Sistem Pengendalian Persediaan PEMBAHASAN

xxxiv f. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan kepada pemasok g. Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang h. Prosedur pencatatan tambahan harga pokok persediaan karena pengembalian barang dagang i. Sistem perhitungan fisik persediaan

4. Sistem Pengendalian Persediaan

Pengertian pengendalian persediaan material adalah langkah-langkah kebijaksanaan yang dilakukan dalam mengatur suatu persediaan material tanpa mengurangi kelancaran tugas-tugas operasional, sehingga persediaan material itu dalam batas-batas yang normal dan wajar sesuai kebutuhan, jadi tidak kelebihan atau kekurangan. Sasaran utama pengendalian persediaan material adalah : a. Selalu tersedia material yang jenis jumlahnya melebihi kebutuhan b. Menghindari adanya jenis barang yang jumlahnya kurang dari kebutuhan c. Menghilangkan kemungkinan timbulnya kerugian karena material hilang atau rusak Untuk menyimpan persediaan material diperlukan biaya-biaya yang terdiri dari unsur-unsur seperti modal, bunga modal, sewa tempat, biaya pemeliharaan, resiko hilang dn resiko rusak. Karena itu wajar bila persediaan material diusahakan serendah mungkin tanpa mengganggu kelancaran operasi perusahaan. xxxv Penilaian persediaan dapat dilakukan dengan : a. First-in, first-out FIFO FIFO menganggap bahwa persediaan atau pembelian pertama dijual lebih dulu sehingga saldo persediaan akhir dinilai menurut pembelian yang terakhir. b. Last-in, first-out LIFO LIFO menganggap bahwa setiap penjualan dinilai menurut harga beli yang terakhir sehingga saldo persediaan akhir dinilai menurut pembelian yang pertama. c. Avarage cost Persediaan dinilai menurut harga rata-rata dari jumlah barang yang diperoleh atau dibeli. Penilaian persediaan pada perusahaan eceran yang memiliki barang dagangan yang banyak sekali jenisnya dengan harga per unit yang berbeda-beda dapat menggunakan metode harga eceran untuk menaksir harga perolehan persediaannya. Hal ini dikarenakan harga yang berubah dengan cepat dan memiliki margin yang tidak jauh berbeda. Biaya persediaan ditentukan dengan mengurangi harga jual persediaan dengan presentase margin bruto yang sesuai. Presentase tersebut digunakan dengan memperhatikan persediaan yang telah diturunkan nilainya marked down dibawah harga jual normal. Presentase rata-rata sering digunakan untuk setiap departemen penjualan eceran yang menjual kelompok barang yang berbeda. xxxvi Metode pengendalian barang meliputi : a. Siklus pemesanan order cycling Siklus pemesanan memeriksa secara periodik misalnya 30, 60 atau 90 hari keadaan kuantitas tiap jenis atau golongan persediaan yang ada di tangan. Dalam hal ini jenis barang yang bernilai rendah dan bersifat tidak rawan, umumnya siklus peninjauan lebih panjang, karena barang- barang ini akan dipesan dalam jumlah besar dan tidak akan menimbulkan banyak biaya apabila terjadi kekurangan. b. Metode min-max Metode min-max didasarkan pada anggapan bahwa kuantitas dari sebagian besar jenis stok berada dalam batas-batas yang pasti. Kuantitas untuk setiap jenis barang telah ditentukan. Tingkat yang minimum memberikan margin pengamanan yang diperlukan untuk mencegah kekurangan stock selama satu siklus pemesanan kembali. Tingkat minimum ini menentukan titik pemesanan, dan kuantitas yang dipesan umumnya menjadikan persediaan pada tingkat yang maksimum. Departemen pengendalian barang meninjau kembali jenis-jenis barang, meramalkan pemakaian dan tenggang waktu, menetapkan kebutuhan persediaan aman, dan menentukan jumlah pesanan yang ekonomis. Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi xxxvii dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen Mulyadi, 1997 : 165. Sedangkan unsur sistem pengendalian intern adalah : a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas. b. Sistem wewenang dan prosedur pecatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya. c. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi. d. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.

5. Hubungan Sistem Akuntansi Persediaan dengan Sistem Pengendalian