13
pembelajaran kelompok-kelompok belajar yang anggotanya heterogen dalam pembelajaran berbasis CTL. Komponen selanjutnya adalah pemodelan siswa dapat
menunjukkan model sebagai contoh pembelajaran benda-benda, guru, siswa lain, karya inovasi, dan lain-lain dan guru bukan satu-satunya model. Model dapat
dirancang dengan melibatkan siswa. Kemudian perlu melakukan refleksi di akhir pertemuan agar siswa merasa bahwa hari ini siswa belajar sesuatu.
Penilaian perlu dilakukan yang sebenarnya dari berbagai sumber dan dengan berbagai cara. Penilaian menekankan proses pembelajaran, maka data
yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran.
Menurut Depdiknas
2002: 19 karakteristik Authentic assessment yaitu: a dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, b bisa
digunakan untuk formatif maupun sumatif, c yang diukur ketrampilan dan perfomansi, bukan mengingat fakta, d berkesinambungan, e terintegrasi, dan
f dapat digunakan sebagai feed back
2.1.3 Kemampuan Pemecahan Masalah
Kata “kemampuan” berasal dari kata mampu yang berarti kuasa sanggup melakukan sesuatu, dapat. Kemudian mendapat imbuhan ke-an menjadi
kemampuan yang berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya ke dalam
situasi baru yang belum dikenal Wardhani, 2005: 93. Jadi kemampuan
14
pemecahan masalah adalah kecakapan menerapkan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya ke dalam situasi beru yang belum dikenal.
Pembelajaran pemecahan masalah adalah suatu kegiatan yang didesain oleh guru dalam rangka memberi tantangan kepada peserta didik melalui
penugasan pernyataan matematika. Fungsi guru dalam kegiatan itu adalah memotivasi peserta didik agar mau menerima tantangan dan membimbing peserta
didik dalam proses memecahkannya. Perlu diingat bahwa masalah yang diberikan kepada peserta didik harus masalah yang pemecahannya terjangkau oleh
kemampuan peserta didik. Masalah yang di luar jangkauan kemampuan peserta didik dapat menurunkan motovasi mereka.
Menurut Polya dalam Hudojo 2003: 150 ada dua macam masalah adalah masalah menemukan dan masalah membuktikan. Masalah untuk menemukan,
dapat teoritis atau praktis, abstrak atau konkret, termasuk teka-teki. Kita harus mencari semua variabel masalah tersebut, kita mencoba untuk mendapatkan,
menghasilkan atau mengkontruksi semua jenis objek yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Bagian utama dari masalah tersebut
adalah: 1
Apakah yang dicari; 2
Bagaimana data yang diketahui; 3
Bagaimana syaratnya. Ketiga bagian utama tersebut merupakan landasan untuk dapat menyelesaikan
masalah jenis ini.
15
Masalah untuk membuktikan, adalah untuk menunjikkan bahwa pernyataan benar atau salah atau tidak keduanya. Bagian utama dari masalah jenis
ini adalah hipotesis dan konklusi dari suatu teorema yang harus dibuktikan kebenarannya. Kedua bagian utama tersebut merupakan landasan untuk dapat
menyelesaikan masalah jenis ini. Selanjutnya Polya dalam Hudojo 2003: 150 juga mengatakan bahwa masalah untuk menemukan lebih penting dalam
matematika elementer, sedangkan masalah untuk membuktikan lebih penting dalam matematika lanjut. Pada penelitian ini lebih mengacu kepada masalah untuk
menemukan, hal ini dikarenakan pada materi sistem persamaan linear dua variabel siswa dituntut untuk dapat menemukan konsep dan pemecahan terhadap masalah
sehari-hari. Menurut kurikulum 2006 Depdiknas, 2006: 1 tujuan pembelajaran
matematika sekolah bertujuan mengembangkan kemahiran atau kecakapan matematika yang diharapkan dicapai adalah sebagai berikut.
a. Menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari,
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan
masalah.
b. Memiliki kemampuan menkomunikasikan gagasan dengan simbol,
tabel, grafik, atau diagram untuk memperjelas keadaan atau masalah. c.
Menggunakan penalaran pada pola, sifat, atau melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
d. Menunjukkan kemampuan strategik dalam membuat merumuskan,
menafsirkan, dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki: 1 rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, 2 sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
16
Mengajarkan siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan siswa itu menjadi lebih analitis di dalam mengambil keputusan dalam kehidupan.
Dengan kata lain, bila siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah maka siswa itu akan mampu mengambil keputusan sebab siswa itu menjadi mempunyai
ketrampilan tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali yang
telah diperolehnya. Beberapa ketrampilan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan
masalah menurut kurikulum 2006 Depdiknas, 2006: 2 yaitu; a Memahami masalah, b memilih pendekatan dan strategi pemecahan, c menyelesaikan
masalah, dan d menafsirkan solusi. Memahami masalah adalah memahami dan mengidentifikasikan apa fakta atau informasi yang diberikan, apa yang
ditanyakan, diminta untuk dicari, atau dibuktikan. Memilih pendekatan atau strategi pemecahan misalkan menggambarkan
masalah dalam bentuk diagram, memilih dan menggunakan pengetahuan aljabar yang diketahui dan konsep yang relevan untuk membentuk model atau kalimat
matematika. Menyelesaikan masalah merupakan melakukan operasi hitung secara benar dalam menerapkan strategi untuk mendapatkan solusi dari masalah.
Menafsirkan solusi diantaranya memperkirakan dan memeriksa kebenaran jawaban, masuk akalya jawaban, dan apakah memberikan pemecahan terhadap
masalah semula. Menurut Wardhani 2005: 96 indikator keberhasilan memecahkan
masalah ditunjukkan oleh kemampuan: a menunjukkan pemahaman masalah, b
17
mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah, c menyajikan masalah secara matematik dalam berbagai bentuk, d
memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat, e mengembangkan strategi pemecahan masalah, f membuat dan menafsirkan
model matematika dari suatu masalah, menyelesaikan masalah yang tidak rutin. Selanjutnya menurut Suyitno 2004: 37 syarat suatu soal menjadi soal pemecahan
masalah adalah; a siswa mempunyai pengetahuan prasyarat untuk mengerjakan soal tarsebut, b diperkirakan siswa mampu mengerjakan, c siswa belum tahu
algoritma atau cara menyelesaikan soal tersebut, dan d siswa mau dan berkehendak untuk menyelesaikan soal tersebut.
Penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah mencakup kemampuan yang terlibat dalam proses memecahkan masalah yaitu:
memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, menyelasaikan masalah, menafsirkan hasilnya. Dari hasil karya peserta didik dalam memecahkan masalah
dapat dilihat seberapa jauh kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah ditinjau dari kemampuan-kemampuan tersebut. Pada kenyataannya peserta didik
sering terhalang dalam memecahkan masalah karena lemahnya tidak terbiasa mengembangkan strategi pemecahan masalah dan kurangnya pemahaman konsep
atau prosedur yang terkandung dalam penyelesaian masalah. Menurut Polya dalam Suherman 2003: 91, soal pemecahan masalah
memuat empat langkah fase penyelesaian, yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaiakn masalah sesuai rencana, dan
melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan.
18
Pemberian skor pada kemampuan pemecahan masalah matematika mengadopsi penskoran pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Schoen dan
Ochmke dalam Kasman, 2008: 21 seperti terlihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah
Tahap Pengerjaan skor
1. Memahami masalah
a salah menginterpertasikantidak memahami
soaltidak ada jawaban b
interpertasi soal kurang tepat atau salah menginterpertasikan sebagian soalmengabaikan
kondisi soal c
memahami soal dengan baik 1
2
2. merencanakan strategi penyelesaian
a tidak ada rencana strategi penyelesaian
b merencanakan strategi penyelesaian yang kurang
relevan c
membuat strategi penyelesaian yang kurang relevan sehingga tidak dapat dilakukansalah
d membuat strategi penyelesaian tetapi tidak lengkap
e membuat rencana strategi penyelesaian yang benar
dan mengarah pada jawaban yang benar 1
2 3
4
3. melaksanakan strategi penyelesaian
a tidak ada penyelesaian sama sekali
b melaksanakan prosedur yang benar dan mungkin
menghasilkan jawaban benar tapi salah perhitunganpenyelesaian tidak lengkap
c melaksanakan prosedur proses yang benar dan
mendapatkan hasil benar 1
2
4. memeriksa kembali
a tidak ada pengecekan jawabanhasil
b ada pengecekan jawaban tapi hasil tidak tuntas
c pengecekan dilakukan untuk melihat kebenaran
proses 1
2
Total 10
19
2.1.4 Materi Sistem Persamaan Dua Variabel