xi
1.2 Rumusan Masalah
Apakah kadar 25-
hydroxyvitamin D
plasma rendah sebagai prediktor luaran buruk pada penderita stroke iskemik akut?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
Mengetahui kadar
25-hydroxyvitamin D
plasma rendah sebagai prediktor luaran buruk pada penderita stroke iskemik akut
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Khusus
Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan bahwa kadar
25-hydroxyvitamin D
plasma rendah sebagai prediktor luaran buruk pada penderita stroke iskemik akut sehingga dapat memperkuat pemahaman tentang peran neurotropik dalam patogenesis stroke iskemik
dan perburukan stroke selama proses perawatan.
1.4.2 Manfaat Umum
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengambilan keputusan untuk pemeriksaan, diagnostik, dan penatalaksanaan stroke di masa depan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Stroke Iskemik
xii
Stroke iskemik terjadi sebagai akibat gangguan aliran darah ke sebagian otak, menyebabkan neuron-neuron dan sel-sel lain mengalami kekurangan glukosa dan oksigen,
sehingga terjadi proses patologis pada daerah iskemik. Perubahan ini dimulai dari tingkat seluler berupa perubahan fungsi dan struktur sel yang diikuti dengan kerusakan fungsi dan
integritas susunan sel, selanjutnya berakhir dengan kematian neuron. Keadaan iskemik menyebabkan penyediaan glukosa dan oksigen ke sel otak terhambat
yang akan menghambat mitokondria dalam menghasilkan ATP yang diperlukan sel otak untuk berbagai proses yang memerlukan energi, seperti membangun dan memelihara
komponen seluler, menjalankan proses seluler, serta menjalankan fungsi motorik, kognitif dan memori. Keadaan ini bila tidak dikoreksi pada waktunya akan menimbulkan kematian
sel Gusev dan Skvort, 2003. Proses iskemik memicu reaksi sel jaringan penyusun otak dalam bentuk disfungsi sel
neuron, aktivasi astrosit dan mikroglia, endotel dan makrofag. Kerusakan sel akan dicetuskan oleh adanya eksitotoksiksitas, gangguan mitokondria, proses inflamasi, produksi radikal
bebas, dan proses kematian sel yang terprogram. Proses inflamasi memiliki peran utama pada patofisiologi iskemik otak. Kaskade inflamasi terjadi pada proses akut dalam hitungan jam
sampai hitungan hari dan minggu, namun proses ini selain memiliki efek merugikan ternyata juga memiliki efek menguntungkan pada proses pemulihan pasca stroke Amantea dkk.,
2008 . Kematian sel pada daerah
ischemic core
, sudah terjadi sehingga sel akan mengalami nekrosis akibat kegagalan energi dan merusak dinding sel beserta isinya sehingga mengalami
lisis sitolisis. Sedangkan pada daerah penumbra, sel neuron masih hidup, tetapi metabolisme oksidatif sangat berkurang serta pompa ion sangat minimal untuk mengalami
proses depolarisasi neuronal, yang bila terjadi berkepanjangan maka akan menyebabkan sel tidak dapat mempertahankan integritasnya sehingga terjadi kematian sel yang timbul melalui
proses apopotosis, suatu disintegrasi elemen-elemen seluler secara bertahap dengan kerusakan dinding sel yang disebut kematian sel terprogram Gusev dan Skvort, 2003.
Stroke terjadi sebagai akibat hilangnya suplai darah ke bagian otak yang akan menimbulkan suatu kaskade iskemik. Jaringan otak yang iskemik akan mengalami
penurunan jumlah oksigen dan glukosa, produksi adenosine triphosphate ATP gagal memenuhi kebutuhan energi terhadap pompa ion yang penting untuk mempertahankan
xiii
kelangsungan hidup jaringan otak. Hal ini memicu serangkaian kejadian saling terkait yang mengakibatkan cedera seluler dan kematian sel akibat nekrosis. Kematian sel ini
menghasilkan pelepasan semua komponen sitoplasma ke ruang ekstraseluler yang mengaktifkan respon inflamasi. Pelepasan neurotransmitter eksitatorik yaitu glutamat,
menyebabkan stimulasi eksitotoksik yang berlebih terhadap reseptor glutamat. Eksitotoksik merupakan mekanisme utama dalam tahap awal perkembangan terjadinya cedera otak
iskemik. Mekanisme lain yang berperan adalah depolarisasi peri infark, apoptosis dan inflamasi Benakis dkk., 2009.
2.2 Vitamin D