Hambatan Yang Dialami Pemulia Dalam Pemulian Varietas Tanamannya

1. Waktu Yang Cukup Lama, dalam melakukan kegiatan pemulian tanaman untuk menghasilkan temuan baru butuh waktu yang cukup lama, butuh tenaga dan fikiran. 2. Sarana Pendukung, dalam melakukan kegiatan pemulian harus dilengkapi sarana pendukung, contoh: alat-alat laboratorium, lokasi atau tempat yang memadai. 3. Kurang Dihargai, sering kali pemulia kurang dihargai, karna pemulia masih relatif sedikit disumatera utara baik dari sipil dan swasta. 100 Oleh karena itu menurut beliau, apabila sarana prasarana mendukung, insentif pemulia juga jelas, maka semakin banyak kedepannya Para Pemulia melakukan penelitian kegiatan pemulian varietas baru baik dari pihak sipil ataupun pihak swasta. Bapak Ir.Palmarum Nainggolan, MS, menyebutkan juga, bahwa keuntungan dalam menemukan varietas baru bagi Pemulia: 101 1. Adanya Kepuasan tersendiri 2. Adanya Penghargaan 3. Adanya Insentif B.1. Pengalaman Pemulia PPKS dalam memanfaatkan sistem PVT Bagi PPKS, perlindungan varietas tanaman PVT memiliki peranan cukup tinggi dalam sistem produksi bahan tanaman kelapa sawit. PVT merupakan jaminan terhadap hak kekayaan intelektual atas produk varietas kelapa sawit yang telah 100 Hasil wawancara Ir.Palmarun Nainggolan, MS.sebagai Pemulia di Badan Penelitian Dan Tehnologi Pertanian, pada Tanggal 8 Desember 20011 101 Ibid dihasilkan melepas 13 varieatas tanaman kelapa sawit yang sebagiannya telah tetdaftar sebagai varietas hasil pemulian di Pusat Perlindungan Varietas Tanaman PPKS, Departeman Pertanian. Lima diantaranya adalah DxP PPKS 540, DxP PPKS 718 dan DxP PPKS 239, DxP Simalungun, DxP Langkat, adalah varietas terbaru yang dirilis pada 2007 dan 2010, dimana masing-masing memiliki sifat yang khas sebagai salah satu bentuk keunikan dalam kriteria baru, unik, seragam dan stabil BUSS yang dipersyaratkan dalam PVT. 102 Menurut ketua PRIPI Perhimpunan Imu Pemulia Indonesia KOMDA SUMUT, bapak DR. Abdul Razak Purba, beliau mengemukakan banyak hambatan ataupun kendala yang dialami sebagai pemulia : a. Secara Teknis, bahwa untuk melakukan kegiatan hasil pemulian dibutuhkan waktu yang cukup lama khususnya varietas tanaman tahunan seperti pemulian perkebunan dan kehutanan dan ternak, berbeda dengan tanaman pangan dan hortikultura dan tanaman hias. b. Secara Ekonomis, bahwa kegiatan hasil pemulian sangat mahal diperlukan dana cukup tinggi. Misalnya untuk percobaan penelitian kegiatan pemulian Kelapa Sawit selama 10 tahun masa percobaan, dimana ada percobaan Skala Besar tetapi pengamatan kurang detil atau percoban skala kecil tetapi semua di uji secara mendeteil. 102 Kelompok Peneliti Pemulian, Disampaikan pada kegiatan Sosialisai Perlindungan Varietas Tanaman Pangan Dan Perizinan Pertanian Aula Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara, 26 April 2011. c. Sumber Daya Manusia, untuk saat ini bahwa jumlah pemulia di Sumatra Utara sangat sedikit, hal ini dikarenakan bahwa insentif pemulia sangat minim tidak sesuai dengan kerja keras pemulia dilapangan, untuk Sumatera Utara pemulia kurang lebih sekitar 21 pemulia,semantara perusahaan penelitian kelapa sawit seperti: PPKS, PT. London Sumatera, PT. Asea Agrie, PT. Bakri Agrie, PT. Socfin Indonesia sangat membutuhkan pemulia yang handal untuk menigkatkan Agrobisnis Kelapa Sawit, kurangnya minat bagi para pemulia melakukan penelitian karena insentifnya sangat rendah. 103 Hampir sama dengan pendapat pemulia Bapak Heri Adriawan, SP beliau juga pemulia di PPKS, menurut beliau banyak Hambatan yang dialami dalam melakukan kegiatan pemulian varietas tanamannya menyatakan kendalanya: 1 Sumber Daya Manusia sangat terbatas 2 Dana untuk penelitian yang relatif besar 3 Motivasi karena hak pemulia sering diabaikan 4 Lahan percoban sangat terbatas 104 Terhadap keseluruhan varietas kelapa sawit yang telah dihasilkan kecuali varietas terakhir, DxP PPKS Telah melakukan pendaftaran varietas tersebut sebagai hasil pemulian tanaman. PPKS telah mendapatkan sertifikat Pendaftaran Varietas Hasil Pemulian pada Oktober 2009. Untuk mekanisme permohonan PVT, PPKS 103 Hasil Wawancara Bapak DR.Razak Purba ,dilokasi PPKS pada tanggal 22 Mei 2012 104 Hasil Wawancara Bapak Heri Andriawan, SP. Di lokasi PPKS pada tanggal 22 November 2011 mengikuti prosedur yang telah ditetapkan Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian Bapak Heri Adriawan, SP juga mengungkapkan Hak Pemulia akan ada setelah menghasilkan suatu varietas. Hak dasar yang sudah dijamin oleh Undang- Undang diberbagai Negara adalah perlindungan terhadap kekayaan intelektual peneliti khususnya pemulia. Penerimaan Royalti oleh Pemulia sebagai penggunaan HAKI pemulia juga sudah diatur. Sementara Kewajiban pemulia adalah menghasilkan suatu bibit unggul dengan nilai ekonomi tinggi untuk disebarkan dan digunakan oleh masyarakat luas yang diatur oleh Undang-Undang dalam pelaksanaannya. Melakukan konservasi, menjaga dan memperkaya sumberdaya genetik. 105 Berbeda halnya dengan pemulia Bapak Sujadi, SP, MP, Beliau mengungkapkan yang menjadi kendala yang dihadapi dalam pemuliaan tanaman : a. Dana riset terbatas menyebabkan ruang gerak pemulia tanaman juga terbatas untuk mengerjakan penelitian pemuliaan tanaman yang biasanya membutuhkan waktu yang panjang. b. Gaji peneliti dan pemulia tanaman masih rendah dibandingkan dengan yang lain menyebabkan pemulia harus pandai mencari solusi untuk mencari hasil tambahan. 105 Hasil Wawancara Bapak Heri Indrawan, SP. Di Lokasi PPKS pada tanggal 23 November 2011 c. Fasilitas berupa laboratorium riset untuk penelitian pemuliaan tanaman masih minim termasuk fasilitasnya yang harus dilengkapi. 106 Pasal 103 UU NO.13 Tahun 2010 tentang Hortikultura: Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin kerahasiaan data dan informasi usaha hortikultura yang berkaitan dengan data perusahaan atau orang perorangan dalam proses perizinan danatau penelitian usaha hortikultura. Sedangkan Pasal 111 Undang-Undang No.13 Tentang Hortikultura: Pemerintah danatau Pemerintah Daerah berkewajiban memberikan insentif bagi peneliti yang berprestasi dalam menghasilkan varietas unggul. 107 B.2. Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Perlindungan Hak Pemulia Tanaman a. Kendala yang bersifat normatif Hak Perlindungan Varietas Tanaman sebagai Hak Kekayaan Intelektual yang merupakan benda bergerak tidak berwujud maka dapat dijaminkan. Namun, dalam Undang-Undang tersebut tidak diatur secara jelas mengenai hak pemulia tersebut untuk menjaminkan hak Perlindungan Varietas Tanamanya. Untuk itu diperlukan peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman yang mengatur mengenai Jaminan. 106 Hasil Wawancara Bapak Sujadi, SP, MP. Di Lokasi PPKS pada tanggal 23 November 2011 107 Pasal 103 UU NO.13 Tahun 2010 tentang Hortikultura b. Kendala yang bersifat Politis Adanya kepentingan daerah atau institusi tertentu terhadap varietas- varietas yang dihasilkan, sehingga hal tersebut, menyebabkan daerah atau institusi tertentu tidak menghendaki untuk mendaftarakan varietas-varietas tersebut untuk mendapatkan hak Perlindungan Varietas Tanaman. c. Kendala yang bersifat Ekonomis Biaya yang dikeluarkan dalam pemulian tanaman sehingga diterbitkannya sertifikat hak Perlindungan Varietas Tanaman sangat besar, serta Proses yang sangat Panjang dan Lama menyebabkan rendahnya kesadaran pemulian tanaman untuk menciptakan varietas-varietas baru. d. Kendala yang bersifat Psikologis Kurangnya kesadaran pemulia untuk mendaftarkan varietas yang telah ditemukan untuk mendapatkan hak Perlindungan Varietas Tanaman. 108 C. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Hukum Atas Hak Perlindungan Tanaman C.1. Pelanggaran Hukum Administratif Sampai saat ini pengelolaan administratif hak PVT, masih ditangani oleh Ditjen HAKI dibawah naungan Departemen Kehakiman RI, Sengketa Administratif adalah sengketa yang terjadi antara pihak yang mengajukan HaKI Pemohon dengan Pemerintah Dirjen HaKI, yang berkaitan dengan penolakan permohonan yang 108 Hariyanto, Skripsi, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Pemulia Tanaman Atas Produk Tanaman Hibrida Sebagai Bagian Dari Hak Kebendaan, 3 Oktober 2008. dilakukan oleh Dirjen HaKI akibat tidak dipenuhinya beberapa persyaratan sebagaimana telah ditetapkan dalam aturan normatif atau sengketa Dalam ketentuan perundang-undangan bidang HaKI, komisi banding hanya diperuntukkan untuk menyelesaikan sengketa administratif bidang paten, merek, dan Perlindungan Varietas Tanaman PVT, 109 khususnya yang berkaitan dengan permohonan banding karena adanya penolakan permintaan pendaftaran. Sedangkan dalam hal sengketa administratif HaKI yang berkaitan dengan penolakan permohonan pendaftaran jenis Haki yang lain tidak dikenal adanya komisi banding. Dalam undang-undang paten, undang-undang merek, dan undang-undang perlindungan varietas tanaman, ketentuan tentang komisi banding ini hanya diatur hal-hal yang pokok saja, sedangkan yang berkaitan dengan susunan organisasi, tata kerja komisi banding, tata cara permohonan dan pemeriksaan, dan perosedur peneyelesaian banding diatur dengan Peraturan Pemerintah. Tersedianya komisi banding sebagai diamanatkan oleh Undang-Undang Perlindungan Varietas Tanaman PVT merupakan manifestasi dari keinginan pembuat undang-undang untuk mengurangi beban lembaga peradilan agar tidak dibebani untuk mengurus sengketa-sengkea yang bersifat administratif dan substantif di bidang HaKI, yang notabane kurang begitu dikuasai oleh hakim yang bertugas dilembaga peradilan. Namun demikian menurut Yahya Harahap, ditinjau dari sistem ketatanegaraan, kedudukan komisi banding berbentuk extra judicial atau peradilan 109 Sengketa administrasi, di bidang Perlindungan Varietas Tanaman PVT, Yang berkaitan dengan penolakan permohonan hak PVT oleh Kantor PVT, pemohon bisa mengajukan upaya banding PVT, Pasal 36 ayat 2 Undang-Undang No.29 Tahun 2000 tentang PVT. semu dan berada diluar jalur sistem peradilan resmi ordinary yang diatur dalam UUD 1945 dan Undang-Undang Pokok Kekuasaan Kehakiman. Masalah kedudukan komisi banding ini bisa diberdayakan agar bisa dimanfaatkan untuk menyelesaikan sengketa administrasi HaKI secara efektif dan efisien, dan mampu mengurangi beban perkara yang ditangani lembaga peradilan. C.2. Pelanggaran Hukum Perdata Pada Undang-Undang Varietas Tanaman pada pelanggaran hukum perdata, Jika suatu hak perlindungan terhadap varietas tanaman diberikan kepada orang atau badan hukum selain kepada orang atau badan hukum seharusnya berhak atas hak perlindungan varietas tersebut, maka orang atau badan hukum yang berhak tersebut dapat menuntut ke Pengadilan Negeri. Hak menuntut tersebut terus berlaku sejak tanggal diberikannya sertifikat hak Perlindungan Varietas Tanaman. 110 Salinan putusan atas tuntutan tersebut oleh Panitera Pengadilan Negeri segera disampaikan kepada Kantor Perlindungan Varietas Tanaman untuk selanjutnya dicatat dalam daftar umum Perlindungan Varietas Tanaman. Pemegang hak Perlindungan Varietas Tanaman atau pemegang lisensi atau pemegang lisensi wajib berhak menuntut ganti rugi melalui Pengadilan Negeri kepada siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan penyalahgunaan hak perlindungan terhadap varietas tanaman yang tidak dimilikinya. Tuntutan ganti rugi yang diajukan tersebut dapat diterima apabila terbukti bahwa varietas yang digunakan adalah varietas yang telah mendapatkan hak 110 Pasal 66 ayat 1 dan ayat 2 UU No.29 Tahun 2000 perlindungan terhadap varietas tanaman Hak Perlindungan Varietas Tanaman. Putusan Pengadilan Negeri tentang tuntutan Panitera Pengadilan Negeri yang bersangkutan segera disampaikan kepada Kantor Perlindungan Varietas Tanaman untuk selanjutnya dicatat dalam daftar umum Perlindungan Varietas Tanaman dan diumumkan dalam berita Resmi Perlindungan Varietas Tanaman. Untuk mencegah kerugiannya yang lebih besar terhadap pihak yang memiliki dan memegang hak perlindungan terhadap varietas tanaman yang haknya telah dilanggar tersebut, maka hakim dapat memerintahkan kepada pelanggar hak tersebut selama masih dalam pemeriksaan Pengadilan Negeri untuk menghentikan sementara keseluruhan kegiatan usahanya terutama kegiatan yang diperkirakan merupakan perbuatan yang menyalahgunakan hak perlindungan yang diberikan terhadap varietas tanaman. C.3. Pelanggaran Hukum Pidana Demikian pula Negara memberikan kemungkinan penegakan hukum PVT melalui instrument hukum pidana. Undang-Undang Perlindungan Varietas Tanaman memuat saksi kepada orang yang menggunakan varietas tanaman tanpa seizin pemegang Hak Perlindungan Varietas Tanaman. Untuk menentukan telah terjadi suatu tindak pidana di bidang PVT, perlu diadakan penyelidikan dan penyidikan. Sama halnya dengan penyidikan tindak pidana di bidang HaKI lainnya, penyidikan tindak pidana di bidang PVT, selain dilakukan oleh penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, juga dapat dilakukan Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu, yang memiliki kewenangan tertentu pula. 111 Adapun hal yang mengakibatkan kegiatan-kegiatan tersebut dilarang adalah tidak adanya persetujuan dari pemegang hak perlindungan terhadap varietas tanaman. Pelanggaran tersebut dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 tahun dan paling banyak Rp.2.500.000.000,- dua milyar lima ratus juta rupiah. Barang siapa dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban yaitu mendaftarkannya di Kantor PVT, menjaga kerahasian varietas dan seluruh dokumen permohonan hak PVT, sampai dengan tanggal diumumkannya permohonan hak PVT yang bersangkutan dan terhitung sejak tanggal penerimaan surat permohonan hak PVT, seluruh pegawai di lingkungan Kantor PVT berkewajiban menjaga kerahasiaan varietas dan seluruh dokumen permohonan hak PVT sampai dengan tanggal diumumkannya permohonan hak PVT, yang bersangkutan, dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan denda paling banyak Rp 1.000.000.000.- satu milyar rupiah. 112 Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan yaitu: a. Penggunan sebagian hasil panen dari varietas yang dilindungi, sepanjang tidak untuk tujuan komersial; b. Penggunaan varietas yang dilindungi untuk kegiatan penelitian, pemulian tanaman, dan perakitan varietas baru; 111 Usman Rachmadi ,Op Cit, hal 547 112 H.OK.Saidin,Op Cit, hal 444 c. Penggunaan oleh pemerintah atas varietas yang dilindungi dalam rangka kebijakan penggandaan pangan dan obat-obatan dengan memperhatikan hak-hak ekonomi dari pemegang hak PVT. 113 Jika terdapat pihak yang terbukti secara hukum dengan sengaja melakukan hukum pidanan pelanggaran penggunanan varietas tanaman yang dilindungi tanpa adanya izin dari pemegang hak Perlindungan Varietas Tanaman , dimana penggunaan varietas tanaman tersebut digunakan untuk tujuan komersial yaitu untuk mendatangkan keuntunagan untuk dirinya sendiri, dapat dikenakan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan dapat didenda paling banyak Rp. 1.000.000.000,- satu milyar rupiah. 114 Pegawai kantor Perlindungan Varietas Tanaman yang bertugas sebagai pemeriksa Perlindungan Varietas Tanaman dalam proses pemeriksaan substantif atau pihak manapun yang terlibat dalam proses permohonan Hak Perlindungan Varietas Tanaman wajib merahasiakan varietas tanaman yang diperiksannya dan bila terjadi pelanggaran maka dapat dikenakan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan dapat didenda paling banyak Rp. 1.000.000.000,- satu milyar rupiah. 115 113 Ibid hal 444 114 Pasal 73 UU No.29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman 115 Pasal 75 UU No.29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman C.4. Penyelesaian Di Luar Pengadilan Dalam sengketa Perdata bidang HaKI, lembaga yang biasa diakses oleh masyarakat untuk mendapat untuk mendapat keadilan negeri, 116 Pengadilan Niaga, arbitrase, dan alternatif penyelesaian sengketa. Sengketa perdata biasa timbul karena adanya perbedaan penafsiran terhadap isi perjanjian, atau salah satu pihak wansprestasi atas perjanjian perjanjian lisensi yang sebelumnya telah mereka sepakati. Penggunaan salah satu lembaga penyelesaian sengketa tersebut ditentukan berdasarkan isi atau klausal perjanjian yang dibuat oleh para pihak yang merasa dirugikan dapat mengajukan prosedur gugatan melalui lembaga peradilan pengadilan niaga, arbitrase atau jalur nonlitigasi. Penggunaan lembaga peradilan bisa dipilih pihak yang merasa dirugikan pengugat untuk menyelesaikan sengketa, bila dalam perjanjian lisensi tidak termuat klausul arbitrase” atau klausul alternatif penyelesaian sengketa” untuk menyelesaikan sengketa yang timbul di kemudian hari. Namun, bila dalam perjanjian yang dibuat para pihak memuat klausul arbitrase atau dibuat perjanjian arbitrase, maka lembaga peradilan tidak lagi berwenang menagani sengketa tersebut, karena hal tersebut secara tegas telah diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 11 Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesain Sengketa. 117 116 Untuk sengketa perdata bidang Perlindungan Varietas Tanaman, pengadilan negeri masih diberi kepercayaan untuk menyelesaikan sengketa. Lihat Pasal 66 Undang-Undang No.29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman. 117 Pasal 3 Undang-Undang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa 1999 menyebutkan bahwa Pengadilan tidak berwenang untuk mengadili sengketa para pihak yang telah terikat dalam perjanjian arbitrase. Pemanfaatan Arbitrase untuk menyelesaikan sengketa HaKI merupakan hal baru yang secara eksplisit tertuang dalam peraturan perundang-undangan bidang HaKI. Sebelumnya peraturan perundang-undangan yang memungkinkan penggunaan arbitrase untuk menyelesaikan sengketa HaKI hanya dikemukakan dalam penjelasan Pasal 66 huruf b Undang-Undang No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. 118 Beberapa faktor-faktor yang selama ini menghambat perkembangan arbitrase di Indonesia, yaitu: 1. Ketentuan hukum mengatur masalah arbitrase di Indonesia belum banyak diketahui dan dipahami oleh pelaku bisnis atau sosialisai peraturan yang berkaitan dengan arbitrase di kalangan pelaku bisnis sangat rendah. 2. Banyak diantara mereka yang belum berani membawa sengketa yang dialaminya keluar dari jalur litigasi. Karena selama ini mereka belum mengetahui keberhasilan arbitrase atau BANI dalam menangani sengketa bisnis. 3. Belum banyak konsultan hukum Indonesia yang mau memperkenalkan atau mengarahkan kliennya untuk bersengketa melalui arbitrase. 4. Kurangnya pemahaman-pemahaman hakim-hakim tentang masalah Arbitrase, sehingga seringkali suatu sengketa yang berdasarkan” klausal arbitrase” 118 Penjelasan Pasal 66 huruf b berbunyi yang dimaksudkan dengan ruang lingkup hukum perdagangan” adalah kegiatan-kegiatan antara lain dibidang: perniagaan, perbankan, keungan penanaman modal, industry, hak kekayaan intelektual. seharusnya diselesaikan melalui arbitrase, namun Pengadilan Negeri tetap saja menengani sengketa tersebut. 5. Belum adanya dorongan dan inisiatif dari jajaran hakim untuk menumbuhkan budaya penyelesaian non-litigasi, agar pihak-pihak yang bersengketa berupaya untuk menyelesaikan sengketa melalui arbitrase. Hal ini terjadi karena sebagian besar Hakim di Indonesia menganggap sengketa bisnis merupakan ”proyek basah”, sehingga keberadaan arbitrase dianggap menyerobot lahan mereka. 6. Tidak mudah membawa dan menyadarkan pihak-pihak yang bersengketa agar bertikad baik menyelesaikan sengketa melalui arbitrase. Seringkali Pihak- Pihak telah sepakat membawa sengketanya ke arbitrase, namun setelah sengketa tersebut diputuskan oleh arbiter, pihak yang merasa kalah tidak mau secara sukarela melaksanakan putusan tersebut.

D. Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman

Perlindungan varietas tanaman merupakan suatu ketentuan dalam HAKI yang masih relatif baru dalam sejarah perlindungannya sebagai hak kebendaan immaterial yang diberikan kepada individu oleh negara. Di negara lain, seperti Amerika, meskipun tidak disebut secara khusus dalam peraturan negaranya, telah dikenal adanya peraturan mengenai perlindungan terhadap varietas tanaman. Peraturan tersebut berlaku tahun 1930 bersamaan dengan terbitnya The United States Patent Act 1930. Dan di Eropa, Undang-Undang yang berkaitan dengan perlindungan terhadap varietas tanaman dan hasilnya telah dikenal sejak abad ke-16. Pada tahun 1961, beberapa negara di dunia telah menyepakati suatu konvensi internasional tentang perlindungan varietas tanaman, kesepakatan internasional termuat dalam International Convention for the Protection of New Varieties of Plants, yang lebih dikenal dengan istilah UPOV. UPOV merupakan akronim dari Union International pour la protection des obtentions vegetale. Di Indonesia, perlindungan terhadap varietas tanaman sudah mulai diatur sejak tahun 1989 yaitu dalam peraturan HAKI di bidang hak paten. Pada Undang-Undang Paten Tahun 1989 disebutkan bahwa perlindungan paten tidak dapat diberikan terhadap makanan, minuman, dan varietas tanaman, khususnya bagi komoditi tanaman padi, jagung, ubi kayu, dan ubi jalar. Pada tahun 1997, Undang-Undang Paten tersebut mengalami amandemen yaitu berupa pencabutan atau penghapusan terhadap ketentuan pelarangan pemberian perlindungan terhadap makanan, minuman dan varietas tanaman. Sehingga pada Undang-Undang Paten 1997, makanan, minuman dan varietas tanaman dapat memperoleh perlindungan berupa hak paten. Amandemen terhadap Undang-Undang Paten terjadi sebagai akibat keikutsertaan Indonesia dalam meratifikasi ketentuan TRIPs Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights, dimana dalam ketentuan TRIPs pada Pasal 27 ayat 3 huruf b diatur bahwa : However, member shall provide for the protection of plants varieties either by patens or by an effective sui generis system or by any combination thereof.