Sifat – Sifat Kitosan Deproteinisasi

2.1.2 Kitosan

Kitosan adalah hasil deasetilasi dari kitin. Kitosan merupakan senyawa dari kitin yang memilki struktur 2-Amino-2-Deoksi- β-1-4-D-glukopiranosa.Sumber kitosan dapat berasal dari kerangka Crustacea Muzarelli,R.A.A,1977. Kitosan ditemukan oleh Routget 1859. Beliau menemukan bahwa kitin yang telah didihkan pada larutan KOH, juga dapat diperlakukan dengan NaOH dan dipanaskan, maka terjadi perlepasan gugus asetil yang terikat pada atom nitrogen menjadi gugus amino bebas yang disebut dengan kitosan Vinvogrado,A.P,1971. Gambar 2.2 Struktur Kitosan Dari struktur kitin dan kitosan diatas terlihat bahwa kitin murni mengandung gugus asetamida NH-COCH 3 dan kitosan murni mengandung gugus amino NH 2 . Perbedaan gugus ini akan mempengaruhi sifat – sifat kimia senyawa tersebut Robert,G.A.F,1992.

2.1.3 Sifat – Sifat Kitosan

Kitosan adalah padatan amorf putih kekuningan yang tidak larut dalam alkali dan asam mineral kecuali pada keadaan tertentu. Kelarutan kitosan yang paling baik adalah dalam larutan asam asetat 1 , asam format 10 dan asam sitrat 10 . Kitosan tidak dapat larut dalam asam piruvat, asam laktat dan asam – asam anorganik pada pH tertentu, walaupun setelah dipanaskan dan diaduk dengan waktu yang agak lama Hwang dan Shin,2001. Kitosan hanya dapat larut dalam asam encer, seperti asam asetat,asam format, asam sitrat. Kelarutan kitosan dalam asam format ataupun asam asetat dapat membedakan kitosan dan kitin karena kitin tidak dapat melarut dalam keadaan pelarut asam tersebut. Kitosan dibedakan dari kitin oleh kelarutannya dalam larutan asam encer Dunn et al,1997. Kitosan memiliki sifat unik yang dapat digunakan dalam berbagai cara serta memilki kegunaan yang beragam, antara lain sebagai perekat, aditif untuk kertas dan tekstil, penjernihan air minum, serta untuk memperbaiki sifat pengikatan warna. Kitosan mempunyai kemampuan untuk mengadsorpsi logam dan membentuk kompleks kitosan dengan logam Robert,G.A.F,1992.

2.2 Pengolahan Kitin dan Kitosan

Kitin yang terdapat padat kulit atau cangkang ini masih terikat dengan protein, CaCO 3 , pigmen, dan lemak. Berbagai teknik dilakukan untuk memisahkannya, tetapi pada umumnya ada tiga tahapan yaitu deproteinisasi dengan NaOH encer, demineralisasi dengan HCl encer dan deasitilasi dengan NaOH pekat Beberapa penelitian menggunakan proses deproteinisasi dan demineralisasi yang berbeda, ada yang demineralisasi dulu kemudian deproteinisasi atau sebaliknya. Pilihan pengolahan tergantung dari tujuan penggunaan kitosan Brine, 1984.

2.2.1 Deproteinisasi

Proses deproteinisasi ini dilakukan untuk menghilangkan protein yang terdapat pada kulit atau cangkang kepiting. Proses deproteinisasi ini menggunakan berbagai pereaksi seperti Na 2 CO 3 , NaHCO 3 , KOH, Na 2 SO 4 , Na 2 S, Na 3 PO 4 dan NaOH. Tabel 2.1 Kondisi Perlakuan dengan NaOH pada Proses Deproteinisasi Sumber Konsentrasi NaOH N Suhu o C Lama Reaksi Jam Udang 0,125 0,25 0,75 1,25 100 65 100 100 0,5 1 - 0,5 Kepiting 0,5 1,0 1,0 1,0 1,25 1,25 65 80 100 100 85 – 90 100 2 3 36 72 1,5 – 2,25 24 Lobster 2,5 1,0 1,25 2,5 Suhu kamar 100 80 – 85 100 72 60 1 2,5 Roberts,G.A.F, 1992. Penggunaan enzim untuk memisahkan protein juga dilakukan dalam beberapa penelitian, diantaranya dengan pepsin, setelah didemineralisasi sebelumnya dengan suatu zat. Perlakuan dengan enzim ini masih menyisakan protein sekitar 5 yang memerlukan proses lanjutan Roberts,G.A.F, 1992.

2.2.2 Demineralisasi

Dokumen yang terkait

Penyediaan Dan Karakterisasi Kitosan Glutaraldehide Sebagai Adsorben Untuk Menentukan Kadar Ion Logam CU Dengan SSA (Spektrofotometri Serapan Atom)

2 62 59

Pengaruh Biosorpsi Rumput Laut (Sargassum) Setelah Dilapisi Kitosan Sebagai Adsorben Untuk Menyerap Ion Logam Kadmium (Cd2+)

2 53 57

Analisis Kadar Kemurnian Gliserin Dengan Metode Natrium Meta Periodat Dan Kadar Unsur Besi ( Fe ) Dan Zinkum ( Zn ) Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (AAS)

28 154 58

Analisis Kadar Logam Besi (Fe) Dari Minyak Nilam (Patchouly Oil) Yang Diperoleh Dari Penyulingan Dengan Menggunakan Wadah Kaca, Stainless Steel Dan Drum Bekas Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 38 4

Penentuan Kadar Logam Besi (Fe) Dalam Tepung Gandum Dengan Cara Destruksi Basah Dan Kering Dengan Spektrofotometri Serapan Atom Sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3751-2006

10 108 45

Pembuatan Kitosan CuO Sebagai Adsorben Untuk Menurunkan Kadar Logam Besi (Fe), Zink (Zn) Dan Kromium (Cr) Dengan Menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 3

Pembuatan Kitosan CuO Sebagai Adsorben Untuk Menurunkan Kadar Logam Besi (Fe), Zink (Zn) Dan Kromium (Cr) Dengan Menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 2

Pembuatan Kitosan CuO Sebagai Adsorben Untuk Menurunkan Kadar Logam Besi (Fe), Zink (Zn) Dan Kromium (Cr) Dengan Menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom

0 1 14

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kitin dan Kitosan 2.1.1 Kitin - Penggunaan Bentonit Setelah Dilapisi Kitosan Sebagai Adsorben Untuk Menyerap Ion Logam Besi (Fe) Dengan Metoda Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 17

PENGGUNAAN BENTONIT SETELAH DILAPISI KITOSAN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK MENYERAP ION LOGAM BESI (Fe) DENGAN METODA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI WINNY WULANDARI 100822002

0 1 11