xvii
dengan kadar 25OHD yang tinggi. Selain sebagai faktor risiko stroke, kadar 25OHD pada saat awal masuk rumah sakit mampu menunjukkan derajat keparahan stroke dan mampu
sebagai penentu luaran klinis. Terdapat hubungan yang signifikan antara kadar 25OHD plasma yang rendah dengan luaran klinis yang buruk, peneliti memberikan hipotesa bahwa
vitamin D diperkirakan mampu memicu perubahan neuroplastisitas yang akan meningkatkan perbaikan klinis. Sejak diketahui bahwa 25OHD mampu menembus sawar darah otak dan
VDR diidentifikasi di dalam otak, diperkirakan vitamin D berperan sebagai neuroprotektor. Pada hewan coba dengan iskemik otak, ukuran infark serebri secara signifikan dapat
dikurangi dengan pemberian terapi berupa 1,25OH
2
D. Penelitian ini didukung dengan data bahwa defisiensi vitamin D pada tikus berhubungan dengan peningkatan volume infark
serebri. Kondisi defisiensi ini diperkirakan sebagai akibat disregulasi respon inflamasi dan penurunan faktor neuroprotektif seperti
insulin growth factor
IGF-1 Kienreich, dkk., 2013.
2.4 Luaran Perawatan Stroke
Prognosis stroke meliputi 6 aspek yaitu
disease, death, discomfort, disability, dissatisfaction
dan
destitution.
Beberapa pasien mengalami stroke iskemik dengan defisit berat tersebut selama perawatan dapat mengalami edema fokal dengan resiko herniasi,
komplikasi sistemik seperti pneumonia, gagal jantung akut, dan kematian. Beberapa faktor prediktor luaran stroke yang buruk seperti terganggunya fungsi
kognitif, penurunan kesadaran pada onset kejadian, defisit neurologi yang akut dan berat, perawatan diluar unit stroke dan jenis kelamin wanita sering hal tersebut dihubungkan
dengan luaran perawatan yang buruk, walaupun melalui berbagai studi prognosis belum didapatkan hasil yang konstan mengenai predikor luaran buruk. Namun ada hal yang
konsisten yang selalu didapatkan hasil yang sama yaitu mengenai usia lanjut saat mengalami stroke, atau mengalami stroke yang berat saat onset. Keduanya secara konsisten dari berbagai
studi dapat meramalkan luaran jangka panjang yang buruk. Sandy dkk., 2000; Bill dkk., 2012.
Penelitian dari the Acute Stroke Registry and Analysis of Lausanne ASTRAL menggunakan analisis kohort sejak tahun 2004
–2010, didapatkan parameter meliputi sosiodemografi, klinis, radiologi, dan xviirognost metabolisme menemukan tujuh faktor yang
xviii
berhubungan dengan beratnya stroke saat serangan akut, antara lain tipe serangan stroke kardioembolik, onset stroke yang tidak diketahui, adanya tanda iskemik pada 6 jam awal CT
sken, kadar hemoglobin dan kadar leukosit sebagai petanda inflamasi selain CRP, serta adanya kelainan pada dinding pembuluh darah pada teritori parenkim otak yang mengalami
iskemik Bill dkk., 2012. Nilai prognostik stroke iskemik pada fase akut dapat dilihat dari perbedaan skor NIHSS
pada hari ke-7 dengan skor NIHSS saat awal masuk rumah sakit. Batasan hari ke-7 didapat dari berbagai penelitian bahwa perbaikan awal dapat dimulai pada minggu pertama setelah
onset. Variasi dari prevalensi perburukan neurologi diakibatkan dari pemakaian kriteria diagnostik yang berbeda-beda pada berbagai penelitian, semisal perburukan terjadi jika
peningkatan lebih dari satu poin pada CanadianNeurological Scale CNS, atau lebih dari dua poin pada Scandinavian Stroke Scale SSS atau NIH Stroke Scale NIHSS Weimar dkk.,
2006; Kwan dan Hand, 2006; Boone dkk., 2012. The National Institutes of Health Stroke Scale NIHSS memiliki 15 item yang
menunjukkan adanya defisit klinis pada stroke, pertama kali dipublikasikan pada tahun 1989. Pengisian skala NIHSS dapat dikerjakan termasuk di instalasi gawat darurat, melalui
penelitian dikatakan dapat dikerjakan rata-rata dalam waktu 6,6 menit. Nilai minimal 0 dan nilai maksimal 42 semakin berat klinis neurologi yang ditemukan semakin besar skor
NIHSS. Uji kesepakatan bila dikerjakan antara tenaga medis dengan rata-rata k= 0,69, bila dikerjakan dikalangan neurologis rata-rata nilai k=0,77 Jensen dan Lyden, 2006, Boone
dkk., 2012.
xix
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, dan HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir