpen, puisi dan drama. Roman atau novel adalah hasil karya sastra imajiner dalam bentuk prosa yang menampilkan tokoh-tokoh yang diwujudkan seperti kenyataan Rey, 1998 :184. Melalui roman, pengarang dapat secara bebas mengemukakan pikirannya. Hal ini 25 dapat dilihat dari segi alur atau jalan cerita yang ia susun. Selain itu pengarang juga dapat membangun berbagai permasalahan secara kompleks dan penuh. Dari tokoh- tokoh yang ia ciptakan dalam novel, ia dapat mengungkapkan seluruh perasaannya secara lebih luas dan terperinci. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, novel adalah karangan prosa yang panjang, yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang- orang yang ada di sekelilingnya dan menonjolkan watak dan sifat setiap pelakunya. Dengan demikian, melalui novel, pengarang dapat secara bebas mengemukakan pikirannya. Hal ini dapat dilihat dari segi alur atau jalan cerita yang ia susun. Selain itu pengarang juga dapat membangun berbagai permasalahan secara kompleks dan penuh. Dari tokoh-tokoh yang ia ciptakan dalam novel, ia dapat mengungkapkan seluruh perasaannya secara lebih luas dan terperinci.

B. Struktur Sebuah Karya Sastra