Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Pengertian Polisi

37 bermusuhan, rasa takut, malu, ketergantungan terhadap obat-obatan terlarang, kurang percaya diri, suka mencela diri sendiri, kurang dapat mengontril diri, tidak dapat menggambarkan dirinya sendiri, kurang menjalin hubungan sosial dengan orang lain, memiliki konsep yang buruk.

2.3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 TENTANG Kepolisian Negara Republik Indonesia menimbang: a. Bahwa keamanan dalam negeri merupakan syarat utama mendukung terwujudnya masyrakat madani yang adil, makmur dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1984. b. Bahwa pemelirahaan keamanan dalam negeri melalui upya penyenglenggaraan fungsi kepolisian yang meliputi pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada mayarakat dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku alat yang dibantu oleh masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. c. bahwa telah terjadi perubahan paradigma dalam sistrem ketatanegaraan pemisahan kelembagaan Tentara Nasional Indoneisa dan Kepolisian Negara Indonesia sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing. d. bahwa undang-undang nomor 28 tahun 1997 tentag Kepolisiam Republik Indonesia sudah tidak memadai dan perlu diganti untuk disesuaikan dengan 38 kembangan dan pertumbuhan hukum serta ketatanegaraan republik indonesia. e. Berdasarkan pertimbanga sebagaimana dimaksudkan dalam huruf a,b,c, dan perlu dibentuk Undang-Undang tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

2.4 Pengertian Polisi

Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. sedangakan polisi sendiri adalah pegawai negeri yang dipersenjatai yang bekerja pada Kepolisian Republik Indonesia.Undang-undang republik indonesia nomor 2 tahun 2002. Dalam Banurusman 1995 : 5, mengatakan polisi tidak perlu mempersoalkan citranya. karena akan terjebak dalam ambiguitas citra yang tidak akan pernah selesai. polisi sampai kapanpun akan terjebak antara citra baik dan buruk. contoh saja dalam penyidikan suatu kasus kejahatan akan ada dua kutub pendapat masyrajat terhadap polisi. bila ia adalah korban penjabretan dan polisi berhasil menangkap penjahatnya serta barang yang dicuri dapat dikembalikan, maka polisi adalah sosok penyelamat. sebalikmya bagi tersangka penjahat yang ditangkap bagaimanapun benar polisi dalam bertindak, akan tampak dimata sebagai figur musuh yang harus dihindari dan mungkin dibencinya baik oleh penjahat itu sendiri ataupun keluarganya. 39 Selain adanya dualisme kepentingan hal tersebut dapat juga terjadi, oleh masyarakat awa, terhadap hukum dan cara kerja polisi. antara lain dalam hal erasan yang dilkakukan polisi dan penahanan upaya paksa. Apabila masyarakat melakukan kekerasan bukan karena terdesak atau untuk membela diri, jelas dia salah. namumn bagi polisi kekerasan adalah fungsional melekat padanya karena kekerasan tidak harus selalu dalam upaya paksa karena membela diri, taetapi dapat dilakukan bila dianggap perlu sesuai dengan tuntutan hukum dengan azas harus sesuai, setimpal atau tidak berlebihan.

2.5 Komisi Polisi Nasional