Hubungan Antara Kadar 25-hydroxyvitamin D plasma rendah sebagai prediktor luaran buruk pada penderita stroke iskemik.

xv

2.3 Hubungan Antara

25-Hydroxyvitamin D dengan Stroke Iskemik Vitamin D merupakan salah satu hormon yang berperan dalam regulasi gen, meliputi imunomodulasi, proliferasi, regulasi pertumbuhan sel dan diferensiasi sel. Meskipun jalur sintesis kanonik aktivasi vitamin D, yang dikenal sebagai calcitriol atau 1,25-OH 2 -vitamin D 3 berakhir di ginjal, berbagai tipe sel lainnya seperti vascular smooth muscle cells , mikroglia, astrosit dan neuron otak, mensintesis 1- α -hydroxylase CYP27B1, merupakan enzim terakhir yang diaktivasi pada jalur sintesis ini, untuk meningkatkan kadar 1,25-OH 2 D 3 . Reseptor vitamin D secara luas diekspresikan oleh endotel, monosit teraktivasi dan sel-T, astrosit, cardiomyocytes dan neuron Balden, dkk., 2013. Berbagai faktor risiko stroke seperti usia dan hipertensi berhubungan dengan rendahnya kadar 25- hydroxyvitamin D 25-OHD plasma dan hal ini merupakan prediktor independen untuk terjadinya serangan stroke. Namun, hasil penelitian metaanalisis terbaru melaporkan pemberian suplemen vitamin D tidak bermakna secara signifikan dalam menurunkan risiko kejadian penyakit serebrovaskular ataupun risiko kematian. Walaupun beberapa studi telah membuktikan bahwa suplemen vitamin D mampu mengurangi kejadian penyakit serebrovaskular dan risiko kematian, namun hanya berperan pada populasi yang berisiko dibandingkan pada kelompok tanpa risiko Balden, dkk., 2013. Rendahnya kadar vitamin D berhubungan dengan meningkatnya risiko kejadian stroke dan penelitian eksperimental melaporkan vitamin D mampu melindungi neuron dari kerusakan akibat proses eksitotoksik. Iskemik serebral telah terbukti menimbulkan aktivasi reseptor vitamin D dan menyebabkan peningkatan translokasi nukleus pada hewan model dengan stroke. Pada penelitian in vitro, vitamin D 3 melindungi neuron kortikal tikus dan sel ganglion retina dari neurotoksisitas akibat induksi glutamate dan sianida. Vitamin D mampu meningkatkan jalur antioksidan endogen seperti γ -glutamyl transpeptidase dan mengurangi induksi sintesis nitric oxide, sehingga diperkirakan vitamin D memiliki mekanisme sebagai neuroprotektan. Vitamin D meningkatkan regulasi faktor pertumbuhan, seperti nerve growth factor, neurotrophin-3, neurotrophin-4, IGF-I dan glial cell line-derived neurotrophic growth factor . Growth factor seperti IGF-I berperan dalam perbaikkan sistem saraf pusat dengan menumbuhkan akson dan dendrit setelah serangan stroke, dimana akson dan dendrit merupakan komponen penting dalam perbaikkan fungsi neuron. Selain itu, growth factor xvi tersebut merangsang pertumbuhan dan ketahanan neural progenitor cells, astrosit dan mikroglia yang merangsang integrasi perbaikkan paska stroke. Vitamin D 3 juga mampu menekan sitokin proinflamasi seperti TNF- α, IL-6 dan nitric oxide pada sel mikroglia dan mengurangi kerusakan neuron akibat iskemik otak Balden, dkk.,2013. Disfungsi endotel ditunjukkan dengan perubahan endotel yang menyebabkan penurunan kemampuan vasodilatasi dari pembuluh darah dan mengaktifkan proinflamasi dan kondisi protrombotik. Hal ini berperan dalam mekanisme terjadinya proses ateroskelerosis, dengan bukti secara in vivo terbentuknya plak secara progresif. Disfungsi endotel terkait dengan peningkatan kekakuan pembuluh darah. Penelitian mengenai kondisi hipovitaminosis vitamin D dan disfungsi endotel melaporkan bahwa pemberian suplemen terhadap pasien dengan defisiensi vitamin D bermakna secara statistik memperbaiki kekakuan pembuluh darah dibandingkan plasebo. Keadaan defisiensi vitamin D berhubungan dengan peningkatan konsentrasi matriks metalloproteinase-9, yang mengontrol remodeling dinding pembuluh darah. Peningkatan konsentrasi matriks metalloproteinase-9 di plasma darah terjadi pada pasien dengan penyakit kardiovaskular. Pemberian suplemen vitamin D menunjukkan penurunan konsentrasi matriks metalloproteinase-9 hingga mencapai 68 Cora, M dan Williams, D., 2011. Beberapa penelitian menunjukkan hubungan negatif antara kadar 25-hydroxyvitamin D dan kejadian aterosklerosis, melalui pengukuran ketebalan tunika intima dan tunika media karotis, dan gambaran CT sken yang menunjukkan gambaran plak aterosklerosis. Beberapa protein tulang, termasuk osteopontin, osteocalcin, matrix gla proteins dan osteoprotegerin telah ditemukan sebagai penyusun dinding pembuluh darah arteri. Osteoprotegerin merupakan protein yang paling berperan dalam kalsifikasi vaskular, dengan menghambat ikatan antara r eceptor activator of nuclear factor- κB ligand dengan reseptor yang sama, sehingga menghambat interkomunikasi antara sel osteoblast dan prekusor osteoklast. Hal ini menyebabkan penghambatan diferensiasi prekusor osteoklast menjadi osteoklast matur. Studi klinis menduga kadar osteoprotegerin serum meningkatkan kalsifikasi pembuluh darah, penyakit jantung iskemik dan stroke Cora, M dan Williams, D., 2011. Data dari berbagai penelitian observasional prospektif melaporkan defisiensi vitamin D merupakan faktor risiko independen stroke. Studi metaanalisis mendapatkan bahwa faktor risiko penyakit serebrovaskuler secara signifikan mengalami penurunan pada individu xvii dengan kadar 25OHD yang tinggi. Selain sebagai faktor risiko stroke, kadar 25OHD pada saat awal masuk rumah sakit mampu menunjukkan derajat keparahan stroke dan mampu sebagai penentu luaran klinis. Terdapat hubungan yang signifikan antara kadar 25OHD plasma yang rendah dengan luaran klinis yang buruk, peneliti memberikan hipotesa bahwa vitamin D diperkirakan mampu memicu perubahan neuroplastisitas yang akan meningkatkan perbaikan klinis. Sejak diketahui bahwa 25OHD mampu menembus sawar darah otak dan VDR diidentifikasi di dalam otak, diperkirakan vitamin D berperan sebagai neuroprotektor. Pada hewan coba dengan iskemik otak, ukuran infark serebri secara signifikan dapat dikurangi dengan pemberian terapi berupa 1,25OH 2 D. Penelitian ini didukung dengan data bahwa defisiensi vitamin D pada tikus berhubungan dengan peningkatan volume infark serebri. Kondisi defisiensi ini diperkirakan sebagai akibat disregulasi respon inflamasi dan penurunan faktor neuroprotektif seperti insulin growth factor IGF-1 Kienreich, dkk., 2013.

2.4 Luaran Perawatan Stroke