Komposisi Bentonit Aktivasi Bentonit Aplikasi Bentonit

Gambar 2.3 Struktur Bentonit http:www.tekmira.esdm.go.iddatabentonit

2.4.3 Komposisi Bentonit

Tabel 2.3 Komposisi Bentonit http:www.tekmira.esdm.go.iddatabentonit diakses tanggal 23 November 2011

2.4.4 Aktivasi Bentonit

Sebelum digunakan dalam berbagai aplikasi, bentonit harus diaktifkan dan diolah terlebih dahulu. Ada 2 dua cara yang dapat dilakukan untuk aktivasi bentonit, yaitu : 1. Secara Pemanasan Pada tahap ini bentonit dipanaskan pada temperature 300 - 350 o C untuk memperluas permukaan butiran bentonit. Komposisi Na-bentonit Ca – Bentonit Si 2 O 3 61,3 – 6,14 62,12 Al 2 O 3 19,8 17,33 Fe 2 O 3 3,9 5,30 CaO 0,6 3,68 MgO 1,3 3,30 Na 2 O 2,2 0,50 K 2 O 0,4 0,55 H 2 O 7,2 7,22 2. Secara Pengasaman kontak asam Tujuan dari aktivasi kontak asam adalah untuk menukar kation Ca yang ada di dalam Ca-bentonit menjadi ion H + dan melepaskan ion Al, Fe, Mg dan pengotor lainnya dari kisi – kisi struktur sehingga secara fisik bentonit tersebut menjadi lebih aktif. Untuk keperluan tersebut, asam sulfat dan asam klorida adalah zat kimia yang digunakan Zulkarnaen,S.W.,D.H. Marmur. 1990.

2.4.5 Aplikasi Bentonit

A. Bentonit sebagai Bahan Penyerap Adsorben atau Bahan Pemucat Pada Industri Minyak Kelapa Sawit. Proses Penyerapan zat warna merupakan proses yang sering ditemukan seperti penyerapan zat warna pada minyak hewani, minyak nabati, minyak bumi dan lain – lain. Dalam keadaan awal, bentonit mempunyai kemampuan tinggi untuk menjernihkan warna. Kemampuan penyerapan warna ini dapat ditingkatkan melalui proses pengolahan dan pengasaman. Berdasarkan kandungan Alumino silikat hidrat yang terdapat dalam bentonit, maka bentonit dapat dibagi atas 2 dua golongan ,yaitu : 1. Activated Clay Merupakan lempung yang mempunyai daya pemucatan yang rendah. 2. Fuller’s Earth Biasanya digunakan sebagi bahan pembersih bahan wool dari lemak. Fuller’s earth adalah sejenis lempung yang secara alami mempunyai sifat daya serap terhadap zat warna pada minyak, lemak dan pelumas. Karakteristik dari lempung jenis ini adalah mempunyai kandungan air yang tinggi, plastisitas yang rendah, dan struktur yang berlapis – lapis. B. Bentonit sebagi Katalis Penggunaan lempung sebagai katalis telah lama diperkenalkan, yaitu pada proses perengkahan minyak bumi dengan menggunakan mineral montmorillonit yang telah diasamkan. Namun penggunaan lempung sebagi katalis memilki kelemahan, yaitu tidah tahan terhadap suhu tinggi. C. Bentonit sebagai Penukar Ion Pemanfaatan bentonit sebgai bahan penukar ion didasarkan pada sifat permukaan bentonit yang bermuatan negative sehingga kation – kation dapat terikat secara elektrostatik pada permukaan bentonit. Sifat ini juga merupakan hal penting dalam pengubahan Ca-bentonit menjadi Na-bentonit. Bentonit di Indonesia memilki daya penukar kation dengan nilai kapasitas tukar kation yang berbeda untuk tiap – tiap daerah yaitu berkisar antara 50 – 100 meq100 g. Hal ini disebabkan karena perbedaan komposisi kandungan kimianya. D. Bentonit sebagai Lumpur Bor Penggunaan utama mineral lempung adalah pada industri lumpr bor, yaitu sebgai lumpur pemilar dalam pengeboran minyak bumi, gas bumi serta uap panas bumi. E. Bentonit untuk Pembuatan Tambahan Makanan Ternak Untuk dapat digunakan dalam pembuatan tambahan makanan ternak, bentonit harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : • Kandungan bentonit yang digunakan dalam pembuatan tambahan makanan ternak 30 • Ukuran butiran bentonit adalah 200 mesh • Memilki daya serap 60 • Memiliki kandungan mineral montmorillonit sebesar 70 F. Bentonit untuk Bahan Kosmetik Untuk dapat digunakan dalam industri kosmetik, bentonit harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : • Mengandung mineral magnesium silikat Ca-Bentonit • Mempunyai pH netral • Kandungan air dalam bentonit adalah 5 • Tidak mengalami perubahan panas selama dan setelah pemanasan • Ukuran butiran bentonit adalah 325 mesh Soedjoko T.S.,1987.

2.5 Adsorpsi

Adsorpsi adalah suatu proses pemisahan dimana komponen dari suatu fase fluida berpindah ke permukaan zat padat yang menyerap adsorben. Secara umum proses adsorpsi ada dua macam, yaitu : 1. Adsorpsi Fisik - Panas adsorpsi kurang dari 40 KJmol - Adsorpsi berlansung pada suhu rendah - Kesetimbangan adsorpsi reversible dan cepat - Tidak ada energi aktivasi yang terlibat dalam proses ini - Terjadi adsorpsi multi lapis 2. Adsorpsi Kimia - Panas adsorpsi lebih besar dari +- 80 KJmol - Adsorpsi berlansung pada suhu tinggi - Ksetimbangan adsorpsi irreversible - Ada energi aktivasi yang terlibat dalam proses ini - Terjadi adsorpsi monolapisan

2.6 Besi

Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi tambang yang banyak digunakan untuk kehidupan manusia sehari-hari. Dalam tabel periodik, besi mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26. Sifat fisik dari besi, yaitu : - Besi murni merupakan logam berwarna abu – abu - Fase = padat - Massa jenis sekitar suhu kamar = 7,86 gcm³ - Massa jenis cair pada titik lebur = 6,98 gcm³ - Titik lebur = 1811 K 1538 °C, 2800 °F - Titik didih = 3134 K 2861 °C, 5182 °F - Kalor peleburan = 13,81 kJmol - Kalor penguapan = 340 kJmol - Kapasitas kalor = 25 °C 25,10 Jmol·K http:id.wikipedia.orgwikiBesi Diakses tanggal 14 November 2011 Jarang terdapat besi komersil yang murni. Biasanya besi mengandung sejumlah kecil karbida, silisida,fosfida, dan sulfida dari besi serta sedikit grafit.Besi memiliki 2 muatan yaitu Fe 2+ dan Fe 3+ . Ion besi II dapat mudah dioksidasikan menjadi ion besi III, maka merupakan zat pereduksi yang kuat. Dalam suasana netral atau basa bahkan oksigen dari atmosfer akan mengoksidasikan ion besi II. Maka larutan besi II harus sedikit asam bila ingin disimpan untuk waktu yang agak lama Vogel, 1990.

2.6.1 Toksisitas Besi

Dokumen yang terkait

Penyediaan Dan Karakterisasi Kitosan Glutaraldehide Sebagai Adsorben Untuk Menentukan Kadar Ion Logam CU Dengan SSA (Spektrofotometri Serapan Atom)

2 62 59

Pengaruh Biosorpsi Rumput Laut (Sargassum) Setelah Dilapisi Kitosan Sebagai Adsorben Untuk Menyerap Ion Logam Kadmium (Cd2+)

2 53 57

Analisis Kadar Kemurnian Gliserin Dengan Metode Natrium Meta Periodat Dan Kadar Unsur Besi ( Fe ) Dan Zinkum ( Zn ) Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (AAS)

28 154 58

Analisis Kadar Logam Besi (Fe) Dari Minyak Nilam (Patchouly Oil) Yang Diperoleh Dari Penyulingan Dengan Menggunakan Wadah Kaca, Stainless Steel Dan Drum Bekas Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 38 4

Penentuan Kadar Logam Besi (Fe) Dalam Tepung Gandum Dengan Cara Destruksi Basah Dan Kering Dengan Spektrofotometri Serapan Atom Sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3751-2006

10 108 45

Pembuatan Kitosan CuO Sebagai Adsorben Untuk Menurunkan Kadar Logam Besi (Fe), Zink (Zn) Dan Kromium (Cr) Dengan Menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 3

Pembuatan Kitosan CuO Sebagai Adsorben Untuk Menurunkan Kadar Logam Besi (Fe), Zink (Zn) Dan Kromium (Cr) Dengan Menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 2

Pembuatan Kitosan CuO Sebagai Adsorben Untuk Menurunkan Kadar Logam Besi (Fe), Zink (Zn) Dan Kromium (Cr) Dengan Menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom

0 1 14

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kitin dan Kitosan 2.1.1 Kitin - Penggunaan Bentonit Setelah Dilapisi Kitosan Sebagai Adsorben Untuk Menyerap Ion Logam Besi (Fe) Dengan Metoda Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 17

PENGGUNAAN BENTONIT SETELAH DILAPISI KITOSAN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK MENYERAP ION LOGAM BESI (Fe) DENGAN METODA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI WINNY WULANDARI 100822002

0 1 11