Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kajian Pustaka

commit to user Sebagai kota yang sarat dengan nilai budaya, Solo menjadi tempat yang menarik dikunjungi wisatawan, oleh karena itu pengembangan wisata melalui wisata kreatif akan sangat diperlukan untuk kemajuan pariwisata di Solo. Jika hanya mengandalkan bangunan bersejarah, perkembangan wisata akan stagnan. Oleh karena itu sangat penting dilakukan pengembangan wisata kreatif. Wisata kreatif merupakan wisata yang mengandalakan pengembangan aset budaya yang dihasilkan oleh kekayaan intelektual. Pariwisata kreatif ini dimulai dari kreatifitas, ketrampilan, dan bakat individual yang mempunyai potensi untuk menciptakan pekerjaan melalui intelektualitas. Wisata kreatif dibangkitkan oleh ide-ide yang terletak di persimpangan antara seni kreativitas artistik, bisnis enterpreneurship, dan teknologi inovasi. Muara dari pariwisata kreatif adalah nilai-nilai ekonomi baru. Solo memiliki aset wisata kreatif yang menarik, seperti wisata kerajinan, wisata pertunjukan budaya, hingga wisata kuliner. Oleh karena itu untuk mengetahui lebih jauh potensi Kota Solo yang dapat dikembangkan menjadi kota yang berbasis creative tourism dan sekaligus mengembangkan Kota Solo agar mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya serta menarik para wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri untuk berkunjung ke Kota Solo, maka perlu dilakukan pengembangan kota yang berbasis kota wisata kreatif.

B. Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : commit to user 1. Apa yang menjadi faktor-faktor pendorong pengembangan wisata kreatif Kota Solo ? 2. Daya tarik wisata apa saja di Kota Solo yang dapat dikembangkan menjadi wisata kreatif ? 3. Bagaimana upaya pengembangan Kota Solo sebagai kota wisata kreatif ? 4. Kendala apa saja yang dihadapi dan solusi apa yang harus dilakukan dari pengembangan Kota Solo sebagai kota wisata yang berbasis kreatifitas ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apa yang menjadi faktor-faktor pendorong pengembangan wisata kreatif Kota Solo. 2. Untuk mengetahui daya tarik wisata apa saja di Kota Solo yang dapat dikembangkan menjadi wisata kreatif. 3. Untuk mengetahui bagaimana upaya pengembangan Kota Solo sebagai kota wisata kreatif. 4. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi dan solusi yang harus dilakukan dari pengembangan Kota Solo sebagai kota wisata yang berbasis kreatifitas.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan informasi tentang apa yang dimaksud dengan wisata kreatif. commit to user 2. Memberikan informasi tentang Kota Solo yang potensial untuk dikembangkan sebagai kota wisata yang berbasis kreatifitas. 3. Menambah koleksi karya tulis di Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, serta sebagai usaha mengenalkan potensi wisata kreatif kota Solo.

E. Kajian Pustaka

David Parrish dalam bukunya “Bisnis Kreatif”, 2009 mengungkapkan bahwa kreatifitas dan ketrampilan berbisnis adalah dua hal yang semestinya tidak terpisah. Keduanya harus saling melengkapi. Sebab, berbisnis ialah seni memilih berbagai kemungkinan guna mencipta suatu produk atau menawarkan jasa tertentu dengan bertolak dari kejelian membaca kebutuhan konsumen. Pengusaha yang kreatif serupa pelukis yang memiliki begitu banyak cat dengan beragam warna, yang dengan itu semua pelukis bisa melukis apa saja. Lukisan yang dihasilkan dari proses inilah yang disebut formula bisnis yang unik. Dengan demikian, pengusaha yang kreatif tahu apa yang harus dilakukan: mengolah kreatifitas dan menggabungkannya dengan strategi pemasaran yang cerdas serta ide-ide bisnis yang disesuaikan dengan target demi memenuhi kebutuhan khusus para konsumen lewat cara yang bisa membawa keuntungan finansial. Karena bukanlah ide bisnis, melainkan siasat jitu untuk menerapkan ide bisnis secara tepat yang bisa membuat sukses. Industri kreatif merupakan hal yang sangat penting bagi perekonomian dan di masa mendatang akan menjadi semakin penting. Apabila masa depan memperlihatkan tanda-tanda cerah bagi perkembangan industri kreatif, maka commit to user bisnis skala kecil dan menengah juga harus memiliki keterampilan berbisnis dan dasar kewirausahaan yang kuat. Karena hal inilah yang bakal menjadi penggerak utama pertumbuhan dan kesejahteraan perekonomian modern. Industri kreatif sebagai industri-industri yang bersandar pada kreatifitas, keterampilan, dan bakat individual yang berpotensi menciptakan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan melalui generalisasi dan pemanfaatan properti intelektual. Dalam hal ini terdapat tiga belas subsektor yang bernaung di bawah “industry kreatif”, di antaranya adalah arsitektur, seni dan barang antik, kerajinan, desain, rancang busana, film dan video, software pengisi waktu luang, musik, seni pertunjukan, penerbitan, game dan software computer, serta televisi dan radio. Menurut Hengky Hermantoro penulis buku dalam surat elektroniknya kepada Kompas.com berpendapat bahwa, saat ini terjadi perubahan paradigma pembangunan ekonomi dari basis pertanian, industri, teknologi dan sekarang kreativitas. Perubahan paradigma pembangunan ekonomi ini telah mempengaruhi berbagai industri terkait dengan kreativitas termasuk pariwisata. Apakah pariwisata kreatif itu? Berbagai studi mencoba menjelaskan bahwa wisatawan saat ini mengubah pola perjalanan wisatanya dari buying product menjadi buying experience. Dari mass tourism menjadi responsible tourism. Ketika semula wisatawan cukup senang berkunjung beramai-ramai ke suatu tempat hanya untuk sekedar berfoto, mereka kemudian mengubah tujuannya untuk mencoba memahami budaya setempat. Kunjungan wisata budaya, dengan melihat dan mempelajari museum, galeri seni dsb menjadi trend baru saat ini. Menjadi berkulit gelap akibat mandi matahari tidak lagi menjadi trend, namun memahami budaya setempat menjadi suatu kebanggaan bagi para wisatawan itu sendiri. Tren commit to user selanjutnya berkembang lagi, saat ini wisatawan tidak cukup puas hanya sekedar memahami, tetapi mereka mencoba untuk lebih dalam mempelajari budaya setempat dan mengembangkannya. Wisatawan kemudian menjadi bagian dari manusia kreatif yang dapat berkolaborasi dengan budaya setempat. Mereka kemudian menjadi prosumen produsen sekaligus konsumen, dan mereka tidak lagi hanya pasif melihat budaya lokal. Ini yang disebut wisata kreatif, knowledge kemudian menjadi lebih penting dari hanya sekedar experience. Dalam buku “Instan Creativity”, 2001 Brian Clegg Paul Birch berpendapat bahwa, prospek bisnis tergantung dari sudut pandang masing-masing individu, bisa mengerikan atau menggembirakan. Kehidupan bisnis mungkin mirip dengan orang yang sedang naik kereta api, yang bergerak dari stasiun satu ke stasiun lain sesuai dengan jadwal. Sekarang kehidupan bisnis diibaratkan seperti jet coaster yang kehilangan rel penuntunnya. Tekanan yang ada pun tidak seperti sebelumnya. Tekanan kompetisi meningkat dengan makin banyaknya gagasan baru, sehingga pesaing baru pun menjamur. Biaya semakin ditekan karena pelanggan menginginkan harga yang lebih murah. Pelayanan pelanggan menekan para pelaku bisnis, karena pelanggan mengharapkan pelayanan terbaik dengan pengeluaran uang yang minim. Ada tekanan waktu karena teknologi yang semakin maju memperpendek arus komunikasi dan siklus produksi. Hanya ada satu jalan keluar, kreativitas. Tanpa kreatifitas hanya sedikit perusahaan yang hidup sekarang akan tetap beroperasi beberapa tahun lagi. Tanpa kreativitas, para pelaku bisnis akan menggunakan pemecahan yang sudah usang untuk mengatasi suatu masalah. Sayangnya strategi ini tidak akan berfungsi, problemnya terus berubah, dan persainganpun semakin sengit, dan para pelaku commit to user bisnis akan menjajakan produk dan pelayanan yang sudah usang. Semua itu telah ketinggalan jaman, kreatifitas bukan lagi sebagai pelengkap tetapi sudah menjadi faktor untuk bertahan hidup. Pariwisata merupakan suatu sektor yang digolongkan dalam industri kreatif. Pariwisata itu sendiri secara sederhana sering diartikan sebagai perjalanan untuk bersenang-senang. Namun, secara etymologis kata “pariwisata” berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari tiga suku kata sebagai berikut : a. Pari : berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap b. Wis man : berarti rumah poperti, kampung, komunitas c. Ata : berarti pergi terus-menerus, mengembara roaming about. Menurut undang-undang nomor 10 tahun 2009 pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dalam bidang tersebut. Pada dasarnya usaha-usaha pariwisata yang terkait dalam kegiatan wisata berupa jasa pelayanan seperti akomodasi, restoran, transportasi, obyek dan daya tarik wisata serta souvenir . Pengertian atau definisi pariwisata berkembang dengan berbagai kesamaan dan perbedaan. Kesamaannya terletak pada keinginan manusia untuk melakukan perjalanan dari tempat tinggalnya ke tempat lain yang didorong oleh rasa ingin tahu untuk merasakan atau mengalami sendiri keindahan suatu objek wisata. Sedangkan, perbedaannya terletak pada pengutamaan bagian tertentu dari definisi tersebut berdasarkan sudut pandang atau kepentingannya. commit to user

F. Metode Penelitian