Sejarah Singkat Kota Solo Kebijakan Kota Solo Dibawah Pemerintahan Jokowi-Rudi

commit to user

2. Sejarah Singkat Kota Solo

Surakarta, yang juga dikenal banyak orang dengan sebutan Sala, adalah ibukota dari Kerajaan Mataram Islam baru. Penamaan Surakarta Hadiningrat sendiri diberikan Paku Buwana II 1726-1749 tepatnya pada 17 Pebruari 1745, ketika ia berhasil memindahkan istana kerajaan dari Kartasura ke suatu desa yang sangat strategis, yang bernama Sala. Akibat adanya perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 menyebabkan terbaginya wilayah Mataram menjadi dua: 1 Surakarta yang menjadi pusat pemerintahan Kasunanan yang dipimpin Paku Buwono PB III, dan 2 Yogyakarta menjadi pusat pemerintahan Kasultanan Yogyakarta yang dipimpin oleh Mangkubumi Sultan Hamengku Buwono HB I. Pada tahun 1757, akibat perjanjian Kalicacing di Salatiga, Wilayah Surakarta kembali terbagi menjadi dua: 1 Kasunanan dan 2 Mangkunegaran dengan wilayah sebelah utara Karaton dengan Pangeran Sambernyowo Mangkunegaran I. Pada masa kolonial, Surakarta menjadi tempat kedudukan dari residen, yang membawahi Karesidenan Surakarta. Di masa awal kemerdekaan RI, kedua Karaton Solo tersebut memberikan dukungan dan bersedia menjadi bagian dari RI. Pada tahun 1945 Presiden Soekarno menetapkan Surakarta sebagai Daerah Istimewa. Namun karena adanya pemberontakan Tan Malaka dan penculikan terhadap penasehat raja pada tahun 1946, status DIS dicabut dan Surakarta kembali menjadi karesidenan Surakarta yang meliputi wilayah: Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen, Karanganyar, dan Klaten. www.sejarah kota surakarta.com commit to user

3. Kebijakan Kota Solo Dibawah Pemerintahan Jokowi-Rudi

Wali Kota Surakarta pada periode 2010-2015 adalah Ir. Joko Widodo, setelah Jokowi terpilih menjadi Gubernur di Jakarta maka digantikan oleh wakilnya yaitu, F.X. Hadi Rudyatmo. Pasangan Jokowi- Rudy pertama kali terpilih sebagai walikota dan wakil walikota Solo untuk masa bakti 2005-2010. Kemudian pasangan dari PDI-P ini terpilih lagi untuk masa bakti kedua dengan perolehan suara lebih dari 90 untuk masa jabatan 2010-2015. Di bawah kepemimpinan Jokowi dan Rudy, Solo mengalami perubahan yang pesat. Para pedagang barang bekas di Taman Banjarsari dapat direlokasi hampir tanpa gejolak untuk merevitalisasi fungsi lahan hijau terbuka. Investor diberi syarat untuk mau memikirkan kepentingan publik. Komunikasi langsung rutin dan terbuka disiarkan oleh televisi lokal diadakan secara rutin dengan masyarakat. Taman Balekambang, yang terlantar semenjak ditinggalkan oleh pengelolanya, dijadikannya taman. Sebagai tindak lanjut branding, Jokowi mengajukan Surakarta untuk menjadi anggota Organisasi kota-kota Warisan Dunia dan diterima pada tahun 2006. Langkahnya berlanjut dengan keberhasilan Surakarta menjadi tuan rumah konferensi organisasi tersebut pada bulan Oktober 2008 . www. Kota Surakarta.com Dalam upaya pembangunan Surakarta menjadi Sala Kuncara. Pada 1985-1995 pemerintahan kota mencanangkan program Solo Berseri Bersih, Sehat, Rapi, dan Indah. Sepanjang tahun tersebut Surakarta berhasil meraih 8 penghargaan Adipura. Pada tahun 2007, sejalan dengan commit to user semangat otonomi daerah, pemerintah Solo Raya, meliputi Kota Surakarta, Kabupaten Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen, Karanganyar, dan Klaten, meluncurkan semboyan Solo, The Spirit of Java ”. Slogan ini dimaksudkan sebagai branding dalam mengkomunikasikan potensi di wilayah ini, seperti: a. Solo Raya Kota Surakarta merupakan kota tua yang berusia lebih dari 250 tahun. b. Kota Surakarta memiliki situs bangunan bersejarah, seperti Karaton Kasunanan, Praja Mangkunegaran, Museum pra-sejarah Sangiran, dan lain-lain. c. Kawasan kota tua dengan latarbelakang sosial budaya yang unik dan beragam, seperti Kauman, Pasarkliwon, dan Laweyan. d. Wilayah ini memiliki kantong-kantong kesenian kesenian yang tersebar di banyak daerah, seperti Wayang Wong Sriwedari. e. Ritual atau kegiatan-kegiatan kebudayaan yang memiliki sejarah panjang, seperti Sekaten, Kyai Slamet dan lain-lain. f. Surakarta sejak awal sejarahnya menjadi sentra batik secara nasional. g. Bahasa jawa di Surakarta yang memiliki dialek dan kosa kata yang berbeda dengan bahasa jawa daerah lain, merupakan standar bahasa Jawa nasional dan internasional, seperti di Suriname. h. Tempat-tempat rekreasi baru, seperti Galabo, Gajahmungkur, dan lain-lain. i. Makanan khas Solo, seprti nasi liwet, nasi timlo, Serabi Notosuman, Intip, Bakpia Balong, dan Jenang dodol khas Solo. www. kota surakarta.com commit to user Sejak tahun 2011 lalu masa pemerintahan Jokowo-Rudi menggelorakan slogan terbaru yaitu “Solo Kreatif Solo Sejahtera”, yang maknanya adalah suatu keinginan Pemkot Solo untuk mensejahterakan masyarakatnya terutama melalui program-program pembangunan yang kreatif .

4. Potensi Perdagangan